A. Latar Belakang
Dalam
pembahasan makalah kali ini, berangkat dari judul makalah yang mencakup sub
pokok bahasan ruang lingkup ayat-ayat Tarbawi dalam Al-Qur’an, yang dalam
kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang ayat Al-Qur’an yang berhubungan
dengan ‘Kelemahan Manusia’, kami akan mencoba menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan Tafsir
Tarbawi yang merupakan salah satu mata kuliah di semester ini.
Seiring bergantinya zaman, Ilmu Tafsir yang
merupakan salah satu ilmu yang mempermudah kita dalam memahami Al-Qur’an secara
mendetail. Oleh karena itu, marilah kita mengenal lebih jauh tentang sebenarnya
apa yang menjadi objek Ilmu Tafsir. Dengan adanya pembahasan ini kita sebagai
generasi muda islam supaya lebih mengenal, memahami dan mempelajari Ilmu Tafsir
karena dengan mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan lebih mengetahui siapa
diri kita dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani
kehidupan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelemahan Manusia dalam Pandangan
Al-Quran ?
2. Apa amanat Allah yang diberikan kepada
manusia ?
3. Apa saja
Sifat manusia menurut Al-Qur’an ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui kelemahan manusia dalam pandangan Al-Quran.
2.
Untuk mengetahui amanat Allah yang diberikan kepada manusia.
3.
Untuk mengetahui sifat manusia menurut Al-Qur’an.
D. Sentral Kajian
Q.S.
Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا ¤
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا ¤ وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا ¤ إِلا
الْمُصَلِّينَ ¤ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ ¤ وَالَّذِينَ فِي
أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ ¤ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ ¤ وَالَّذِينَ
يُصَدِّقـــُونَ بِيَوْمِ الد ِّيــن ¤ ِ وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِرَبِّهِمْ
مُشْفِقُونَ ¤
Artinya :
19.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. Dan
apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
22. Kecuali
orang-orang yang mengerjakan shalat,
23. Yang
mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
24. Dan
orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25. Bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
26. Dan
orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
27. Dan
orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
Q.S.
Ar-Ruum (30) : Ayat 54
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Artinya :
”Allah, dialah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah
keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Q.S.
Yasin (36) : Ayat 77
أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا
خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
Artinya :
Dan
apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air
(mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
Q.S.
Al-Ahzab (33) : Ayat 72
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ
مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
Artinya :
”Sesungguhnya kami
Telah mengemukakan amanat[1] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh.”
Q.S
Al-Balad (190): 4-8
Artinya :
4.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
6. Dia mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak”.
7. Apakah dia menyangka bahwa
tiada seorangpun yang melihatnya?5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
6. Dia mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak”.
8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
Q.S.
An-Nisa (4) : Ayat 28 - 29
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ
عَنْكُمْ وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا ¤ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا
تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً
عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ
رَحِيمًا
Artinya :
28. Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu[3], dan manusia dijadikan bersifat lemah.
29. Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
E. Asbabun Nuzul
Untuk lebih memahami al-Qur’an, perlu
diketahui latar belakang turunnya atau sering juga disebut ‘asbab nuzulnya’.
Dengan mengetahui asbab nuzulnya ayat-ayat al-Qur’an, kita akan lebih memahami
arti dan makna ayat-ayat itu dan akan hilanglah keraguan dalam menafsirkannya.
Betapa banyak ulama yang menganggap penting
pengetahuan asbab nuzul ayat itu, dan berbagai usaha telah dilakukan untuk
meneliti dan mengumpulkan bahannya. Tetapi para ulama menjelaskan, bahwa tidak
setiap ayat-ayat didalam al-Qur’an terdapat asbab nuzul yang sesuai dengan
peristiwa atau kejadian ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, kami tidak
mencantumkan asbab nuzul ayat-ayat al-Qur’an yang ada dalam makalah kami ini.
F. Tafsir dan Penjelasan
Q.S.
Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27
Tafsir / Penjelasan :
”Sesungguhnya manusia
diciptakan dalam keadaan keluh kesah”. Allah menciptakan manusia dalam bentuk
yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya
dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan
intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk
belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Menurut
Al-Dhahhak, manusia disini khusus orang kafir. Dalam ayat-ayat yang menjadi
materi pengecualian (mustatsna) atau yang menjadi mukhashshish dari keumuman
lafal al-Insan tersebut. Kelompok manusia yang pertama menjadi mukhashshish
adalah orang-orang yang mendirikan sholat (al-mushallin), dimana sholat merupakan
pembeda pokok antara seorang Muslim dengan seorang Kafir. Jadi, jika pendapat
al-Dhahhak ini diikuti, maka tafsiran ayat ini adalah “sesungguhnya orang kafir
diciptakan dalam keadaan bersifat keluh kesah”. Mafhum mukholafahnya adalah,
orang Islam yang mendirikan sholat tidaklah bersifat demikian.
Maksud dari kata “Halu’a”
(Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu Kisan menafsirkan ayat ini dengan ;
“Allah menciptakan manusia dengan sifat selalu menyukai perkara-perkara yang
menyenangkan, dan selalau tidak menyukai perkara-perkara yang tidak
menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu yang disenanginya dan tidak sabar atas
sesuatu yang dibencinya.”
Ayat berikutnya yaitu : Al-Syarr (‘kejelekan’, ‘kesusahan’, ‘kerugian’), adalah
sesuatau yang dibenci dan sangat tidak dikehendaki oleh manusia. Sedangkan
Al-Khair ( ‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’), merupakan sesuatau yang
dikehendaki dan diinginkan oleh manusia.namun demikian suka atau tidak suka,
keduanya yang sangat bertentangan itu merupakan bagian dari realitas kehidupan
manusia yang mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan, kesenangan, dan
keuntungan yang merupakan bagian dari anugerah Allah hendaknya diterima dengan
hati penuh syukur kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Sebaliknya, keburukan, kesusahan, dan kerugian, hendaknya disikapi dengan jiwa
yang penuh kesabaran dan ketabahan disertai tawakal kepada-Nya.
”Kecuali orang-orang
yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”. Ini adalah
ayat yang mentakhshishkeumuman lafal al-Insan. Artinya, bahwa orang-orang yang
tetap mengerjakan sholattidak termasuk manusia yang menolak kebaikan dengan
tidak mensyukurinya dan menyesali kejelekan dengan tidak sanggup bersikap sabar
menghadapinya. Orang yang selalu mendirikan sholat memiliki hubungan dan
ketergantungan vertikal yang sangat kuat kepada Allah SWT. dan akan selalu
memposisikan kebaikan dan keburukan yang menimpanya sebagai batu ujian
keimanan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 35 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya :
”Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu
dikembalikan.”
Klausa da-imun dalam ayat diatas menegaskan
bahwa shalat yang akan menetralisir manusia sebagai mahluk yang berkeluh kesah
adalah sholat yang dilakukan secara terus menerus. Shalat da-im ialah shalata
yang dialksanakan selamanya dan tanpa henti. Shalat da-im maksudnya
melaksanakan dan mengaplikasikan ruh dan nilai-nilai dari ajaran ritualitas
shalat kedalam gerakan hidup sehari-hari sejak bangun pagi hingga beranjak
tidur.
Menurut penjelasan dari ayat diatas, bahwa
orang yang setia melaksanakan shalat dan berusaha menerapkan nilai-nilainya
dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang tidak akan berkeluh kesah
menghadapi sesulit apapun kehidupan ini.
Kelompok orang yang tidak akan mengalami keluh
kesah, yaitu
(1) orang-orang yang memberikan sebagian hak
kekayaannya kepada fakir miskin,
(2) orang-orang yang
membenarkan akan datangnya hari pembalasan,
(3) orang-orang yang merasa takut akan
siksaaan Allah,
(4) orang-orang yang
memelihara kemaluannya selain kepada istri-istrinya,
(5) orang-orang yang memelihara amanat,
(6) orang-orang yang selalu memberikan
kesaksian yang benar.
Dikatakan juga bahwa shalat ideal ialah shalat
yang amampu membentuk akhlaq al-karimah bagi pelakunya baik secara individual
maupun secara social. Shalat yang seperti inilah yang secara psikologis akan
mampu melahirkan keseimbangan batin dan ketahanan mental dalam menghadapi
situasi kehidupan sesulit apapun.
Kelemahan manusia sebagai mahluk yang suka
berkaluh kesah yang digambarkan dalam ayat diatas, sebetulnya sekaligus juga
menjadi kelebihannya. Sebab, melalui kelemahan tersebut manusia mampu melakukan
introspeksi diri dan akan selalu berusaha menutupi kelemahannya.
Karena itu, kelemahan ini tidak harus menjadi
penghalang bagi manusia dalam memproses dirinya menuju ‘kesempurnaan’ dan
kematangan sebagai mahluk yang telah dipercaya memikul amanat khilafah di muka
bumi. Pesan substantifdarai ayat-ayat tersebut, Allah SWT. tidak bermaksud
‘mempermalukan’ manusia melalui sifat keluh kesahnya, melainkan bahwa shalat
berikut indicator-indikator yag ditimbulkannya, adalah sebagai mi’raj mu’minin,
sesuai nama surahnya, Al-Ma’arij. Selebohnya melalui ayat-ayat ini Allah SWT.
mengajarkan kepada manusia tentang sifat sportif dan berlapang dada untuk
menunujukan kelemahan dan kekuranagn serta menerima masukan dan kritikan dari
orang lain sebagaian dari proses perbaikan dirinya.
Q.S.
Ar-Ruum (30) : Ayat 54
Tafsir /
Penjelasan :
Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang
paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya
dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan
intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk
belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Pernahkah kita
berpikir, mengapa meski memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia memiliki
tubuh yang sangat rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari luar dan
dalam? Mengapa begitu mudah terserang mikroba atau bakteri, yang begitu kecil
bahkan tidak tertangkap oleh mata telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan
waktu tertentu setiap harinya untuk menjaga dirinya bersih? Mengapa ia
membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan mengapa ia bertambah usia
sepanjang waktu?
Manusia bukan makhluk super, walaupun manusia
makhluk yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, tetapi manusia
adalah makhluk yang paling lemah diantara makhluk-makhluk lainnya. Dengan
makhluk yang tidak bernyawa seperti angin,air,tanah dan api pun manusia tidak
bisa melawannya. Angin jika telah menjadi angin puting beliung akan mengancam
jiwa manusia. Air jika menjadi air bah dan tsunami akan melenyapkan peradaban
manusia. Tanah jika bergunjang dan longsor akan mengubur manusia. dan api jika
telah berkobar membara akan menghanguskan manusia. Tak ada yang patut
disombongkan pada diri manusia. La haula wala quwata illah Billah. Tiada daya
dan upaya melainkan dari Allah.
Q.S.
Yasin (36) : Ayat 77
Tafsir/Penjelasan:
Yaasin ayat 77
Allah swt. Menjelaskan bahwa pada kenyataannya manusia diciptakan dalam keadaan
lemah.Karena adanya sebagian manusia tidak percaya tentang adanya hari
berbangkit, maka dalam ayat ini Allah swt. mengingatkan mereka kepada kekuasaan
Nya dalam menciptakan manusia, sebagai bagian dari seluruh makhluk Nya. Ini dikemukakan dengan nada
keheranan atas sikap sebagian manusia itu. Yaitu: apakah manusia itu tidak
memikirkan dan tidak memperhatikan bahwa Allah telah menciptakannya dari
setetes air mani, tetapi kemudian setelah ia lahir ke dunia dan menjadi dewasa,
tiba-tiba lalu menjadi orang yang bersikap memusuhi Allah dan Rasul Nya? Sikap
semacam ini benar-benar tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat.
Apabila
manusia menginsafi bahwa Allah kuasa menciptakannya, bahkan dari setetes air
mani, kemudian menjadikan makhluk yang paling baik di bumi ini, pastilah ia
yakin, bahwa Allah kuasa pula mengembalikannya kepada asal kejadiannya itu, dan
Ia kuasa pula untuk mengulangi kembali penciptaan Nya itu, yakni pada hari
berbangkit.
Dalam
redaksi surah Yaasin ayat 77
Ayat
yang lalu melarang baginda Nabi larut dalam kesedihan akibat mendengar ucapan
dan cemohan kaum Musyrikin, manusia yang durhaka itu dikecam ayat ini dalam
semua ucapannya yang buruk, sambil memintanya berfikir tentang asal kejadiannya,
ayat di atas menyatakan ;
“
dan apakah ia buta, sehingga manusia yang durhaka dan banyak bicara itu
tidak melihat dan memperhatikan dengan mata hatinya “.
Bahwa Kami
telah menciptakannya dari nutfah yakni dari setetes air mani, yang
mengandung ribuan sel. Begitu remeh nutfah tersebut dan begitu menjijikan,
namun, berkat kuasa dan kehendak Allah swt. Kemudian ia menjadikan mahluk yang
mempunyai kelebihan dan keistime waan dibanding mahluk yang lain dari sekian
juta mahluk ciptaan-Nya yang lain. lalu tiba-tiba ia lupa asal kejadiannya
serta lupa kuasa Kami atas dirinya, dan ia benar-benar menjadi penentang yang
nyata, selalu bersikap angkuh, suka menumpahkan darah atas sesamanya, pada hal
sebenar nya ia bersukur dan patuh terhadap ayat-ayat Kami, apakah tidak
memikirkan hal itu ? dan kemudian iapun berpaling dari Kami sehingga Kami
menurunkan adzab yang sangat pedih untuknya.
Kata ( al
insan ) yang dimaksud dengan diatas adalah menunjuk kepada seorang tertentu
beberapa riwayat menyebutkan beberapa nama seperti Ubay bin Ka’ab, al Ash, ibnu
Wail, abu Jahal dan tokoh-tokoh penentang yang lain. Siapapun orangnya, dari
perspektif ayat ini mencakup semua orang yang durhaka yang enggan percaya lagi
banyak membantah peringatan dari Allah swt.
Ayat
ini ditujukan kepada orang-orang musyrik yang mengingkari adanya hari
berbangkit. dengan mengatakan “Kamu hai orang-orang musyrik diciptakan dalam
keadaan lemah; kamu berasal dari air mani, kemudian menetap dalam rahim ibumu,
kemudian lahir ke dunia. Pada saat-saat yang demikian kamu dalam keadaan lemah,
tidak berdaya, dan memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain, terutama ibu
dan bapakmu sendiri. Dia menjadikan bagi kamu telinga untuk mendengar, mata
untuk melihat, hati untuk merasakan sesuatu dan sebagainya, sehingga kamu
menjadi dewasa dan kuat. Dalam keadaan dirimu merasa kuat dan berkuasa kamu
perserikatkan Dia dengan sesuatu yang lain, sampai pada waktu yang ditentukan.
Kemudian kamu menjadi lemah kembali, setelah mencapai umur lanjut dalam keadaan
tua bangka, tidak berdaya. Jika kamu mau memperhatikan yang demikian itu, yaitu
pada permulaannya kamu lemah, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi lemah
kembali, tentulah kamu akan sampai kepada kesimpulan bahwa Dia yang kuasa dan
menentukan proses kejadianmu itu, kuasa pula membangkitkan kamu kembali pada
hari kiamat. Dialah yang menciptakan segala sesuatu menurut yang
dikehendaki-Nya, Dialah yang berkuasa mengatur dan mengurus hamba-hamba Nya dan
Dia pulalah yang berkuasa mematikan, menghidupkan dan menentukan segala
sesuatu. Dalam surah Yaasin tersebut diatas menjelaskan bahwa manusia
diciptakan dari sesuatu yang tidak ada nilainya dan bahkan itu adalah sesuatu
yang sangat nista yakni berupa nutfah dengan perinciannya sebagai berikut ;
Perkembangan Janin Janin
sebelum sempurna menjadi janin melalui 3 fase, yaitu: air mani, segumpal darah,
kemudian segumpal daging. Masing-masing lamanya 40 hari. Janin sebelum berbentuk manusia
sempurna juga mengalami 3 fase, yaitu: 1. Taswir, yaitu digambar dalam bentuk
garis-garis, waktunya setelah 42 hari. 2. Al-Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian
tubuhnya. 3. Al-Barú, yaitu penyempurnaan.
Namun ketika setelah Allah tiupkan
ruh kepada janin yang sempurna membentuk segumpal daging itu dan kemudian
setelah melalui proses yang bertahap kemudian manusia telah di-design
oleh Alah menjadi mahluk yang sempurna dengan diberikannya hardware yang
paling canggih berupa otak sekaligus perangkat softwarenya berupa akal
kebanyakan mayoritas manusia yang telah sempurna mem bentuk tahapannya mereka
menjadi ingkar dan tidak mau mengingat tentang awal mula penciptaannya sebagai
khalifah yang mengemban amanah Allah dimuka bumi ini yang tentunya hal itu
harus mereka aplikasikan dalam bentuk pengabdian kepada sang Penciptanya
Q.S.
Al-Ahzab (33) : Ayat 72
Tafsir / Penjelasan :
Ayat
ini menjelaskan bahwa Allah telah melakukan komunikasi dengan menawarkan
al-Amanat kepada langit, bumi dan gunung sebelum kemudian diterima oleh
manusia. Dalam Mufradat fi Ghorib Al-Qur’an, Raghib al-Isfahany mengartikan
al-Amanat dengan akal, karena dengan akallah pengertia tauhid, keadilan,
pelajaran huruf-huruf hijaiyah, segala yang dapat diketahui dan diperbuat
manusia tentang keindahan. Dengan akal, manusia diunggulkan diatas
mahluk-mahluk lain. Sedangkan al-Zamakhsyari lebih memilih makna ketaatan
sambil mentakwilkan kata al-haml dalam rangka penolakan. Sementara Ibn Jarir
al-Thabrani, didalam tafsirnya, memilih memaknai amanat didalam agama, dan
amanat-amanat dalam kehidupan manusia.
Kata
amanat alam bentuk tunggal muncul dalam Al-Qur’an hanya satu kali, yaitu pada
QS. Al-Baqarah : 283, dalam kaitannya dengan pencatatan hutang:
”Kalau kamu dalam
perjalanan dan kamu tidak menemukan seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang, tetapi bila kedua belah pihak sudah saling mempercayai,
hendaklah yang dipercayai menunaikan amanatnya.”
Apabila ktia memperhatikan kata amanat dengan
kaitan kontekstualnya pada surat Al-Ahzab :72, ada beberapa qarinah yang
membedakan artinya dengan arti amanat, yaitu : Pertama, sebagaiamana telah
sering disinggung bahwa kata amanat pada ayat ini dalam bentuk tunggal dan
diawali dengan al yang menunjukan kekhususan. Kedua, kata al-amanat dikaitkan
dengan kata al-insan , bahwa al-amant itu ditawarkan kepada manusia dalam
pengertian al-Insan dimana ia sendiri sanggup menerima dan memikulnya. Dan
ketiga, langit, bumi, dan gunung-gunung yang untuk pertama kalinya menerima
tawaran tersebut, semua menolaknya.
Setiap
alam semesta selain manusia, berjalan dengan hokum alamnya secara terpaksa dan
penuh kepatuhan, tanpa harus menanggung resiko dari apa yang telah
diperbuatnya. Seandainya langit menghujani bumi dengan gemuruh petirdan menahan
turunnya hujan sehingga bumi rusak kekeringan tidak ada tanaman, atau
seandainya langit berbaik hati menyirami bumi sehingga hidup kembali, maka
langit sama sekali tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
itu.
Sama halnya seandainya bumi berguncang merusak
pemukiman dan segenap hidup, kemudian memuntahkan lahar panas dan mengahncurkan
yang ada, atau dia berbaik hati dengan mengeluarkan barang-barang tambang yang
berharga dan minyak yang melimpah sehingga penduduknya makmur sejahtera.
Hanya
manusialah yang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, yang menghasilkan
pahala atau siksa. Tak seorang pun yang menanggung akibat perbuatan orang lain.
Dan tidak satupun perbuatan yang tanpa balasan. In khairan fa khairan wa in
syarran fa syarrun !.
Q.S.
Maryam (19) : Ayat 4 – 8
Tafsir / Penjelasan :
Ayat
diatas menjelaskan bahwa Nabi Zakaria as. berdoa kepada Allah SWT. dengan suara
lemah lembut. Inti doa Nabi Zakaria as. diatas adalah memohon dianugerahi
seorang anak sebagai pewaris. Namun beliau memulai dengan mukadimah. Yaitu ;
Pertama, menjelaskan keadaannya yang sudah demikian lemah dan tua, sehingga
beliau benar-benar membutuhkan seorang anak. Beliau bagaikan menyatakan bahwa
ia berada dalam keadaan darura, dan Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Kasih
pasti membantu siapapun yang beraada
dalam keadaan darurat. Kedua, Nabi Zakaria as. menggambarkan optimismenya
dengan mengakui selama ini do’anya telah dikabulkan Allah SWT. sehingga Allah
tidak pernah mengecewakannya. Ketiga, beliau mengajukan alas an mengapa beliau
bermohon anak bukan selainnya, yakni karena rasa khawatir menghadapi masa
depan.
Disisi
lain beliau juga sadar, bahwa permohonan itu jika diukur dengan kebiasaan dan
logika manusia, maka ia adalah sesuatu yang sangat jauhuntuk dapat diraih. Ini
dicerminkan oleh pengakuannya bahwa istrinya mandul –sejak dahulu, yakni muda-
sebagaimana dipahami dari kata kanat
yang digunakan melukiskan keadaan istrinya. Namun demikian ia tidak berputus
asa dari rahmatNya dan bahwa Allah kuasa mewujudkannya dengan cara-cara yang
tidak terjangkau oleh nalar manusia, sebagaimana dipahami dari kata min
ladunka, dari sisi-Mu.
Kata
mawaliy adalah bentuk jamak dari kata maula yang terambil dari kata waliya,
yang pada mulanya bermakna dekat. Dari sini lahir aneka makna untuk kata
tersebut antara lain penolong, dan kerabat. Yang dimaksud disini adalah kerabat
dekat. Pewarisan yang dimaksud bukamlah warisan harta benda, tetapi
pengetahuan. Bukankah para Nabi tidak mewariskan harta untuk keluarga mereka,
dan apa yang mereka tinggalkan adalah untuk umatnya. Nabi Muhammad saw.
bersabda :
” Para ulama adalah
pewaris nabi ”
Pada ayat selanjutnya, terdapat kata samiyyan
terambil dari kata as-simah, yakni tanda. Nama sesuatau adalah yang dijadikan
tanda baginya, dari sini kata ism begitu pula kata samiya dipahami oleh banyak
ulama dalam arti nama. Yakni Allah SWT. menyampaikan kepada Zakariya as. bahwa
dia akan memperoleh seorang anak yang akan diberi nama oleh Allah dengan nama
Yahya, suatu nama yang belum pernah dikenal sebelumnya sebagai nama seorang
manusia.
Penamaan
anak nabi Zakaria as. itu Yahya dalam bentuk kata kerja masa kini dan dating
serta berarti hidup, mengandung isyarat bahwa sang anak akan hidup abadi
selamanya, walau setelah wafat.
Q.S. Al-Balad (90) :
Ayat 4 – 8
Tafsir / Penjelasan :
(كَبَدٍ فِي الْإِنسَانَ خَلَقْنَا
لَقَدْ)
Sesungguhnya
allah SWT. Menciptakan kehidupan manusia dalam satu alur silsilah yang
berkesinambungan. Dimulai dengan keadaan susah payah pada awal pertumbuhannya
dan diakhiri pula dengan kesusahpayahan. Dalam pertumbuhannya, manusia
mengalami berbagai macam penderitaan hingga ia menjadi besar dan dewasa.
Seperti halnya tatkala ia masih barada dalam perut ibunya. Makin bertambah
besar makin bertambah pula kesusahan dan penderitaan yang dialaminya. Setelah
dewasa dan menjadi orang tua ia membutuhkan biaya untuk mendidik anak-anaknya.
Untuk itu ia harus bergelut dengan berbagai macam godaan dan rintangan. Pada
sisi lain ia di tuntut untuk patuh dan taat kepada Allah Yang Maha Esa. Setelah
itu ia akan menganal sakit, kemudian mati dan dikuburkan. Di akhirat kelak ia
akan menjumpai kesusahan dan penderitaan yang tidak bias kita gambarkan,
kecuali jika ia mendapat taufik dari allah. Maka slamatlah ia dari penderitaan.
Akan
halnya rahasia yang terkandung dalam peringatan yang menyatakan bahwa manusia
diciptakn dalam keadaan susah payah, merupakan hiburan bagi Rasullullah saw.
Dan anjuran agar gigih dalam mengamalkan kebaikan serta tetap berperilaku sabar
dalam menjalankanya. Dan handaknya tidak menhiraukan segala rintangan dan tantangan
yang dijumpai dalam melaksanakan kebaikan tersebut. Karena sesungguhnya manusia
tidak akan luput dari keadaan semacam itu.
Ayat
ini juga mengandung peringatan bagi mereka yang merasa dirinya kuat, sehingga
dengan kekuatanya bias mengalah kan semua lawan. Seolah-olah ayat ini
mengatakan kepan mereka, “Janganlah kalian berlebih-lebih dalam membanggakan
diri, dan janganlah pula terus menerus berada dalam kekerasan dan ketakaburan.
Sebab manusia tidak akan luput dari penderitaan dalam melakukan segala urusan
pribadi dan keluarganya betapapun tinggi pangkat dan pengaruhnya. Ia tidak akan
bisa lepas dari penderitaan ini.”
Dalam
ayat ini Allah mengabungkan kota yang digunakan (Makkah) dengan yang melahirkan
dan yang dilahirkan. Maksudnya, untuk menjelaskan bahwa kota Makkah dan amal
perbuatan yang dilakukan oleh penduduknya akan melahirkan sesuatu yang agung
dan menjadi mahkota keagungan bagi jenis manusia, yaitu agama islam yang
disampaikan oleh nabi Muhammad SAW. Penderitaan beliau dalam menyampaikan
ajaranya, bagaikan penderitaan orang tua dalam mendidik anaknya dan
mengantarkanya hingga mencapai masa dewasa dan mampu berdiri sendiri. Ayat ini
juga mengandung janji Allah yang akan menyempurnakan agamNya sekalipun
orang-orang kafir tidak menyukainya.
(أَحَدٌ
عَلَيْهِ يَقْدِرَ لَّن نأَ أَيَحْس)
Apakah orang yang
berbanga dari dan terbuai oleh nikmat yang telah aku limpahkan kepadanya
mengnggap bahwa kekuatan dan kekuasaanya tidak seorang pun mampu mengalahkanya
? apakah bodohnya dia jika memiliki anggapan yang demikian. Sesungguhnya pada
alamini terdapat kekuatan diatas segala kekuatan. Kekuatan inilah yang
menguasai semua kekuatan dan mendominasi seluruh kemampuan. Itulah kekuatan
yang telah ku ciptakan dan itulah kemampuan yang telah ku takdirkan untuknya.
Kemudian Allah menceritakan golongan lain,
yaitu orang- orang yang bakhil gemar pamer kekayaan memalui firman-Nya :
(لُّبَدًا مَالًا أَهْلَكْتُ
يَقُولُ)
Sesungguhnya jika mereka diminta
untuk beramal kebajikan, mereka mengatakan, “sesungguhnya kami telah membelanjakan
banyak harta untuk tujuan mulia dan dibanggakan”mereka tidak menyadari bahwa
kemuliaan itu ap yang dianggap mulia oleh Allah, dan amal kebajikan adalah apa
yang dianggap baik oleh Allah. Jadi membelanjakan harta untuk menentang Allah
dan Rasull-Nya sama sekali bukan amal baik. Demikian pula harta benda yang
dibelanjakan untuk merintangi jalan Allah dan Rasul-Nya.
(أَحَدٌ
يَرَهُ أَن لَّمْ أَيَحْسَبُ)
Apakah mereka yang berbangga diri
dengan harta benda dan mengaku telah menyumbangkan hartanya untuk jalan
kebaikan tidak berpikir dan dan berperasaan sedikitpun bahwa sesungguhnya Allah
meneliti tingkah laku mereka dan mengetahui apa yang menjadi tujuan sebenarnya
dari sumbangan tersebut. Seharusnya mereka memiliki perasaan ini. Sebab yang
maha pencipta selalu mengetahui apa yang ada dalam jiwa mereka, dan ia maha
mengetahui apa yang tersimpan dalam hati mereka. Tidak ada suatupun yang dibumi
maupun dilangit , luput dari pengawasan-Nya. Ia mengetahui bahwa mereka tidak
menafkahkan hartanya untuk tujuan kebajikan yang diperintahkan atau kebaikan
yang terpuji melainkan untuk sekedar pamer dan gengsi, atau untuk menentang
Allah dan Rasul-Nya, atau untuk tujan-tujuan lain yang dalam sangkaan mereka
baik, padahal semua itu hakekatnya kerugian dan kesesatan yang nyata bagi
mereka.
Pada ayat selanjutnya Allah
menunjukkan bukti kekuasaan-Nya yang menunjukkan bahwa dialam semesta ini
terdapat kekuasaan melebihi kekuatan mereka dan hal ini mereka saksikan
sendiri. Untuk itu Allah berfirman :
(عَيْنَيْنِ
لَّهُ نَجْعَل أَلَمْ)
Manusia
bisa melihat oleh karena kami telah menciptakan mata untuknya. Jadi nikmat yang
ia banggakan sesungguhnya merupakan hasil ciptaan kami.
Q.S.
An-Nisa (4) : Ayat 28 – 29
Tafsir / Penjelasan :
Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah
fenomena alami. Namun, sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki
tujuan tersendiri. Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara khusus.
Kebutuhan manusia yang tanpa batas diciptakan dengan sengaja, agar ia mengerti
bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya
yang sementara.
Manusia
tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat kelahirannya.
Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau bagaimana ia akan
meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk membatasi faktor-faktor
yang berpengaruh negatif bagi hidupnya adalah sia-sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan yang
membutuhkan banyak perawatan untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak
terlindungi dan lemah terhadap kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang
terjadi di dunia. Sama halnya, ia tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang
tidak dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi
atau pedesaan di gunung yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat
manusia dapat mengalami penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan
pun, dapat terjadi suatu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan
pada kekuatan fisik atau daya tarik seseorang yang tadinya membuat cemburu.
Lebih jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status, kedudukan,
ras, dan sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik
kehidupan seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa
dapat berubah secara drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak
terduga.
Tubuh
manusia adalah organisme lemah yang terdiri dari tulang dan daging dengan berat
rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit yang lemah melindunginya. Tidak diragukan,
kulit yang sensitif ini dapat dengan mudah terluka dan memar. Ia menjadi
pecah-pecah dan kering ketika terlalu lama terkena sinar matahari atau angin.
Untuk bertahan terhadap berbagai gejala alam, manusia harus berjaga-jaga
terhadap dampak lingkungan.
Meskipun
manusia dilengkapi dengan sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-bahan"
nya (daging, otot, tulang, jaringan saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak)
cenderung meluruh. Bila manusia terdiri dari bahan lain, bukan daging dan
lemak, bahan yang tidak memberi jalan bagi penyusup dari luar seperti mikroba
dan bakteri, tidak akan ada kesempatan untuk menjadi sakit. Bagaimanapun,
daging adalah zat yang paling lemah: ia menjadi busuk bahkan berulat bila
dibiarkan pada suhu ruang untuk beberapa waktu.Untuk senantiasa mengingatkan
kepada Allah, manusia acap kali merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika
terkena cuaca dingin, misalnya, ia mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan
tubuhnya perlahan-lahan "jatuh". Pada saat tersebut, tubuhnya mungkin
tidak dapat menjaga temperatur tubuh konstannya (37ºC) yang penting untuk
kesehatan yang baik.1 Laju jantungnya melambat, pembuluh-pembuluh darahnya
berkontraksi, dan tekanan darah meningkat.
G. Nilai-nilai Tarbawi
Sejak
awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatiannya yang amat besar terhadap
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dalam arti seluas-luasnya. Hal ini
antara lain dapat dilihat pada apa yang secara normative-teologi ditegaskan
dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dan pada secara empiris dapat dilihat dalam
sejarah. Secara normative-teologi, sumber ajaran islam, al-Qur’an dan al-Sunnah
dapat diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin keselamatan hidup
manusia didunia dan diakhirat, amat memberikan perhatian yang besar terhadap
pendidikan.
Demikian
pula secara histories empiris, umat islam telah memainkan peranan yang amat
signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang hasil-hasilnya hingga
kini masih dapat dirasakan. Mengenai uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Merujuk
tentang pembahasan tafsir dalam ayat
tersebut, kita mengetahui tentang :
1.
kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran
2.
amanat Allah yang diberikan kepada manusia
3.
sifat manusia menurut Al-Qur’an
Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia
yang serba kekurangan, kita harus lebih
berhati-hati dalm setiap menjalani aktifitas kita sehari-hari, agar apa yang
kita akukan mendapatkan ridho Allah SWT, kita harus senantiasa berbesar hati
dan berhusnudhon kepada Allah sehingga
kita tidak mudah putus asa sehingga kita bisa meminimalisir kelemahan yang kita
punya.
H. Kesimpulan
Manusia
yang memiliki dimensi biologis dan psikologis mengalami evolusi perkembangan.
Secara biologis manusia dilahirkan dengan penuh keterbatasan. Tidak seperti
beberapa contoh hewan yang beberapa saat setelah dilahirkan oleh induknya bisa
langsung berdiri dan berjalan. Organ-organ manusia ketika masih bayi begitu
lemah dan rentan sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam bentuk latihan-latihan
untuk bisa menyempurnakan evolusi biologisnya.
Oleh
karena itu, kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran, Allah SWT dalam
Al-Quran menyebutkan manusia sebagai maujud yang mulia dan tinggi, disisi lain
juga menyebutkan kelemahan-kelemahannya, antara lain :
1. Lupa Tuhan
Dan apabila manusia
ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau
berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali)
melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami
untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS.
Yunus:12
2. Bangga dan Sombong
Dan jika Kami rasakan
kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan
berkata, "Telah hilang bencana itu dariku" Sesungguhnya dia sangat
gembira lagi bangga. QS. Hud:10
Adapun manusia apabila
Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
berkata, "Tuhanku telah memuliakanku" Namun apabila Tuhannya
mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, "Tuhanku
menghinakanku". al-Fajr:15-16
3. Tidak Bersyukur
Dan jika Kami rasakan
kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut
darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterimakasih. Hud:9
4. Kikir dan
Berkeluh-kesah
Katakanlah, "Kalau
seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya
perbendaharan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya." Dan adalah
manusia sangat kikir. al-Isra:100
Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
al-Ma'arij:19-20
5. Lemah
Dan manusia diciptakan
lemah. an-Nisaa:28
6. Melampaui Batas
Ketika Merasa Cukup
Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya
serba cukup. al-'Alaq:6-7
7. Tergesa-gesa
Dan manusia memohon
kejahatan sebagaimana dia memohon kebaikan. Dan adalah manusia bersifat
trgesa-gesa. al-Isra:37 Manusia telah diciptakan (bertabiat) tergesa-gesa.
al-Ambiya:37
8. Suka Membantah
Dan sesungguhnya Kami
telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
al-Kahfi:54
9. Zalim dan Tidak
Bersyukur
Dia Dia tidak
memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu mohonkan. Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya
manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Ibrahim:34
10. Bodoh
Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh. al-Ahzab:72
11. Tergoda Kesenangan
Dunia
Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Ali Imran:14
12. Menyuruh kepada
Keburukan
Dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya diri itu selalu
menyuruh kepada keburukan, kecuali diri yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Yusuf:53
I. Penutup
Demikianlah uraian tafsir dalam makalah
sederhana ini, yang sebagian besarnya merupakan kutipan-kutipan dari sejumlah
kitab tafsir, baik yang ditulis oleh ulama klasik (salaf) maupun kontemporer.
Namun, apapun bentuknya, meskipun hanya ibarat sepercik air ditengah samudera
yang amat luas, semoga saja makalah sederhana yang kami sajikan ini, bermanfaat
bgai para pembaca.
Demikian besar harapan kami agar makalah yang
sederhan ini, mendapat apresiasi dari para pembaca. Sehingga kami mendapat
masukan positif yang membangun, untuk meningkatkan kualitas makalah kami ke
depan. Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kekurangan, dan terima kasih
atas segala perhatian. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak
dosen pembimbing kami, atas segala motivasi dan apresiasinya.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. lah kita
menyerahkan segala usaha dan karya kita dan semoga Dia selalu memberikan taufiq
serta hidayah-Nya kepada kita terutama dalam usaha memahami dan mengamalkan
Al-Qur’an ini.
Aamiin..
DAFTAR
PUSTAKA
v Al-Qur'anulkarim
v Anwar,
Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia
v Hadits
Bukhori dan Muslim
v http://alkasabi.multiply.com/journal/item/32
v http://bukansuperstar.com/tag/kelemahan-manusia
v Mushthafa
Al-Maraghi, Ahmad.1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang
v Tim
Penerjemah Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Departemen Agama Republik
Indonesia
[1] yang dimaksud dengan amanat di sini ialah
tugas-tugas keagamaan.
[2] yang dimaksud oleh Zakaria dengan mawali ialah
orang-orang yang akan mengendalikan dan melanjutkan urusannya
sepeninggalnya.Yang dikhawatirkan Zakaria ialah kalau mereka tidak dapat
melaksanakan urusan itu dengan baik, Karena tidak seorangpun diantara mereka
yang dapat dipercayainva, oleh sebab itu dia meminta dianugerahi seorang anak.
[3] yaitu dalam syari'at di antaranya boleh
menikahi budak bila Telah cukup syarat-syaratnya.
[4] larangan membunuh diri sendiri mencakup juga
larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri
sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
[5] Prof. DR. H. MD. Dahlan. Asbabun Nuzul. Cet.
Ke-10. Hal, 12
[6] Muhammad
bin Ahmad Al-Anshory Al-Qurthuby, Al-Jami’li Ahkam Al-Qur’an. (jilid XII; KAiro
; Dar Al-Kitab Al-Araby, 1967), hal. 94
[7] Ibid
[8] Maksudnya ialah pendidikan yang bukan hanya
berarti formal seperti disekolah, melainkan juga informal an non formal. Yaitu
pendidikan dan pengajaran yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu
dan keajlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada,
mulai lahir hingga akhir hayat, menggunakan sarana apa saja, dan dengan cara
apa saja.
[9] Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan
Imam Malik, Rasulullah SAW menegaskan : ”Aku tinggalkan dua perkara untuk kamu
sekalian, yang dijamin kamu sekalian tidak akan tersesat selama berpegang
kepada keduanya, yaitu kitabullah (al-Qur’an) dan sunnah Rasul (al-Hadis).