BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat
islam yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Ia berfungsi untuk
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi
maupun kelompok. Ia juga menjadi tempat pengaduan dan pencurahan hati bagi yang
membacanya. Al-Qur’an bagaikan samudra yang tidak pernah kering airnya,
gelombangnya tidak pernah reda, kekayaan dan khasanah yang dikandungnya tidak
pernah habis, dapat dilayari dan selami dengan berbagai cara, dan memberikan
manfaat dan dampak luar biasa bagi kehiduan manusia.
Wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT
melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW adalah Q.S Al-Alaq ayat 1-5
yang pada intinya umat islam di anjurkan untuk membaca atau menuntut ilmu.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sebab-sebab turunya Q.S Al-Alaq ayat
1-5 serta keterkaitan dengan Q.S At-Taubah ayat 122 dan Q.S Ali Imran ayat
190-191 yang mengandung pentingnya menuntut ilmu dan pendidikan bagi umat
Islam. Di zaman milenial ini, ilmu pengetahuan semakin mudah untuk di jangkau
dengan adanya perkembangan globalisasi. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah
untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa untuk menuntut ilmu dengan
ajaran-ajaran di dalam Al Qur’anul karim.
B. Rumusan Masalah
1. Apa asbabun nuzul dari Q.S Al-Alaq : 1-5, Q.S At-Taubah : 122 dan Ali Imran : 190-191?
2. Bagaimana penafsiran dari Q.S Al-Alaq : 1-5, Q.S At-Taubah : 122 dan Ali Imran
: 190-191?
3. Apa isi kandungan dalam Q.S Al-Alaq : 1-5,
Q.S At-Taubah : 122 dan Ali Imran : 190-191?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5
A.
Asbabun Nuzul
Q.S Al-Alaq ayat 1-5
Dalam hadist yang di riwayatkan oleh aisyah r.a, ia
berkata bahwa permulaan wahyu yang diturunkan kepada rasulullah saw adalah
mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu jelas,
sebagaimana cuaca di pagi hari.Kemudian, timbulah pada diri beliau pergi ke Gua
Hira untuk berkhalwat.Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah sang istri
beliau menyediakan beberapa perbekalan untuk beliau selama di Gua Hira.
Pada suatu ketika, datanglah malaikat jibril kepada
beliau, malaikat itu berkata, “iqra’ (bacalah)!”Beliau menjawab “aku tidak
pandai membaca.”Malaikat itu mendekap beliau sehingga beliau merasa
kepayahan.Kemudian malaikat itu kembali berkata. “bacalah!” beliau menjawab
lagi “aku tidak bisa membaca.” Setelah tiga kali beliau menjawab seperti itu,
malaikat membacakan surat al-alaq 1-5.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut,
malaikat jibril pun menghilang.Tinggal lah beliau seorang diri dengan perasaan
takut.Beliau langsung segera pulang menemui istrinya, yakni khadijah.
Beliau terlihat gugup sambil berkata, “zammiluni,
zammiluni (selimuti aku, selimuti aku).” Setelah hilang rasa takut dan
dinginnya, khadijah meminta beliau untuk menjelaskan kejadian yang rasulullah
saw alami. Setelah mendengar kisah yang dialami beliau, khadijah berkata kepada
rasulullah saw, “demi allah, allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya.
Engkau adalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang dan memikul yang
berat.
Khadijah segera mengajak rasulullah untuk menemui
waraqah bin naufal, paman khadijah. Dia adalah salah satu seorang pendeta
nasrani yang sangat paham dengan kitab injil. Setelah bertemu dengannya,
khadijah meminta rasulullah saw untuk menjelaskan kejadian yang sudah
dialaminya tadi malam.
Setelah
rasulullah saw, selesai menjelaskan pengalamannya tadi malam, waraqah
berkata, “inilah sebuah utusan, sebagaimana allahswt pernah mengutus nabi musa
a.s. semoga aku masih dikarunia hidup sampai saatnya engkau di usir dari
kaummu.” Rasulullah saw pun bertanya, “apakah mereka akan mengusir aku?”
waraqah menjawab, “benar! Belum pernah ada seorang nabi yang diberikan sebuah
wahyu seperti engkau, yang tidak dimusuhi orang.Apabila aku masih mendapati
engkau, pasti aku kan menolong engkau sekuat-kuatnya.” (HR. Al-Bukhari, Bada’
ul Wahyi No.30) [1]
B.
Ayat danTerjemahan Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5
اِقْرَأْبِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ
خَلَقَ (1) خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اِقرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ (3)
الَّذِيْ عَلَمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ (5)
Artinya: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan (1) Dia-lah yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2)
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yanga tidak diketahuinya
(5).
(Q.S Al-Alaq:1-5)
C. Penafsiran
Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5
·
Tafsir ayat 1
Bacalah al-Qur’an yang telah
diturunkan kepadamu dan awalilah dengan menyebut nama Tuhanmu yang sendirian
dalam menciptakan makhluk. Karena, dengan membaca, ilmu pengetahuan akan
diperoleh dan Tuhan akan disembah. Dan dengan menyebut nama Allah, niscaya
keberkahan, kemenangan, dan petunjuk akan didapatkan.
·
Tafsir ayat 2
Dia-lah
yang telah menciptakan manusia dari setetes darah yang menggumpal,
melengkapinya dengan pendengaran dan penglihatan, dan kemudian meniupkan roh dan
kehidupan kepadanya setelah melalui beberapa tahapan penciptaan.
·
Tafsir ayat 3
Bacalah
apa yang telah diturunkan oleh Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Diaakan membukakan
pikiranmu apabila kamu mau membaca. Dan akan memberimu pemahaman apabila kamu
belajar.
·
Tafsir ayat 4
Dialah
Tuhan Yang mengajarkan cara menulis dengan pena kepada seluruh umat manusia,
sehingga mereka bisa mencatat, menyimpan, dan menukil semua ilmu pengetahuan
dan berita. Ketahuilah, sesungguhnya yang bentuknya kecil itu mempunyai manfaat
yang sangat besar dan mulia.
·
Tafsir ayat 5
Dia
mengajarkan kepada manusia apa saja yang tidak mereka ketahui sebelumnya, lalu
Dia mengangkat mereka dari gelapnya kebodohan kepada cahaya ilmu pengetahuan,
dari jurang kelalaian ke langit kesadaran. Singkatnya, dengan ilmu semua
keutamaan akan bisa diperoleh.[2]
2.
Q.S At-Taubah ayat 122
A.
Asbabun Nuzul
Q.S At-Taubah ayat 122
Allah menjelaskan dalam surat at taubah ayat 122 ini
bahwa pada waktu itu ada orang-orang yang tidak berangkat kemedan perang.
Mereka tidak berangkat perang karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya di
daerah badui (pedalaman).Melihat kejadian itu, orang-orang munafik berkomentar,
“sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka
celakalah orang-orang pedalaman itu.”
Kemudian turunlah surat ini (at-taubah ayat 122) yang
menjawab komentar orang-orang munafik tersebut. “tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang).”(Q.S at-taubah
122)[3]
B.
Ayat dan Terjemahan
Q.S At-Taubah ayat
122
وَمَاكَانَ
الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْاكَآفَّةًۗ ۗ فَلَوْلاَنَفَرَمِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ
مِّنْهُمْ طَآ عِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِي الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ
اِذَارَجَعُوْآ اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ (122)
Artinya :”Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menajaga
dirinya.(Q.S At-Taubah:122)
C. Penafsiran
Q.S At-Taubah ayat 122
Orang-orang beriman
tidak wajib pergi semua untuk berjihad atau menuntut ilmu, dan meninggalkan
negeri mereka kosong. Tapi, harus ada yang tetap tinggal di sana dan satu
kelompok lagi yang keluar menuntut ilmu yang bermanfaat, Apabila mereka kembali
ke kampung halaman mereka, mereka harus mengajarkan ilmunya kepada kaumnya yang
tidak ikut menuntut ilmu, memberikan pemahaman kepada mereka tentang agama
Allah SWT, memperingatkan mereka akan bahaya maksiat dan pelanggaran
perintah-Nya SWT supaya mereka bertaqwa kepada Rabb mereka dengan mengamalkan
Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya yang ikhlas lagi jujur dan orang-orang yang
ikhlas itu adalah orang yang memperbaiki amalnya sesuai dengan apa yang
disyariatkan Allah.[4]
3.
Q.S Ali Imran ayat 190-191
A.
Asbabun Nuzul
Q.S Ali Imran ayat 190-191
Diawali oleh kedatangan orang-orang quraisy ke kaum
yahudi. Kemudian mereka para kaum quraisy bertanya mengenai bukti-bukti
kebenaran yang dibawa nabi musa dan bukti-bukti kebenaran yang dibawa nasi isa.
Kaum yahudi pun menjawab bahwa tangan dan tongkat nabi musa mampu bersinar
putih, sedangkan nabi isa mampu menyembuhkan mata buta, penyakit sopak, serta
mampu menghidupkan orang yang sudah mati.
Kemudian
orang-orang quraisy mendatangi rasulullah saw seraya berkata “mintalah dari
tuhanmu agar bukit safa itu menjadi emas untuk kami” lantas rasulullah berdoa
dan turunlah surat ali-imran ayat 190-191.[5]
B.
Ayat dan Terjemahan Q.S Ali Imran ayat 190
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْاَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لّاِولِي الْآلْبَابِ (190)
Artinya :”Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi serta perubahan malam dan siang, terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Q.S Ali Imran :190)
C. Penafsiran
Q.S Ali Imran ayat 190
Dalam kitab
tafsir karya Fakhr Razi, Qurtubi dan Maraqi dikutip bahwa suatu ketika Aisyah
ditanya tentang apa kenangan terbaik yang ia ingat tentang Nabi SAW. Dia
menjawab bahwa segala tindakan Nabi SAW adalah mengagumkan. Namun, yang paling
mengesankan dari semua itu adalah suatu malam ketika Nabi SAW tengah
beristirahat di rumah Aisyah. Sebelum istirahat, tiba-tiba ia berdiri dan
mengenakan pakaian-Nya, berwudhu, dan mulai shalat. Dia mencucurkan air mata
begitu banyak sehingga bagian depan bajunya basah. Setelah itu, ia bersujud.
Ketika tersungkur dalam sujudnya, ia menangis begitu rupa sehingga tanah
menjadi basah.Keesokan Harinya, ketika Bilal datang dan bertanya kepadanya
tentang banyak menangis, Nabi SAW berkata, “Tadi malam beberapa ayat diwahyukan
kepadaku (ayat 190 samapai 194 dari surah Ali Imran).” Kemudian beliau
menambahkan, “Celakalah mereka yang membaca ayat-ayat itu dan tidak
merenunginya.”
Sekali lagi,
dalam kitab tafsir karya Fakhr Razi, diriwayatkan sebuah hadist dari Sayyidina
Ali a.s yang berkata, “Rasulullah SAW biasa membaca ayat-ayat ini sebelum
shalat-shalat malamnya.”
Dalam hadist
yang lain, kita juga diseru untuk membaca ayat-ayat suci ini.
Diriwayatkan
dari salah satu sahabat Imam Ali yang bernama Nuf Bakali yang berkata, “suatu
hari ia sedang bersama Sayyidina Ali as. Sayyidina Ali bangun dari tempat tidur
dan membaca ayat-ayat ini. Lantas Imam bertanya kepadanya apakah ia terjaga
atau tertidur. Lantas Sayyidina Ali berkata, “Terberkatilah orang-orang yang
tidak menerima noda-noda dunia.”
D.
Ayat dan terjemahan Q.S Ali Imran
ayat 191
الَّذِ يْنَ يَذْ كُرُونَ اللهَ
قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلَي جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْاَرْضِ ۚ رَبَّنَامَا خَلَقْتَ هَاذَا بَاطِلاًۚ ۚ سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ (191)
Artinya :”Barangsiapa mengingat
Allah ketika berdiri, duduk, dan berbaring, serta merenungi penciptaan langit
dan bumi, (sambil berkata dengan sungguh-sungguh), “Wahai Tuhan kami ! Tidaklah
Kau ciptakan (semua) ini dengan sia-sia! Maha Agung Engkau! Selamatkanlah kami
dari siksa api neraka.” (Q.S Ali Imran:191)
E. Penafsiran
Q.S Ali Imran ayat 191
Mengingat Allah
(dzikir) dalam segala kondisi manusia merupakan tanda kebijakan.
Barangsiapa mengingat Allah ketika
berdiri, duduk, dan berbaring ...
Para pemilik pengetahuan adalah
mereka yang mengingat Allah dan merenung. Al-Qur’an memperkenalkan mereka
sebagai berikut.
Barangsiapa mengingat Allah ketika
berdiri, duduk dan berbaring, serta merenungi ...
Keimanan lebih berharga ketika
didasarkan pada kepandaian dan kebijakan. Dikatakan sebagai berikut.... dan
merenungi penciptaan langit dan bumi ...
Kita harus mengetahui
fakta bahwa semakin jauh jarak kita dari tujuan-tujuan mulia, semakin dekatlah
kita kepada neraka, dan kita harus kembali menempuh jarak itu lagi. Dunia
penciptaan ini tidak dihadirkan dengan sia-sia walaupun kita tidak menyadari
semua rahasianya.
... Wahai Tuhan kami! Tidaklah Kau ciptakan (semua)
ini dengan sia-sia! Maha Agung Engkau! Selamatkanlah kami dari siksa api
neraka.[6]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang abadi. Al-Qur’an mengajarkan bagaimana pentingnya membaca dan menuntut
ilmu. Untuk itu diturunkanlah ayat-ayat yang mengharuskan untuk
menuntut ilmu khususnya ilmu agama. Di sinilah letak urgensi
perangkat ilmu tafsir. Salah satunya surah Al-Alaq ayat 1-5, surah At-taubah ayat
122 dan surah Ali Imran ayat190-191.
Dalam Q.S Al-Alaq 1-5 terdapat hadist yang diriwayatkan oleh
aisyah r.a, ia berkata bahwa permulaan wahyu yang diturunkan kepada rasulullah
saw adalah mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu
jelas, sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbullah pada diri beliau
pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah
sang istri beliau menyediakan beberapa perbekalan untuk beliau selama di Gua
Hira.
Dalam Q.S At-Taubah Allah menjelaskan dalam surat At Taubah
ayat 122 ini bahwa pada waktu itu ada orang-orang yang tidak berangkat kemedan
perang. Mereka tidak berangkat perang karena sibuk mengajarkan agama kepada
kaumnya di daerah badui (pedalaman). Melihat kejadian itu, orang-orang munafik
berkomentar, “sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah
pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu.”
Dalam Q.S Ali Imran diawali oleh kedatangan orang-orang
quraisy ke kaum yahudi. Kemudian mereka para kaum quraisy bertanya mengenai
bukti-bukti kebenaran yang dibawa nabi musa dan bukti-bukti kebenaran yang
dibawa nabi isa. Kaum yahudi pun menjawab bahwa tangan dan tongkat nabi musa
mampu bersinar putih, sedangkan nabi isa mampu menyembuhkan mata buta, penyakit
sopak, serta mampu menghidupkan orang yang sudah mati.
B. Saran
Kami menyadari di dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan, hal ini dikarenakan kurangnya referensi dan keterbatasan
pemakalah.Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah berharap kritik dan saran
yang bisa menjadi perbaikan makalah selanjutnya.
Daftar
Pustaka
Al-qarni,
‘Aidh. 2007. Tafsir Muyassar. Jakarta: Qisthi Press.
Imani,
Allamah Kamal Faqih. 2006. Tafsir Nurul Qur’an. Jakarta: Al-huda
http://fimadani.com/surah-al-alaq-1-5.
https://www.dutaislam.com/2018/03/asbabunnuzul-surah-at-taubah- ayat-122-keharusan-menuntut-ilmu.html.
https://brainly.co.id/tugas/7169508.
[2]
Al-Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), hal.633
[3]
https://www.dutaislam.com/2018/03/asbabunnuzul-surah-at-taubah-ayat-122-keharusan-menuntut-ilmu.html (diakses 27 april).
[4]
Al-Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta: Qisthi Press, 2007) hal.165
[6]
Imani,Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2006).
hal.449-452