MAKALAH ALAT TANGKAP IKAN PURSE SEINE

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.  Adanya permintaan menyebabkan terjadi siklus ekonomi dimana akan terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas penangkapan akan dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan untuk meraih keuntungan yang sebesar-sebesarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan. 
Kecirian perikanan tangkap adalah ketidakpastian yang cukup tinggi, karena dalam operasi penangkapan ikan nelayan harus mampu menentukan lokasi penangkapan ikan yang potensil. Permasalahan utama dalam kegiatan penangkapan ikan adalah menentukan lokasi penangkapan yang potensil, karena jenis ikan cakalang merupakan kelompok ikan pelagis besar yang selalu melakukan migrasi dengan jarak jauh. Salah satu indikator dalam menentukan
Aktivitas perikanan dimulai dengan usaha melakukan penangkapan ikan ataupun mengumpulkan biota akuatik (rumput laut, kerang-kerangan dan lain-lain). Penangkapan ikan tentu saja didukung oleh teknologi penangkapan ikan yang memadai dan berwawasan lingkungan. Hal ini bertujuan agar hasil tangkapan yang diperoleh maksimal serta tidak menimbulkan kerusakan pada habitat ikan sehingga sumberdaya ikan tetap lestari. Operasi penangkapan ikan oleh setiap jenis alat tangkap memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan setiap jenis alat tangkap memiliki kontruksi yang berbeda yang disesuaikan dengan target tangkapan dan kondisi perairan pada daerah penangkapan ikan, contohnya alat tangkap purse seine. Alat tangkap purse seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan. Perikanan purse seine menghasilkan sebanyak 15,1 % dari total hasil tangkapan berbagai alat tangkap di Jepang, dengan demikian purse seine merupakan alat penangkapan yang penting baik untuk perikanan pantai maupun perikanan lepas pantai. Panjang purse seine bergantung pada dimensi kapal, waktu operasi, dan jenis ikan yang akan ditangkap. Begitu pula dimensi kapal, semakin besar dimensi kapal maka kemampuan kapal tersebut untuk membawa jaring dan alat bantu penangkapan ikan lainnya semakin besar dengan demikian jarak jangkau fishing ground akan semakin luas. Pengoperasian alat tangkap purse seine tentu saja didukung oleh berbagai alat bantu dengan tujuan agar hasil tangkapan yang diperoleh maksimal. Alat bantu penangkapan adalah alat yang digunakan untuk memudahkan proses penangkapan ikan dengan alat tangkap tertentu. Contoh alat bantu penangkapan yang umumnya digunakan yakni rumpon, lampu dan alat bantu navigasi seperti fish finder, echosounder dan lain sebagainya
Echo-sounder atau fish finder sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan ikan merupakan alat pengindraan jarak jauh dengan prinsip kerja menggunakan metode akustik yaitu sistem sinyal yang berupa gelombang suara. Sinyal yang dipancarkan kedalam laut secara vertikal setelah mengenai obyek, pantulan sinyal diterima kembali kemudian diolah sehingga menghasilkan keterangan tentang kedalaman laut, kotur dan tekstur dasatr laut dan posisi dari gerombolan ikan.

B.  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.      Jelaskan pengertian dan hal-hal yang menyangkut Purse seine!
2.      Jelaskan Pengertian Echosounder !
3.      Bagaimana cara menggunakan alat tangkap purse seine dengan alat bantu penangkapan echosounder?

C.  TUJUAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu; Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan hal-hal yang menyangkut alattangkap purse seine; Mengetahui Pengertian dan kegunaan alat bantu penangkapan echosounder; dan Menjelaskan secara lengkap cara menggunakan alat tangkap purse seine dengan alat bantu penangkapan echosounder.









BAB II
PEMBAHASAN
A.  PURSE SEINE
a.  Pengertian Purse Seine
Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak di bagian bawah jaring. Dengan adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutup seperti pundi-pundi terbalik dan mengurung ikan yang tertangkap. Pukat cincin dapat berukuran sangat besar dan dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu.
Menurut Ayodhyoa (1972), purse seine biasa disebut juga dengan jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Pukat cincin kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut. Pukat cincin digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (scholling) di permukaan laut.
b.  Deskripsi Alat Tangkap
Satu unit purse seine terdiri dari jaring, kapal, dan alat bantu (roller, lampu, echosounder, dsb). Bagian-bagian purse seine:
1.      Kantong (bag, bunt)
2.      Badan jaring
3.      Tepi jaring
4.      Pelampung (float)
5.      Tali pelampung (float line)
6.      Sayap (wing)
7.      Pemberat  (sinker, lead)
8.      Tali penarik (purse line)
9.      Tali cincin (purs ring)
10.  Selvage (srampatan) (Fiqrin, 2010).
      B.  ECHOSOUNDER
      I.  Pengertian
Acoustic System mulai dikenal dan populer dengan istilah SONAR (sound navigation and ranging). ASDIC 'Allied Submarine Detection Investigation Committee' pada masa Perang Dunia I (PD I). Lalu Acoustic System mulai dikembangkan oleh Inggris pada masa pra-Perang Dunia II (PD II) dengan membuat ASDIC (Anti Sub-marine Detection Investigation Committee) yang terbukti sangat berguna bagi Angkatan Laut Negara-negara Sekutu pada PD II. Setelah PD II berakhir, penggunaan akustik semakin berkembang luas untuk tujuan damai dan ilmiah, antara lain digunakan untuk; mempelajari proses perambatan suara pada medium air, penelitian sifat-sifat akustik dan benda-benda yang terdapat pada suatu perairan, komunikasi dan penentuan posisi di kolom perairan. Selanjutnya perkembangan akustik semakin pesat pada awal dekade 70-an karena telah ditemukan Echo Integrator yang dapat menghasilkan nilai absolut untuk pendugaan dan estimasi bawah air.
Awalnya echo suonder hanya digunakan untuk mendeteksi jarak antara sumber suara dikapal dengan sumber pantulan yaitu dasar laut atau mengukur kedalaman dasar laut, namun dengan perkembangan teknologi serta pesatnya penyebarannya hingga dikenal di dunia perikanan tangkap.Echo-sounder dapat memberikan informasi kedalaman dasar perairan dan gerombolan ikan yang diperlukan bagi nelayan, nelayan dapat memperkirakan alat tangkapnnya sesuai atau tidak untuk dioperasikan pada kedalaman yang terdeteksi, seperti misalnya alat tangkap rawai dasar dan pancing ulur untuk ikan dasar, panjang tali yang mesti disediakan.
Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air (Parkinson, B.W., 1996). Echosounder terdiri dari 2 macam yaitu :
      2.      Single-Beam Echosounder
Single-beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara.Komponen dari single-beam terdiri dari transciever (transduceratau receiver) terpasang pada lambung kapal.Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) menyusuri bagian bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever.Transciever terdiri dari sebuah transmiter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.
·  Transmiter ini menerima secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi sampai pada orde kecepatan milisekon.
·  Range frekuensi single-beam echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi hanya menyediakan informasi kedalam sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal (Urick , 1983).
      3.      Multi-Bean Echosounder
Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas.Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bad), beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Multi beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan krang dari 1 m akurasi horizontalnya) (Urick, 1983).
Echosounder berdasar output yang dihasilkan terdiri dari 2 macam yaitu :
      a.       Recording Echosounder
Echosounder perekam membuat gambar yang memperlihatkan kedalaman ikan dan dasar laut. Gambar-gambar yang dibuat akan tergambar pada sehelai kertas sehingga bisa disimpan untuk dilihat kemudian.
       b.        Echo sounder Warna
Echosounder warna adalah jenis alat yang terbaru. Echosounder warna tidak dapat membuat gambar pada selembar kertas,tetapi echosounder warna memiliki part khusus yang dapat memanggil kembali gambar-gambar lama yang telah diperoleh dan memperlihatkannya melaluimonitor ketika diperlukan.
4. Fungsi Echosounder
Kegunaan dasar dari echosounder yaitu menentukan kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Data tampilan juga dapat dikombinasikan dengan koordinat global berdasarkan sinyal dari satelit GPS yang ada dengan memasang antena GPS (Parkinson, B.W., 1996).Echo sounders mengukur kedalaman air dengan membangkitkan pulsa akustik pendek atau ping yang dipancarkan ke dasar air kemudian mendengarkannya kembali dari dasar air itu. Waktu antara pulsa akustik yang dipancarkan dan kembalinya echo adalah waktu yang diperlukan gelombang akustik untuk merambat ke dasar air dan memantul kembali ke permukaan air. Dengan mengetahui waktu dan kecepatan suara di dalam air, maka kedalaman dasar air dapat dihitung. Sebagai contoh, jika diperoleh data 10 detik antara saat ping yang dipancarkan dan didengar echonya, dan menggunakan kecepatan suara 1500 m/s, maka perjalanan atau perambatan gelombang akustik yang ditempuh adalah 10 detik x 1500 m/s = 15000 m. Karena ini adalah perjalanan pulang pergi “distance to target end back, maka jarak alat ke dasar air adalah separuh dari 15000 m, atau 7500 m. Secara umum dapat dirumuskan:
Jarak = (1/2) x Kecepatan suara x Waktu Echo (Burdic, 1991).
Untuk menghasilkan suatu gelombang akustik, sebuah echo sounder menggunakan sebuah alat yang disebut proyektor.Proyektor dapat menghasilkan gelombang akustik di dalam air, dan ada banyak lagi bentuk dari proyektor yang diseduaikan untuk aplikasi-aplikasi yang spesifik (Herli Firdaus, 2008).
5. Cara Pengoperasian Echo Sounder
Sebelum mengoperasikan echo sounder, hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah mengetahui fungsi kerja dari bagian-bagian dari echo sounder itu sendiri.
Keterangan :
1.      Kedalaman dalam jarak akustik
2.      Balok vertikal sudut
3.      Range pengaturan di perangkat lunak
4.      Lebar petak dasar laut
5.      Tow sisi kedalaman scan sonar
6.      Pelabuhan dan pemisah saluran kanan
7.      Lebar balok horizontal
Cara Pemakaian dari echo sounder ini adalah sebagai berikut :
  1. Memasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai pengambilan data.
  2. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang.
  3. Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.
  4. Masukkan single beam kedalam air.
  5. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display.
  6. Set frekuensi yang akan digunakan 200 Hz untuk laut dangkal atau 50 Hz untuk laut dalam atau dual untuk menggunakan keduanya.
  7. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air.
  8. Pengambilan data.
  9. Pemrosesan data.
6. Cara Pengukuran & Pembacaan Echo Sounder
Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan signal dari echo sounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke echo sounder. Nilai waktu yang diperoleh di konversikan dengan kecepatan gelombang suara di dalam air. Untuk data kedalaman yang lebih tepat, dimasukkan pula data-data temperatur air, salinitas air dan tekanan air. Hal ini diperlukan untuk memperoleh konversi yang tepat pada cepat rambat suara di dalam air.
Berikut adalah perhitungannya :
c = 1448.6 + 4.618T2 − 0.0523 + 1.25 * (S − 35) + 0.017D
dimana :
c = kecepatan suara (m/s)
T = temperatur (degrees Celsius)
S = salinitas (pro mille)
D = kedalaman
7.  Kelebihan & Kekurangan Echo Sounder
Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan echo sounder itu adalah sebagai berikut :
       a.         Kelemahan dari penggunaan echo sounder adalah jika semakin dalam laut, gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas (tidak terlihat lebih spesifik gambar karang, ikan, kapal karam,dan sebagainya). Contoh ketika echo sounder digunakan di akuarium yang berisi ikan, gambar yang dihasilkan lebih jelas, hal ini dipengaruhi oleh laut. Disamping itu mengganggu komunikasi antar hewan laut contohnya paus dan lumba–lumba.
       b.        Keuntungan dari penggunaan echo sounder adalah dapat mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar laut, disamping itu digunakan nelayan untuk mengetahui gerombolan ikan,serta dapat mengukur suhu air pada kedalaman tertentu. Penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam pencarian sumber daya ikan yang baru, sehingga akan mempercapat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan 
II. Hubungan Alat Penangkapan Purse Seine dengan MenggunakanAlat Bantu Echosounder
Teknik Operasi Dengan Mengejar Gerombolan Ikan
      1)      Pertama-tama harus menemukan gerombolan ikan. Ciri-ciri adanya gerombolan ikan biasanya ditandai dengan:
·  Adanya perubahan warna air laut, karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan air.
·  Ikan-ikan melompat-lompat dekat permukaan.
·  Adanya buih-buih dekat permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan ikan.
·  Burung-butung yang menukik dan menyambar di permukaan hal-hal tsb diatas biasanya terjadi pada saat senja atau pagi hari
Namun, setelah berkembangnya jaman, metode tradisional menemukan target sudah jarang digunakan dan cenderung kea lat bantu penangkapan modern seperti halnya Sonar.
Penggunaan Sonar dan Echosounder sebagai alat pendeteksi ikan (Fish Finder), yang juga dilengkapi dengan GPS Receiver dan Marine Radar.  Penggunaan alat-alat ini diharapkan dapat membantu para nakhoda di dalam memburu gerombolan ikan yang menjadi targetnya dan pada akhirnya akan mengurangi lama trip penangkapan.
Sekarang hampir dipastikan semua kapal purse seine yang beroperasi telah menggunakan alat-alat tersebut, pastinya GPS, dan setidaknya salah satu dari Sonar atau Echosounder sebagai fish finder. Transducer dipasang di bagian bawah kapal, tapi bukan di 1/3 panjang kapal melainkan tepat di bawah kamar mesin.
Sesuai dengan namanya, SONAR (Sound Navigation and Ranging) digunakan untuk mencari lokasi gerombolan ikan yang akan ditangkap.  Pencarian yang dilakukan Sonar bersifat horizontal, meski bisa pula digunakan secara vertikal dengan mengubah angle tranducer.  Sebaliknya, Echosounder bekerja secara vertikal.  Selain menginformasikan kedalaman suatu perairan, alat ini juga menginformasikan type dasar laut yang dilewati kapal.  Dengan demikian, kerusakan jaring akibat terkena batu karang dapat dihindari.
Dalam teori operasi penangkapan dengan menggunakan Purse Seine, Sonar digunakan untuk mendeteksi kawanan ikan yang menjadi target tangkapan, selanjutkan kapal akan menurunkan jaring (Purse Seine) dan berlari mengejar kawanan tersebut seraya melingkarinya.  Ikan-ikan yang menjadi target adalah gerombolan ikan pelagis yang berenang dengan cepat seperti tongkol, tenggiri dan bahkan Tuna untuk kapal-kapal Super Purse Seiner.
      2)      Setelah itu dilakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah renang ikan Pada waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan secepat mungkin, dengan tujuan agar gerombolan ikan segera terkepung.
      3)      Penarikan tali kolor. Setelah kedua tepi jaring bertemu maka dilakukan penarikan tali kolor dengan maksud untuk mencegah ikan agar tidak lari ke arah bawah jaring. Sekarang ini penarikan tali kolor ada yang menggunakan roller.
      4)      Penarikan tubuh jaring, float line. Ini ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian semua pemberat telah berada di atas kapal.
      5)      Pengambilan hasil tangkapan

C. Analisa Usaha
Untuk mengetahui kemungkinan pelaksanaan investasi, maka dilakukan analisis kelayakan investasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan “kriteria investasi”. Adapun aspek yang dijadikan tolak ukur dalam usaha budidaya adalah :
      1.    Aspek Pasar
Dalam analisis pasar pokok bahasan yang dianalisa adalah permintaan dan pena-waran produk, strategi pemasaran yang efisien dan cara menghadapi persaingan. Dalam me-nganalisa peluang pasar diperlukan data-data permintaan dan penawaran nasional pada tahun yang lalu untuk mengetahui estimasi permintaan dan penawaran pada tahun men-datang dengan menggunakan metode trend kuadratik. Fungsi persamaan metode trend kuadratik secara matematis (Suratman, 2001):  
Dimana:
 Y = jumlah permintaan/penawaran (trend)
 X = parameter fungsi
 a = konstanta
 b,c = koefisien parameter
      2.    Aspek Teknis
Ruang lingkup dalam aspek teknis adalah (Primyastanto M, (2003):
·  Lahan suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.
·  Skala produksi yang ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan ekonomi.
·  Kriteria pemilihan mesin dan perleng-kapan utama serta alat pembantu mesin.
·  Proses produksi dan lay out pabrik terma-suk juga lay out bangunan dan fasilitas lain.
·  Jenis teknologi yang diusulkan termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial.
      3.    Aspek Finansial
            Analisis Jangka Pendek
              1.  Penerimaan (Total Revenue)
Penerimaan atau pendapatan merupa-kan hasil kali dari total produk dengan harga produk per satuan, yang dirumuskan sebagai berikut :     
        Keterangan :
       T: Penerimaan (Rp)
        P    : Produk (kg)
       Q    : Harga produk (Rp/kg)
              2.  Keuntungan (p)
Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya pe-nerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap maupun tidak tetap, yang dirumuskan sebagai berikut :
              *
         Dimana :
       Total Revenue (TR) : Pendapatan kotor usaha           
                              Total Cost (TC)  : biaya produksi (biaya tetap + biaya variabel)
      3.  Return to Equity Capital (REC)
Menurut Soekartawi (1986), Return to Equity Capital adalah suatu ukuran untuk mengetahui nilai imbakan terhadap modal sendiri. Untuk menghitung REC digunakan rumus
       Keterangan :
                           Return to Equity Capital (REC) :  nilai im-balan terhadap modal
        Laba bersih : pendapatan – biaya
                  Nilai Kerja Keluarga (NKK): nilai tenaga kerja yang berasal dari pemilik  usaha dihitung berdasarkan bunga deposito dari sejumlah modal yang digunakan.
    Analisis Jangka Panjang
      1.  Payback Periode (PP)
Payback periode merupakan metode yang mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali, karena itu satuan hasilnya bukan prosentase, melainkan satuan waktu (bulan tahun dan sebagainya). Kalau periode payback ini lebih pendek dari yang diisyaratkan maka proyek dikatakan menguntungkan, dan bila  le-bih lama proyek ditolak. Rumusnya sebagai berikut : 
      2.  Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah adalah selisih antara benefit (penerimaan) dengan Cost (pengeluaran) yang telah di present valuekan. Kriteria ini men-gatakan bahwa proyek akan dipilih apabila NPV > 0, dan tidak akan di-pilih/tidak layak untuk dijalankan bila NPV < 0. Rumus :
            Dimana : 
            Bt = Benefit pada tahun t
            Ct = Cost pada tahun t
              n = Umur ekonomis suatu proyek
               i = tingkat suku bunga yang berlaku
      3.  Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit dan cost yang telah dipresent valuekan sama dengan 0. Kriterianya adalah bila IRR > tingkat bunga yang berlaku saat itu maka proyek akan dipilih, bila IRR < tingkat bunga yang berlaku saat itu, maka proyek tersebut tidak dipilih (Primyastanto M, 2003).
            Rumus :    
                i’ = suku bunga pada interpolasi pertama
                i” = suku bunga pada interpolasi kedua
          NPV’ = nilai NPV pada discount rate pertama
          NPV” = nilai NPV pada discount rate kedua
      4.  Profitability Index (PI) atau Net B/C
Profitability Index (PI) atau Net B/C adalah ukuran efektivitas hasil investasi terha-dap biaya investasi dengan pendekatan keuntu-ngan tunai dan nilai sekarang.
Sedangkan syarat kelayakan investasi ditentukan sebagai berikut:
        Jika PI > 1 maka investasi efektif.
        Jika PI < 1 maka investasi tidak efektif.
      5.  Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas yaitu melihat kepe-kaan (Sensitivitas) dari usaha jika terjadi inflasi (kenaikan Harga) dan deflasi (penurunan daya beli) dengan membandingkan Nilai Kriteria Kelayakan Investasi dari NPV, Net B/C dan IRR melalui cara berikut (Primyastanto, 2003):
·  Nilai penjualan diturunkan (..%) sampai nilai IRR aktual mendekati IRR estimate; Analisis Sensitivitas Pada Gross Benefit Turun (..%).
·  Nilai biaya operasional dan penga-daan baru dinaikkan (..%) sampai nilai IRR aktual mendekati IRR estimate yaitu Analisis Sensitivitas Pada Gross Cost naik (..%).
·  Secara bersama–sama nilai penjualan ditu-runkan (..%) dan Nilai Biaya Opera-sional dan Pengadaan Baru dinaikkan (..%) sampai nilai IRR Aktual mendekati IRR estimate yaitu Analisis Sensitivitas Pada Gross Benefit Turun ..% dan Gross Cost Naik ..%. 
      4.    Aspek Manajemen
Peranan manajemen dalam keberhasilan suatu proyek memegang peranan penting, se-hingga evaluasi terhadap aspek manajemen mutlak perlu dilaksanakan. Tingkat kesesuaian data dievaluasi antara landasan teori dengan masalah sebenarnya yang ada dilapangan dida-sarkan pada analisa Planning, Organizing, Actuating, Controlling (Primyastanto M, 2003).

      C.   Sumberdaya Perikanan
Perikanan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan makanan bagi manusia. Selain dari itu, tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, pemancingan ikan yang berkaitan dengan rekreasi, dan mungkin juga menangkap ikan untuk tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak ikan.
Pengelolaan sumberdaya ikan seperti ini lebih berorientasi pada sumberdaya (resource oriented) yang lebih ditujukan untuk melestarikan sumberdaya dan memperoleh hasil tangkapan maksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya tersebut. Dengan kata lain, pengelolaan seperti ini belum berorientasi pada perikanan secara keseluruhan (fisheries oriented), apalagi berorientasi pada manusia (social oriented).
Pengelolaan sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan “Maximum Sustainable Yield” telah mendapat tantangan cukup keras, terutama dari para ahli ekonomi yang berpendapat bahwa pencapaian “yield”  yang maksimum pada dasarnya tidak mempunyai arti secara ekonomi.   Hal ini berangkat dari adanya masalah “diminishing return” yang menunjukkan bahwa kenaikan “yield” akan berlangsung semakin lambat dengan adanya penambahan “effort” (Lawson, 1984).   Pemikiran dengan memasukan unsur ekonomi didalam pengelolaan sumberdaya ikan, telah menghasilkan pendekatan baru yang dikenal dengan “Maximum Economic Yield” atau lebih popular dengan “MEY”.   Pendekatan ini pada intinya adalah mencari titik yield dan effort yang mampu menghasilkan selisih maksimum antara total revenue dan total cost.

      D.   Faktor- Faktor Produksi
Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu
·  Tenaga kerja, mencakup waktu yang dipergunakan oleh pekerja dalam suatu proses produksi, kontribusi fisik maupun intelektualnya sesuai dengan kualifikasinya, yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja trampil, atau tenaga kerja tidak terdidik.
·  Modal, berbentuk barang-barang tahan lama (barang modal) disebut juga modal konkret yang meliputi: berbagai mesin, peralatan kerja, bangunan dan sarananya serta (data processing) computer; dapat juga berbentuk abstrak seperti hak paten, nama baik (goodwill, dan hak merek dagang.  Sumber utama modal bisa berupa investasi pribadi yang berasal dari pengusaha individu, mitra bisnis atau investor pembeli saham yang bersangkutan.
·  Wirausahawan, sebagai individu yang melihat peluang dan mau menanggung resiko yang timbul dari penciptaan dan pengoperasian usaha bisnisnya.
·  Sumber daya fisik alam, meliputi sumber daya alam non-energi: bahan tambang seperti tembaga, biji besi dan pasir; juga sumber daya energi seperti  bahan bakar industri; serta fasilitas perkantoran dan produksi.
·  Sumber daya informasi, yaitu seluruh data yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia, serta data ekonomi lainnya (http://aryabimantara.wordpress.com,2011)
     
      E.    Pendapatan
Pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atauearnings . Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa(fees ), bunga, dividen, royalti dan sewa.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon (http://www.scribd.com,2011).
Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap maupun tidak tetap

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

1.      Menurut Ayodhyoa (1972), purse seine biasa disebut juga dengan jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Pukat cincin kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut. Pukat cincin digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (scholling) di permukaan laut.
2.      Echo-sounder atau fish finder sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan ikan merupakan alat pengindraan jarak jauh dengan prinsip kerja menggunakan metode akustik yaitu sistem sinyal yang berupa gelombang suara. Sinyal yang dipancarkan kedalam laut secara vertikal setelah mengenai obyek, pantulan sinyal diterima kembali kemudian diolah sehingga menghasilkan keterangan tentang kedalaman laut, kotur dan tekstur dasatr laut dan posisi dari gerombolan ikan.
3.      Echosounder digunakan pada alat tangkap Purse seine untuk mengetahui arah, jarak, serta seberapa banyak target tangkapan yang akan di hadapi.

B.  Saran
Sebaiknya dilakukan studi kasus agar para pembaca tidak hanya mengetahui echosounder secara teori tetapi juga mengetahuinya secara keseluruhan dalam artian praktek.









DAFTAR PUSTAKA
Direktorat   Jendral    Perikanan    Tangkap Pelabuhan          Perikanan        Nusantara Sibolga.      Laporan                    Tahunan Pelabuhan    Perikanan  Nusantara Sibolga. 2012.
Irham L, dan Yogi. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Poliyamawidya Pustaka, Jakarta.
Siregar, N. 2012. Analisis Usaha Pukat Cincin di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Gabion Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 78 hal
Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta. 305 hal.
Umar. H. 1999. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 426 hal















ALAT TANGKAP IKAN PURSE SEINE



Oleh :
NAMA                       : anika humaidi
NIM                           : 10000
KELAS                      : 7B








STIP FARMING SEMARANG
Jl Pawiyatan Luhur IV/ 15 Bendan Duwur, Semarang 50235

1 comment:

Fenny said...

Artikel yang sangat bagus.. Banyak mengedukasi dan menambah wawasan..
Sungguh bermanfaat :)

Salam sukses selalu dari Pemain ayam - Komunitas Ayam Jago Indonesia.