LAPORAN PENGAMATAN
MONUMEN NASIONAL DAN MUSEUM GEOLOGI
Laporan
pengamatan ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dan sebagai syarat
mengikuti Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015/2016
Disusun
Oleh :
1. Andhika
Yudha A VIII
A
2. Bahri
Nailul Muna VIII A
3. Budi
Setyawan VIII
A
4. Muhtadun
Sobirin VIII
A
5. Sigit
Nugroho VIII
A
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 JAMBU
2015
HALAMAN
PENGESAHAN
Karya tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing koordinator
kurikulum, koordinator kesiswaan, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Jambu sebagai
salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015/2016, pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Guru Pembimbing 1 Guru Pembimbing 2
Jati Satrio Tomo Nurudin
NIP. NIP.
Guru Pembimbing 3 Guru
Pembimbing 4
Cahyo Hadi. P M. Hermani
NIP.
NIP.
Kepala Sekolah
Rustanto, S.Pd
NIP
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
:
·
Jangan kau tangisi senja yang telah kelam,
namun berbahagialah menanti esok fajar memerah diufuk timur.
·
Gunakanlah waktu sebaik-baiknya karena waktu
tak akan pernah terulang.
·
Kejujuran merupakan kunci keberhasilan.
·
Kegagalan merupakan keberhasilan yang
tertunda.
·
Jangan menyerah sebelum mencoba.
·
Tiada hal yang lebih hebat, yang tercipta
secara tiba-tiba.
·
Kegagalan dan keberhasilan adalah suatu
pilihan.
·
Kemenangan tidak didapat dari prestasi, tapi
dari upaya
·
Gunakanlah hidup untuk hal yang bermanfaat
·
Jangan menyesali kegagalan tetapi jadikanlah
sebagai cambuk meraih keberhasilan
Karya
tulis ini penulis persembahkan kepada :
·
Kedua orang tua
·
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Jambu
- Bapak/Ibu guru SMP Negeri 2 Jambu
- Teman-teman senasib dan seperjuangan
- Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun Karya tulis
ini dengan baik.
Berpegang
teguhlah pada prinsip karena pendirian yang kuat akan membawa keberhasilan dan
kebanggaan pada diri sendiri.
Tiada
gading yang tak retak, begitu pula dengan karya tulis ini, penulis menyadari
bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati sehingga bisa
menjadi sebuah pelajaran bagi penulis, agar kelak dapat membuat dengan lebih
baik.
Semoga laporan karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
pada umumnya dan pembaca pada khususnya serta dapat membantu meningkatkan
harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun bangsa Indonesia tercinta ini.
Jambu, 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Bandung – Jakarta adalah kota yang kaya akan
tempat wisata. Di kota ini banyak terdapat berbagai tempat wisata, baik tempat
wisata ilmu pengetahuan, wisata rekreasi, dan wisata belanja. Dalam observasi
penelitiabn dan penambahan ilmu pengetahuan kami siswa SMP Negeri 2 Jambu
melakukan study tour ke Bandung – Jakarta yang diantaranya Gunung Tangkuban
Perahu, Museum Geologi, TMII, Monas (Monumen Nasional).
Kunjungan dilaksanakan pada tanggal 7 – 10 Mei 2015.
Kegiatan study tour ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
serta pengalaman terhadap segala kemajuan ilmu pengetahuan dan arena rekreasi.
1.2
Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan
tentang beberapa tempat wisata ilmu pengetahuan dan wisata rekreasi di Gunung
Tangkuban Perahu, Museum Geologi, TMII, Monas
2. Menambah pengalaman
para siswa dengan diadakannya study tour Bandung – Jakarta
3. Guna memenuhi tugas
kenaikan kelas IX
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Objek Wisata Di Bandung
1.
Museum
Geologi Bandung
Museum Geologi didirikan pada
tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah
direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan
International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi
dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati
Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah
satu monumen bersejarah, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan
merupakan peninggalan nasional. Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola
materi-materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral.
Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Masa
Penjajahan Belanda Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan
geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad
ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada
pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan
dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan
galian di wilayah Nusantara. Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri
di Negeri Belanda dapat ditunjang. Maka, pada tahun 1850, dibentuklah Dienst
van het Mijnwezen. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw
pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumberdaya
mineral.
- Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum.
- Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929.
- Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.
Riwayat
Masa Penjajahan Jepang
Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari
pasukan Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw
berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda)
atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial
Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada tahun 1942.
Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke
Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi
nama KOGYO ZIMUSHO. Setahun kemudian, berganti nama menjadi CHISHITSU CHOSACHO.
Selama
masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda
Indonesia untuk menjadi: PETA (Pembela Tanah Air) dan HEIHO (pasukan pembantu
bala tentara Jepang pada Perang Dunia II). Laporan hasil kegiatan pada masa itu
tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil
penyelidikan) yang dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan
di mana-mana pada awal tahun 1945.
Masa
Kemerdekaan
Setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah
Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September
1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh
Netherlands Indiës Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia. Mereka
mendarat di Tanjungpriuk, Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai
kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan
yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl.
Braga No. 3 dan No. 8, Bandung, pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan
kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama
Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu,
Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang
tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan
oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama
Geologische Dienst ditempat yang sama.
Di
mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember
1949, yaitu selama 4 tahun berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pemerintah
Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal
ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung,
ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950
dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam
usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala
Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan
dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem,
Yogyakarta.
Sekembalinya
ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini
terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI,
Ir. Soekarno.
Pengelolaan
Museum Geologi yang semula berada dibawah PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI
(PDTG), berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia
(1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957),
Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi (1978 - 2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun
2005 hingga sekarang)
Seiring
dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari
Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah ditutup
selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20 Agustus 2000.
Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Ibu Megawati
Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo
Bambang Yudhoyono.
Dengan
penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang
meliputi Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan
Manusia. Sedangkan untuk koleksi dokumentasi, tersedia sarana penyimpan koleksi
yang lebih memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi
akan dapat lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup
industri.
Sejak
tahun 2002 Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah
dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik, dibentuklah 2 seksi dan 1 SubBag yaitu Seksi Peragaan, Seksi
Dokumentasi, dan SubBag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan perananya sebagai
lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan
kegiatan antara lain penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survei
penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.
Pergeseran
fungsi museum, seirama dengan kemajuan teknologi, menjadikan museum geologi
sebagai :
- Tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya.
- Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Dimana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga.
- Objek geowisata yang menarik.
Pembagian
Lantai dan Ruangan
Museum
Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II.
Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum
Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
Lantai
I
Terbagi
menjadi 3 ruang utama : Ruang orientasi di bagian tengah, Ruang Sayap
Barat dan Ruang Sayap Timur. Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia
dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum
dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan
pendidikan dan penelitian. Sementara, Ruang Sayap Barat, dikenal sebagai Ruang
Geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi
tentang :
- Hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya.
- Tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia; diujudkan dalam bentuk maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi aktif
- Keadaan geologi sumatera,Jawa, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya
- Fosil fosil serta sejarah manusia menurut evolusi Darwin juga terdapat di sini
Selain
maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga
memamerkan beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya
mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di
sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan susunan
kristalografi dalam bentuk panel dan peraga asli. Masih di dalam ruangan yang
sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis
peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan dan penelitian serta hasil
akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi,
seismotektonik dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana
pemasyarakan data dan informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat
adalah ruang kegunung apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa gunungapi
aktif di Indonesia seperti : Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung,
Merapi dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan
maket kompleks Gunungapi Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil
kegiatan gunung api tertata dalam lemari kaca.
Ruang
Sayap Timur Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup, dari primitif hingga modern, yang mendiami planet bumi ini
dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi
dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk
sekitar 4,5 miliar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling primitif pun
belum ditemukan. Beberapa miliar tahun sesudahnya, disaat bumi sudah mulai
tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis tumbuhan
bersel-tunggal, yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil Reptilia
bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa Mesozoikum Tengah
hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil
Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis kadal buas pemakan daging) yang panjangnya
mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8 ton. Kehidupan awal di bumi yang
dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi
hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu)
dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik
melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan
hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau
Jawa.
Kumpulan
fosil tengkorak manusia-purba yang ditemukan di Indonesia (Homo erectus P.
VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk
replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunkan, yang mencirikan
perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang stratigrafi
sedimen Kuarter daerah Sangiran (Solo, Jawa Tengah), Trinil dan Mojokerto (Jawa
Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba
diperagakan dalam bentuk panel dan maket.
Sejarah
pembentukan Danau Bandung yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di
ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas
Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang
terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa
sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia prasejarah.
Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan
pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan
diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi,
selain keadaan lingkungan-purba.
Lantai II
Terbagi
menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah dan ruang timur
Ruang
barat (dipakai oleh staf museum).
Sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang
digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah Berisi maket pertambangan emas terbesar di
dunia, yang terletak di Pegunungan Tengan Irian Jaya. Tambang terbuka Gransberg
yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar ton; dengan kandungan tembaga
1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang
terbuka dan tambang bawahtanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan bijih
sebanyak 2,5 miliar ton. Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah
tenggara Grasberg yang ditutup pada tahun 1988 merupakan situs geologi dan
tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek geowisata yang
menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya (Papua) tertata dan terpamer
dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas
bumi juga diperagakan di sini.
Ruang
Timur Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi
tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia,
khususnya di Indonesia.
- Ruang 1 menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi manusia, serta panel gambar sebaran sumberdaya mineral di Indonesia.
- Ruang 2 menampilkan rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral
- Ruang 3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara tradisional maupun modern.
- Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan energi
- Ruang 5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti tanah longksor, letusan gunung api dan sebagainya.
- Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala kegunungapian.
- Ruang 7 menjelaskan tentang sumberdaya air dan pemanfaatannya, juga pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumberdaya tersebut.
2.
Gunung
Tangkuban Perahu
Tangkuban
Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah
satu gunung yang
terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung,
dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, Gunung Tangkuban
Perahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi
yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan
kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral
yang dikeluarkan adalah sulfur belerang,
mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang.
Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata
hariannya adalah 17 oC pada siang hari dan 2 oC pada
malam hari.
Gunung Tangkuban Perahu
mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous
atau hutan gunung.
Legenda
rakyat setempat
Asal-usul
Gunung Tangkuban Perahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang,
yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Untuk
menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya
Sangkuriang membuat sebuah telaga dan sebuah perahu dalam semalam. Ketika
usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat
dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban
Parahu.
Gunung
Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus
oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia.
Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara
tanda aktivitas gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan
sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang.
Gunung Tangkuban Parahu pernah mengalami letusan kecil pada tahun 2006, yang
menyebabkan 3 orang luka ringan.
Keberadaan
gunung ini serta bentuk topografi Bandung
yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori
keberadaan sebuah telaga besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini
oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian
kurang lebih 709 m di atas permukaan laut merupakan sisa dari danau besar yang
terbentuk dari pembendungan Ci Tarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal
sebagai Gunung Sunda
dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif.
Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di
Selat Sunda
dan kawasan Ngorongoro di
Tanzania, Afrika.
Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu
diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung Sunda Purba
terhadap peristiwa pada saat itu.
3.
Monumen
Nasional (MONAS)
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas
adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk
mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia
Belanda. Pembangunan
monumen ini dimulai pada tanggal 17
Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12
Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi
lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang
menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan
Merdeka, Jakarta
Pusat. Monumen dan
museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin
pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
Setelah
pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya
berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno
mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara
Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas
bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa
revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat
patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada
tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan
sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi
hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang
ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan
dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136
peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk
menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai
rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga
dan yoni.
Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi
rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat
besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi
saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan
menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno
kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu.
Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun
di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R.
M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.
Pembangunan
terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi
pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan
pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan.
Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional.
Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada
bulan Oktober.
Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada
kurun 1966
hingga 1968
akibat terjadinya Gerakan
30 September 1965 (G-30-S/PKI)
dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun
1969-1976 dengan menambahkan diorama
pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja
terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara
resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden
Republik Indonesia Soeharto.
Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu
terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat
berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang
berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas
dalam taman.
Rancang
bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga
dan Yoni.
Tugu obelisk
yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen
maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari.
Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan
perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam
hari. Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang
saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu
Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung",
alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional
Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya
bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan
persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam
di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian
dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di
dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran
Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu
seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato[7]
sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia.
Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran
Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan
jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket
berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah
di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief
sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui
pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang
kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
Pada
halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul
yang menggambarkan sejarah Indonesia.
Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara
pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini
berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya,
dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda,
perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia,
terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal
abad ke-20, Sumpah
Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi
kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik
Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan
patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang
sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca
tropis.
Di
bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat
Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan
nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar
500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama
pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51
diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah
hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah
jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa
kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya
dan Majapahit,
disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan
nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama
berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20,
pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru
pada masa pemerintahan Suharto.
Di
bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater.
Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan
selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik
Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara
Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen
Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan
bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia.
Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam
pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4
ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan
keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak
pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam.
Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang
Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu
"Padamu Negeri"
diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno
tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila,
lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis
emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu,
seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang
Saka Merah Putih,
yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin
tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer
hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Semua itu sangat indah.
Sebuah
elevator
(lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak
berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini
berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung
sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih
dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari
besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan
seluruh penjuru kota Jakarta.
Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari
kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang
laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di
puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang
beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor
ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian
yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat
Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini
dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut
perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995,
lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran
emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna
agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam
berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan
memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan
tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran
puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari
dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar
cawan adalah 8 m (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar
cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter,
semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi
Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Sebanyak
28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam,
seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di
Indonesia.
4.
TMII
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema
budaya Indonesia di Jakarta
Timur. Area seluas
kurang lebih 150 hektare atau 1,5 kilometer persegi ini terletak pada koordinat
6°18′6.8″LS,106°53′47.2″BT. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan
bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat
26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam
anjungan daerah berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka busana,
tarian, dan tradisi daerah. Di samping itu, di tengah-tengah TMII terdapat
sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai
museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai sarana
rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu
kota
Gagasan pembangunan suatu
miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan
oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan
Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana
no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Melalui
miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah
air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka
dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia
Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan
diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai
aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern
diperagakan di areal seluas 150 hektare. Aslinya topografi TMII agak berbukit,
tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan
ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam dan
lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.
TMII memiliki logo yang
pada intinya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman Mini Indonesia
Indah". Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra).
Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini diresmikan penggunaannya oleh
Ibu Tien Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.
Di
Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang
berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis
bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat
selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki.
Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili
suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi
Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan
miniatur Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap
anjungan menampilkan bangunan khas setempat. Anjungan ini juga menampilkan baju
dan pakaian adat, busana pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti
senjata khas dan perabot sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan.
Semuanya ini dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup
tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga
dilengkapi panggung, amfiteater atau auditorium untuk menampilkan berbagai tarian tradisional,
pertunjukan musik
daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada
hari Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang
menyajikan berbagai Masakan Indonesia
khas provinsi tersebut, serta dilengkapi toko cenderamata yang menjual berbagai
kerajinan tangan, kaus, dan berbagai cenderamata.
Sejak tahun 1975 hingga
tahun 2000 rancangan asli TMII terdiri atas anjungan rumah adat dari 27
provinsi di Indonesia, termasuk Timor Timur.
Akan tetapi setelah Timor Leste
merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002, status anjungan
Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu karena kini
Indonesia terdiri atas 33 provinsi, anjungan-anjungan provinsi baru seperti
Bangka Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan
Riau, dan Papua Barat telah dibangun di sudut Timur Laut TMII, walaupun ukuran
dan luas anjungan provinsi baru ini jauh lebih kecil dari anjungan provinsi yang
telah dibangun sebelumnya.
Bangunan
keagamaan
Bangunan keagamaan diwakili
oleh beberapa rumah ibadah agama resmi yang diakui di Indonesia, hal ini untuk
menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar agama di Indonesia.
Bangunan-bangunan keagamaan antara lain:
- Masjid Pangeran Diponegoro
- Gereja Katolik Santa Catharina
- Gereja Protestan Haleluya
- Pura Penataran Agung Kertabhumi
- Wihara Arya Dwipa Arama
- Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa
- Kuil Konghucu Kong Miao
Sarana
rekreasi
- Istana Anak-anak Indonesia
- Kereta gantung
- Perahu Angsa Arsipel Indonesia
- Taman Among Putro
- Taman Ria Atmaja
- Desa Wisata
- Kolam renang Snow Bay
- Museum Iptek TMII
Taman
Di TMII terdapat sepuluh
macam taman yang menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia:
- Taman Anggrek
- Taman Apotek Hidup
- Taman Kaktus
- Taman Melati
- Taman Bunga Keong Emas
- Akuarium Ikan Air Tawar
- Taman Bekisar
- Taman Burung
- Taman Ria Atmaja Park, panggung pagelaran musik
- Taman Budaya Tionghoa Indonesia
Museum
Museum
yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya, flora dan fauna, serta
teknologi di Indonesia. Terdapat 16 museum di TMII:
- Museum Indonesia
- Museum Purna Bhakti Pertiwi
- Museum Keprajuritan Indonesia
- Museum Perangko Indonesia
- Museum Pusaka
- Museum Transportasi
- Museum Listrik dan Energi Baru
- Museum Telekomunikasi
- Museum Penerangan
- Museum Olahraga
- Museum Komodo dan Taman Reptil
- Museum Serangga dan Taman Kupu-Kupu
- Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
- Museum Minyak dan Gas Bumi
- Museum Timor Timur (bekas Anjungan Timor Timur)
Teater
atau bioskop
Teater
IMAX Keong Emas yaitu teater dengan layar berukuran raksasa,
jauh lebih besar daripada layar bioskop ukuran normal. Di Teater IMAX Keong Mas diputar berbagai film mulai dari
film bertemakan lingkungan dan kebudayaan nusantara sampai film-film box office yang resolusinya diubah
menjadi khusus untuk teater IMAX. Film IMAX yang diputar antara lain Indonesia
Indah II, Force of Nature, T-Rex, Blue Planet, Arabia, Journey to Mecca, dll.
Beberapa film box office yang pernah diputar di sini di antaranya adalah:
- Final Destination 1 (17 Maret 2000)
- Final Destination 2 (31 Januari 2003)
- Final Destination 3 (10 Februari 2006)
- Final Destination 4 (28 Agustus 2009)
- Final Destination 5 (12 Agustus 2011)
o Teater
Tanah Airku
o Teater
4D
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan mempelajari
data-data yang kami peroleh dari peninjauan dan penelitian objek wisata serta
buku-buku panduan yang ada, kami akan memberikan kesimpulan
·
Widya wisata adalah para wisatawan
·
Karya wisata adalah pariwisata yang bertujuan
menunaikan tugas
·
Dengan kedua pengertian di atas maka telah
melaksanakan keduanya yaitu “ Study Tour”
·
Objek wisata di Indonesia harus tetap dijaga
·
Kita wajib mempelajari objek-objek wisata di
Indonesia
·
Objek wisata di Bandung dan Jakarta merupakan
kekayaan bagi bangsa dan negara
·
Objek wisata di Bandung dan Jakarta merupakan hasil
cipta dan karya rakyat.
3.2 Saran
a.
Bagi
Sekolah
Ø Sekolah sebaiknya
dapat memberikan keringanan biaya bagi siswa-siswi yang kurang mampu atau
kesulitan biaya untuk mengikuti study tour sehingga tidak ada siswa-siswi yang
tidak bisa mengikuti study tour karena kendala biaya.
Ø
Sekolah diharapkan memberi waktu yang lebih lama
bagi siswa untuk mengerjakan karya tulis
Ø
Sekolah sebaiknya memberi waktu yang lebih lama bagi
siswa untuk menikmati objek wisata
b.
Bagi
Pendamping
·
Diharapkan lebih mendisiplinkan para murid agar
lebih dapat membawa diri untuk bersikap dalam bergaul
·
Lebih memperhatikan kesehatan murid, khususnya
keadaan murid yang kurang sehat selama dalam perjalanan
·
Diharapkan dapat menjadi orang tua dan teman bagi
siswa – siswi selama study tour sehingga dapat lebih akrab
·
Diharapkan lebih sigap menangani kejadian-kejadian
diluar dugaan yang bersifat mengganggu program study tour.
c. Bagi Siswa
·
Siswa diharapkan tidak hanya memanfaatkan study tour
sebagai sarana rekreasi saja, namun juga sebagai sarana belajar menambah
wawasan.
·
Siswa diharapkan tertib dan disiplin agar perjalanan
study tour berjalan lancar
·
Siswa diharapkan dapat menjaga sikap selama study
tour, serta memperhatikan semua perintah pembimbing atau peraturan biro tour,
guru pembimbing dan tour guide demi keamanan pribadi
·
Siswa diharapkan ikut menjaga kebersihan dan
kelestarian objek-objek wistata yang di kunjungi
·
Siswa dianjurkan tidak bepergian seorang diri di
objek-objek wisata maupun waktu bebas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
www. wikipedia.org/
Pusat Pembimbing
dan Pembangunan Bahasa.2005.
Lampiran-lampiran :
Foto-foto
No comments:
Post a Comment