BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam dunia bisnis, persaingan antar perusahaan merupakan hal
yang wajar. Setiap perusahaan berusaha menawarkan produk mereka dengan
keunggulan masing-masing, selain bersaing dalam hal kualitas, mereka juga bersaing
dalam masalah harga, karena hanya produk dengan kualitas terbaik dan harga
paling murah yang paling diminati dan dicari oleh konsumen.
Sebelum perusahaan menentukan harga jual suatu produk,
perusahaan terlebih dahulu harus menghitung harga pokok produksinya. Hal ini
mengingat bahwa harga jual ditentukan dengan menjumlah harga pokok produksi per
unit dengan tingkat laba yang diinginkan perusahaan. Sehingga tanpa adanya
penentuan harga pokok produksi per unit perusahaan akan mengalami kesulitan di
dalam menentukan harga jual produk yang dihasilkan. Dalam beberapa hal,
keberhasilan bisnis tergantung pada informasi penentuan harga pokok produksi
antara lain :
1.
Biaya satuan
produk merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang wajar bagi
sebuah produk. Meskipun biaya satuan produk bukanlah satu-satunya informasi
yang dipakai untuk menentukan suatu harga. Apabila biaya-biaya produk tidak
tertutupi oleh harganya, maka perusahaan tidak akan memperoleh laba.
2.
Informasi
penentuan biaya pokok produk sering menjadi dasar dalam memperkirakan
biaya-biaya yang akan datang, yang biasanya diruangkan dalam sebuah anggaran,
dimana anggaran tersebut digunakan sebagai alat perencanaan dalam pemakaian
sumber-sumber daya yang efektif.
3.
Pengendalian
kegiatan dan biaya juga difasilitasi oleh informasi biaya produk. Apabila biaya
operasi terlalu tinggi dan harus dipangkas, maka biaya produk dapat dipecah
kedalam beberapa bagian, guna menentukan biaya-biaya yang dapat ditekan.
Menurut Bustami dan Nurlela (2008:40)
penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu
produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilalukan dengan cara memasukkkan
seluruh biaya produksi atau hanya memasukan seluruh biaya atau hanya memasukkan
unsur biaya produksi variabel saja. Harga pokok produksi merupakan keseluruhan
biaya produksi yang terserap ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan
perusahaan. Secara umum biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya (Biaya
Overhead Pabrik). Untuk pengumpulan
biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi yang
dihasilkan oleh perusahaan. Karakteristik kegiatan perusahaan menggunakan
metode pengumpulan biaya produksi. Ada dua macam metode pengumpulan biaya
produksi yaitu : metode harga pokok proses dan metode harga pokok pesanan.
Untuk
kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi
biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan. Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu metode full coasting dan variable coasting. Full coasting
memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok (product cost) tanpa
memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode ini
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsungatau overhead pabrik
tetap dan variabel. Variable coasting hanya biaya produksi yang berubah-ubah
sesuai dengan output yang diperlukan sebagai bahan pokok. Umumnya terdiri dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Ketepatan
penentuan harga pokok produksi dipengaruhi oleh ketepatan didalam
pengakumulasian dan penghitungan biaya produksi yang meliputi, biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lainnya (Biaya Overhead
Pabrik).Mulyadi (2005) menyebutkan bahwa full costing merupakan metode
penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik
yang berperilaku variabel atau tetap, sedangkan variabel costing merupakan
metode penentun biaya produksi hanya memperhitungkan unsur biaya produksi yang
berperilaku variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variabel.
Biaya
bahan baku diakumulasikan dan diperhitungkan dengan menghitung jumlah pemakaian
bahan baku yang digunakan untuk memproduksi dengan harga bahan baku yang
bersangkutan.Biaya tenaga kerja pada bagian produksi dengan jumlah waktu yang
digunakan untuk mengerjakan produk serta tarif upah yang digunakan. Biaya
overhead pabrik ditentukan dengan menggunakan sebuah tarif yang ditentukan
dimuka dan didasarkan pada dasar penentuan tarif tertentu. Industri ini
merupakan usaha kecil yang bergerak dalam bidang pembuatan tahu. Industri ini harus
mampu menentukan harga jual secara tepat, agar ukuran tahu dan harga jual yang
ditentukan tepat. Maka industri ini harus melakukan pengakumulasian dan
perhitungan elemen biaya produksi baik bahan baku, tenaga kerja, dan pembebanan
biaya overhead pabrik dalam tiap produksi yang secara tepat pula.
Perusahaan mempunyai fungsi pokok yang lebih kompleks di bandingkan
dengan perusahaan dagang dan jasa. Hal ini di sebabakan karena perusahaan
dagang langsung menjual barang-barang yang di beli tanpa melakukan perubahan
bentuk Haryono (1999:403). Faktor yang memiliki kepastian yang relatif tinggi
yang berpengaruh terhadap penentuan harga jual adalah biaya Sunarto (2004:175).
Oleh karena untuk memperoleh dan mengolah bahan-bahan menjadi produksi jadi
dalam kegiatan proses produksi di perlukan dana atau biaya-biaya, maka untuk
pengeluran biaya-biaya tersebut biasanya perusahaan memperhitungkannya dalam
menetapkan harga jual produk, kebijakan menejemen dalam penetapan harga jual
produk belum dapat memadai, jika hanya ditujukan untuk mengganti atau menutup
semua biaya yang telah dikeluarkan, tetapi juga harus menjamin adanya laba yang
diharapkan, meskipun keadaan yang dihadapi tidak menguntungkan akan tergantung
pula pada pertimbangan mengenai biaya.
Biaya
bahan baku diakumulasikan dan diperhitungkan dengan menghitung jumlah pemakaian
bahan baku yang digunakan untuk memproduksi dengan harga bahan baku yang
bersangkutan.Biaya tenaga kerja pada bagian produksi dengan jumlah waktu yang
digunakan untuk mengerjakan produk serta tarif upah yang digunakan. Biaya
overhead pabrik ditentukan dengan menggunakan sebuah tarif yang ditentukan
dimuka dan didasarkan pada dasar penentuan tarif tertentu. Industri ini
merupakan usaha kecil yang bergerak dalam bidang pembuatan tahu. Industri ini
harus mampu menentukan harga jual secara tepat, agar ukuran tahu dan harga jual
yang ditentukan tepat. Maka industri ini harus melakukan pengakumulasian dan
perhitungan elemen biaya produksi baik bahan baku, tenaga kerja, dan pembebanan
biaya overhead pabrik dalam tiap produksi yang secara tepat pula.
Hal ini
perlu dilakukan agar tidak mengalami kerugian baik dari sisi persaingan maupun
kemungkinan kerugian karena harga jual yang ditetapkan tidak mampu menutupi
biaya produksinya. Mengingat pentingnya peranan harga pokok produksi dalam
kegiatan bisnis, maka penentuan harga pokok produksi harus dilakukan secara
cermat, karena jika tidak hal ini akan berpengaruh pada ukuran tahu, harga jual
tahu dan jumlah laba yang akan diperoleh.
Biaya pembelian material pada
perusahaan suplier untuk melaksanakan proses produksinya. Sebelum harga beli
ditetapkan departemen pembelian harus menghitung perkiraan harga materialdan
menetapkan harga standar sebagai harga patokan, dengan demikian akan menjadi harga
yang wajar.Pembelian material dengan harga terlalu mahal mengakibatkan
peningkatan biaya produksi yang kemudian dapat mengurangi keuntungan
perusahaan, akan tetapi dapat menimbulkan permasalahan dimasa yang akan datang
yaitu perusahaan kesulitan dalam menetapkan standart pembelian dan
penjualannya, jika harga pembalian tiba-tiba menjadi naik.Dari uraian diatas
perusahaan perlu menetapkan standart produksi, dan penjualannya. Untuk
harga-harga lainnya tidak dihitung nsehingga berpengaruh pda harga pokok produksi.
Dalam penentuan harga pokok produksi yang dilakukan industri tersebut, atas
dasar hal itu maka penulis melakukan penelitian dengan judul “ANALISA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN
METODE FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING PADA PEMBUATAN TAHU SERASI (STUDI
KASUS USAHA TAHU SERASI MILIK BAPAK SINDORO)”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
penulis akan menitik beratkan pada masalah utama yaitu :
1.
Biaya overhead
pabrik apa saja belum dihitung
2.
Berapa harga
pokok produksi dengan pendekatan full costing dan variable costing pada
pembuatan tahu
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui
besarnya biaya-biaya produksi yaitu bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik.
2.
Untuk mengetahui
penentuan harga pokok produksi dengan fullcosting dan variable costing pada
pembuatan tahu.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik untuk perusahaan
maupun penulis adalah sebagai berikut :
1.
Bagi pihak
perusahaan, hasil analisis bermanfaat bagi perusahaan yang diteliti sebagai
bahan acuan untuk menghitung harga pokok produksi dengan pendekatan full
costing dan variable costing dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
harga jual
2.
Bagi pembaca,
penelitain ini merupakan tambahan wawasan pengetahuan dan acuan didalam
melakukan penelitian
3.
Bagi penulis,
penulis dapat mengetahui cara untuk mengetahui harga pokok produksi yang tepat
dan sarana untuk mengaplikasikan teori yang telah didapat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Harga Pokok
Bagi
sebuah perusahaan itu, apakah itu dagang, jasa, ataukah industri, kalkulasi
penyusunan harga pokok, merupakan suatu hal yang sangat penting, oleh sebab itu
harga pokok tersebut hendaknya disusun secara tepat dan rasional dalam arti
kata bahwa biaya-biayanya yang dibebankan sebagai harga pokok dapat menunjukkan
hal yang wajar atau dengan kata lain bahwa unsur-unsur harga pokok sendiri
dapat dialokasikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk itu
pengklasifikasian biaya-biaya sangat diperlukan guna mengetahui dimana diantara
biaya tersebut yang merupakan harga pokok ini. Oleh manajemen dapat ditentukan
harga jual produk yang dihasilkan. Mengenai pengertian harga pokok itu sendiri
prinsip akuntansi Indonesia menjelaskan sebagai berikut : harga pokok berarti
jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenalkan, langsung atau tidak langsung
untuk menghasilkan barang atau jasa didalam kondisi dan tempat dimana barang
tersebut dapat digunakan atau dijual.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa harga pokok hanya dapat dihitung apabila dilakukan klasifikasi terhadap
biaya-biaya yang dikeluarkan, dimana dalam pengertian ini, harga pokok harus
dibedakan atas :
a)
Harga Pokok
Produksi
Harga pokok produksi
adalah jumlah biaya produksi yang melekat pada persediaan barang jadi sebelum
barang tersebut laku dijual dari pengertian tersebut diatas dapat diketahui
bahwa didalam harga pokok produksi adalah jumlah dari pada produksi yang
melekat pada produksi yang dihasilkan yaitu meliputi biaya-biaya yang
dikeluarkan mulai pada saat pengadaan bahan baku tersebut sampai dengan proses
akhir produk yang siap untuk digunakan atau dijual. Biaya-biaya yang dimaksud
ini, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead,
selain itu dari definisi tersebut adalah dapat diketahui bahwa harga pokok
produksi adalah nilai dari pengorbanan yang dilakukan dalam hubungannya dengan
proses produksi berdasarkan nilai ganti pada saat pertukaran.
Kalau melihat hal-hal
tersebut diatas dan dalam hubungannya dengan sifat kegiatan yang dilakukan
dalam biaya tersebut dapat dibedakan atas biaya tetap yaitu biaya yang dalam
batas-batas tertentu jumlahnya tetap. Selain itu ada biaya variabel yaitu biaya
yang jumlahnya berubah-ubah tetapi sebanding dengan volume kegiatan.
Dalam menentukan harga
pokok produksi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode full costing
akan tetapi biasanya dengan dipertimbangkan teknis seperti untuk tujuan
pengambilan keputusan, maka digunakan metode varabel costing.
Jadi perbedaan pokok
antara metode full costing dan metode varable costing terletak pada perlakuan
biaya overhead pabrik biaya pada metode varabel costing diperlukan periode
proses dan harga pokok barang dihasilkan. Pada metode full costing semua biaya
produksi baik yang bersifat varabel maupun yang bersifat tetap dianggap bagian
dari harga pokok produksi.
b)
Harga Pokok
Penjualan
Harga pokok penjualan
adalah harga barang yang dijual penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan
industri, pada umumnya pada persediaan awal produk jadi ditambah dengan jumlah harga
produksi (harga pokok produk) dan dikurangi dengan persediaan akhir produk,
jadi pengertian mengenai harga pokok penjualan ini, berdasarkan prinsip
akuntansi Indonesia menjelaskan bahwa saldo awal dari persediaan ditambah harga
pokok barang-barang yang dibeli untuk dijual dikurangi jumlah persediaan akhir adalah harga pokok barang yang harus
dibandingkan pendapatan untuk masa yang bersangkutan untuk perusahaan industri
dalam harga pokok penjualan termasuk semua upah baru langsung dan biaya
bahan-bahan ditambah seluruh biaya pabrik (produksi) tidak langsung dikoreksi
dengan jumlah-jumlah saldo awal dan akhir persediaan.
Dari pengertian
tersebut diatas jelas menunjukkan harga pokok penjualan mencakup semua biaya
bersifat langsung atau tidak langsung sampai barang tersebut siap untuk dijual.
2.1.2 Unsur-Unsur Biaya Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi mempunyai
pengaruh yang besar dalam menentukan harga pokok perusahaan manufaktur. Harga
pokok produksi dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau
menghasilkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk terjadi dalam usaha
mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan atau
laba. Harga pokok penjualan dalam perusahaan manufaktur dapat dihitung, apabila
harga pokok produksinya sudah diketahui, untuk memperoleh nilai harga pokok
produksi tertentu kita harus mengumpulkan dan meyeleksi biaya-biaya apa saja
yang masuk kedalmnya. Setelah semua biaya terkumpul baru kita dapat
memperhitungkan berapa besarnya harga pokok produksi sesuai dengan kebutuhan
yan ada.
Perhitungan
harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi
tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
1.
Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan
bahan yang sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) ataupun
menjadi bagian wujud dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk
tersebut.
Perencanaan bahan baku
dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi tergantung kepda datangnya pesanan
dari langganan (pembeli), atau kegiatan produksi bersifat massa atau proses.
Umumnya perencanaan bahan pada perusahaan yang kegiatan produksinya bersifat
proses atau massa lebih mudah dibandingkan dengan perusahaan yang berproduksi
berdasarkan pesanan.
Tetapi yang pasti bahwa
pada semua perusahaan tujuan perencanaan dan pengendalian bahwa mempunyai dua
tujuan pokok yaitu untuk menekankan (meminimalkan) biaya, untuk memaksimalkan
laba dalam waktu tertentu dan dengan dana tertentu.
Pembelian bahan baku
Bahan yang dibeli
diterima oleh bagian penerimaan dan diperiksa kesesuaiannya bahan dan
didistribusikan ke bagian gudang bahan, bagian pembelian, bagian akuntansi, arsip,
bahan dipindahkan ke bagian gudang bahan.
Bagian gudang menerima
bahan yang dibeli berdasarkan dokumen laporan penerimaan bahan memasukkan ke
dalam kartu gudang dan kartu barang sesuai dengan macam-macam bahan yang
dibeli. Faktur pembelian dari supplier diterima oleh bagian pembelian setelah
disahkan diberikan kepada bagian akuntansi.
2.
Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja
terjadi dan diperlukan dalam suatu proses produksi untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi. Biaya-biaya ini timbul sehubungan dengan penggunaan sumber
daya manusia atau tenaga kerja tersebut dalam memproduksi suatu produk.
Manajemen perusahaan
sangat membutuhkan informasi biaya tenaga kerja yang tepat waktu dan akurat
untuk digunakan sebagai suatu dasar perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan. Perencanaan untuk tenaga kerja merupakan bagian terpadu dari proses
penyusunan anggaran. Bermula dari rencana produksi dan data standar waktu dan
standar biaya yang telah ditetapkan, maka anggaran biaya tenaga kerja dapat
dibuat.
Dalam biaya tenaga
kerja terbagi menjadi dua elemen utama, yaitu :
1.
Biaya tenaga
kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan dengan
suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan
produk-produk dari perusahaan.
2.
Biaya tenaga
kerja tidak langsung adalah semua biaya tenaga kerja yang secara tidak langsung
terlibat dalam proses produksi dengan demikian biaya ini tidak dapat
diidentifikasikan secara khusus kepada suatu operasi atau prses produksi
tertentu.
3.
Biaya overhead
Bahan langsung dan tenaga kerja langsung merupakan
biaya utama dari suatu produk. Overhead pabrik meliputi semua biaya lain yang
harus terjadi dalam membuat suatu produk tersebut. Semua biaya produksi selain
dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung yang terdiri atas tiga kelompok
biaya yakni biaya bahan tidak langsung, dan biaya produksi tidak langsung
lainnya seperti air, listrik, telepon, asuransi, pajak, pemeliharaan,
penyusutan dan lain-lain.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya untuk
memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung
yaitu bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya tidak
langsung lainnya.
Biasanya biaya overhead pabrik dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama yaitu sebagai berikut :
1.
Bahan tidak
langsung dan perlengkapan merupakan bahan yang dipakai dalam produksi yang
tidak dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya tertentu dengan
pertimbangan ekonomis dan praktis.
2.
Tenaga kerja
tidak langsung adalah semua biaya tenaga kerja pabrik yang secara tidak
langsung terlibat dalam proses produksi dari suatu produk, dikelompokkan
sebagai biaya tenaga kerja langsung seperti tenaga kerja pengawas dan penunjang
yang diperlukan untuk mengoperasikanfasilitas produk.
3.
Biaya tidak
langsung lainnya, biaya ini meliputi berbagai macam biaya overhead pabrik yang
tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan tidak langsung ataupun biaya
tenaga kerja tidak langsung.
2.1.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Metode
penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya
kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur kedalam harga
pokok produksi terdapat dua pendekatan : full costing dan varable costing
1.
Full Costing
Full costing adalah
metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku varabel
maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari
unsur biaya produksi sebagai berikut :
Biaya bahan baku x x x
Biaya tenaga kerja
langsung x x x
Biaya overhead pabrik
variabel x x x
Biaya
overhead pabrik tetap x
x x
Harga pokok produksi x x x
2.
Variabel Costing
Variabel costing adalah
metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi
yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang berperilaku
variabel. Harga pokok produksi menurut metode variabel costing terdiri dari
unsur biaya produksi sebagai berikut :
Biaya bahan baku x x x
Biaya tenaga kerja
langsung x x x
Biaya
overhead pabrik variabel x
x x
Harga pokok produksi x x x
2.2
Penelitian Terdahulu
No
|
Judul
dan Nama Penulis
|
Variabel/
Kesimpulan
|
Saran
|
1
|
“ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK
PLAY BETON PRE CAST BERDASARKAN SISTEM FULL COSTING (STUDI KASUS PADA PT
KINARYO BETON SALATIGA)”
LAILATUL UMI LESTARI, 2015
|
·
Bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian menentukan harga pokok produksi yang lebih
akurat terutama dalam menghadapi persaingan harga jual produksi sehingga
tidak lagi distorsi atau salah perhitungan yang menyebabkan salahnya
penentuan harga pokok produksi yang tentunya akan mempengaruhi laba yang
sebenarnya
·
Dapat
menambahkan metode lain dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga
diperoleh lebih banyak alternatif untuk mendapatkan harga pokok produksi yang
terakurat oleh efisien
|
Bagi pemilik PT Kinaryo Beton
Salatiga, hasil penelitian harga pokok produksi dapat dijadikan masukan
dengan menggunakan formulasi biaya pada proses produksi formulasi tersebut
dapat digunakan untuk menentukan anggaran biaya produksi untuk kegiatan
produksi.
|
2
|
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI TAHU DENGAN METODE FULL COSTING PADA INDUSTRI KECIL (STUDI KASUS CV
LAKSA MANDIRI)
|
CV Laksa Mandiri telah melakukan
perhitungan biaya produksi untuk produk tahu kuning dan tahu putih.
Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh CV Laksa Mandiri masih
sangat sederhana dengan menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan dan
metode full costing memiliki perbedaan. Pada perhitungan harga pokok produksi
dengan metode perusahaan selisih biaya produksi antara kedua metode tersebut
adalah tahu putih Rp.4.34 perpotong, jumlah prodksi tahu putih sebanyak
110.000 jadi selisih biaya produksi putih selama bulan April adalah
Rp.477.400
|
Sebaiknya CV Laksa Mandiri
menggunakan metode full costing dalam menghitung biaya produksi karena metode
ini lebih akurat dibandingkan dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan.
Metode full costing merinci seluruh biaya produksi yang terkait dengan proses
produksi sehingga hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil akurat
yang dikeluarkan selama proses produksi.
|
3
|
ANALISIS PENELITIAN HARGA POKOK
PRODUKSI BATIK MUSTIKA BLORA BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (STUDI
KASUS PADA USAHA BATIK MUSTIKA BLORA) Dyah Ayu setyaningrum
|
Harga pokok produksi dengan
sistem activity based costing pada kain batik sebesar Rp. 102.385.42
sedangkan jika menggunakan sistem tradisional harga pokok produksi kain batik
sebesar 194.325.70 lebih murah 1.940.28 per unitnya dari pada sistem activity
based costing harga pokok produksi menggunakan sistem based costing pada
batik cap sebesar Rp. 65.929.58 sedangkan jika menggunakan sistem tradisional
harga pokok produksi kain batik sebesar 66.427 lebih mahal Rp. 497.42
perunitnya dari pada sistem based costing
|
Batik Mustika Blora harga pokok
produksi dapat dijadikan bahan perbandingan antara penggunaan sistem activity
based costing dengan sistem tradisional
|
2.3
Kerangka Pikiran
Dalam
penelitian dibuat sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memudahkan
dalam melaksanakan penelitian. Dalam suatu kerangka pikir tersebut akan memuat
secara runtut kronologis bahasan tentang suatu pembelian dilaksanakan untuk
mencapai suatu tujuan.
Gambar
1 skema kerangka piker
|
|
Dalam kerangka pikir diatas biaya pembelian merupakan biaya yang masuk
kedalam biaya produksi dengan jumlah yang lebih besar dari biaya yang lainnya.
Maka diperlukan kebijakan dalam melakukan pembelian dan untuk melihat peran
pembelian bahan baku pada proses produksi digunakan analisis HPP dengan metode full costing dan variable
costing yang selanjutnya akan dapat diketahui peersentase biaya pembelian yang
sebenarnya pada harga pokok produksinya.Dalam proses produksi suatu perusahaan
manufaktur biasanya membutuhkan bahan baku untuk menghasilkan suatu produk
(Arten Usry. 2002.40)
Faktor
yang memiliki kepastian yang relatif tinggi yang berpengaruh terhadap npenentuan
harga jual adalah biaya. (Sunarto 2004 : 175). Oleh karena untuk memperoleh dan
mengolah bahan-bahan menjadi produksi jadi dalam kegiatan proses produksi
diperlukan dana atau biaya-biaya, maka untuk menutup pengeluaran biaya-biaya
tersebut biasanya perusahaan memperhitungkannya dalam penetapan harga jual
produk. Kebijakan manajemen dalam penetapan harga produk belum dapat memadai,
jika hanya ditujukan untuk mengganti atau menutup semua biaya yang telah
dikeluarkan tetapi juga harus menjamin adanya laba yang ditetapkan.
Tujuan
dari pada kegiatan pembelian adalah mendapatkan bahan-bahan atau peralatan yang
sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan melalui informasi pada
bagian produksi. Apabila tujuan ini dapat dicapai perusahaan akan dapat menekan
biaya produksi lebih rendah dan efesien, sehingga akan diperoleh peningkatan
profitabilitas. Hal ini disebabkan karena pembelian bahan sangat mempengaruhi
dalam penetapan harga pokok produksi, khususnya dalam struktur biaya. Bila
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut lebih
tinggi, maka memperkecil tingkat profitabilitas perusahaan.
Langkah-langkah dalam pembelian :
Dalam melakukan pembelian diperlukan beberapa hal
yang terkait yaitu :
1.
Membuat
perencanaan produksi
2.
Mengukur
kemampuan pemasok
3.
Menentukan waktu
tunggu
4.
Mempertimbangkan
harga
5.
Menentukan
jumlah pembelian
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Populasi Dan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel
adalah metode sensus. Manurut Sudjana (1992) metode sensus terjadi apabila
anggota atau karakteristik yang ada dalam populasi dikenai penelitian. Populasi
adalah pengusaha yang bergerak dalam pembuatan tahu Serasi yang berada di
Kecamatan Bandungan. Dalam penelitian ini populasi sekaligus menjadi sampel
sehingga metode yang digunakan adalah metode sensus dengan mengambil seluruh
populasi menjadi sampel.
Penelitian ini memerlukan data untuk
penganalisaan, baik yang digunakan data primer maupun data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data
sekunder bersumber dari dokumen pengusaha tanaman hias yang dapat diakses
melalui buku, jurnal dan internet yang berkaitan dengan permasalahan.
3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi
Operasional
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu di
kecamatan Bandungan di perusahaan Tahu Serasi milik Bapak Sindoro, yang
memiliki potensi pengembangan usaha tahu serasi .
3.2.1 Biaya Bahan Baku (BBB)
Biaya
bahan baku adalah keseluruhan bahan utama untuk pembuatan produk jadi. Dalam
pembuatan produk jadi sendiri tidak terpaku saja pada harga beli bahan baku
saja melainkan juga memerlukan biaya lain yang nantinya akan menambah nilai
kebutuhan biaya untuk memperoleh produk jadi. Bahan baku langsung menurut
Nafari (2009:202) yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan dari produk jadi. Bahan baku adalah bahan baku utama atau bahan
pokok dan merupakan komponen utama dari suatu produk. Biaya bahan baku dalam
penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku
sehingga siap diolah untuk memperoleh produk jagung yang terdiri dari bahan
baku utama.
3.2.2
Biaya Tenaga Kerja (TKL)
Tenaga
kerja merupakan usaha fisik yang dikeluarkan karyawan untuk memperoleh produk
menurut Mulyadi (2001) biaya tenaga kerja disini adalah jumlah biaya
keseluruhan yang dibayarkan untuk karyawan yang merupakan tenaga kerja dalam
pembuatan produk tahu serasi, untuk memproduksi satu unit produk tertentu, jam
standar kerja langsung dapat ditentukan dengan cara :
1.
Menghitung
rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga
pokok periode lalu.
2.
Mencoba jalan
operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
3.
Mengadakan
penyelidikan gerak dan waktu.
4.
Mengadakan
tafsiran yang wajar.
5.
Memperhitungkan
kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak bias dihindari dan
faktor kelelahan.
3.2.3
Biaya Overhead Pabrik
Biaya
overheadadalah biaya-biaya yang secara tidak langsung bekaitan dengan pembuatan
produk yang meliputi : Biaya bahan penolong, tenaga kerja tidak langsung,
penyusutan pabrik, berbagai alat yang digunakan dalam proses produksi tahu
serasi dan pemeliharaan fasilitas pabrik. Biaya overhead pabrik akan dihitung
satu persatu menurut penggunaannya terhadap suatu produk hasil maupun dari
pabrik yang terdiri dari berbagai aktifitas pemeliharaan, aktifitas pembersihan
dan aktifitas pengeringan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengggunakan metode :
1.
Wawancara Yaitu
teknik pengumpulan data dengan responden melaui tanya jawab yang berkaitan
dengan masalah penelitian
2.
Kuesioner yaitu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
3.
Pengamatan,
yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti terlibat langsung dilapangan
untuk mengamati proses kegiatan yang berkaitan dengan usaha pembuatan tahu
Serasi, mulai dari pembelian bahan, pengolahan bahan, pengemasan hingga
pemasaran produk.
4.
Dokumentasi,
yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku maupun jurnal
yang berkaitan dengan topik pembahasan.
3.3
Metode Analisa
Jenis
penelitian ini berupa studi kasus yaitu melakukan suatu pendekatan yang
mengambil suatu objek penelitian dicermati secara intensif dan mendalam
sehingga diperoleh gambaran lengkap
mengenai objek tersebut. Jenis data yang dikumpulkan beruapa data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif yang terdii dari data premier dan data sekunder
yaitu:
1.
Data kualitatif
merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil penelitian berupa
fakta-fakta verba dari keterangan sejarah perusahaaan, struktur organisasi, dan
bidang-bidang kerja.
2.
Data kuantitatif
merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian
maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi kuantitatif menjadi data
kuantitatif.
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif, data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
data yang diperoleh dari perusahaan tahu serasi mili Bapak Sindoro.
Untuk
identifikasi msalah digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat
perkembangan usaha pembuatan tahu Serasi (luas tempat usaha pembuatan bahan
baku, produksi, dan produktifitas) dan pemasaran (harga dan permintaan pasar)
untuk hipotesis dan identifikasi masalah-masalah digunakan metode analisis.
Metode analisis data merupakan upaya
untuk mengelola data dengan cara mempelajari permasalahan dan cara untuk
mengatasinya. Analisa yang digunakan dalam penentuan HPP adalah dengan
menggunakan full costing dan variable costing.
3.4.1Pendekatan Full
Costing
Full costing adalah
penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik baik yang variable maupun tetap.
Cara perhitungan HPP
dengan metode Full Costing adalah :
Biaya Bahan Baku
|
Rp. xxx
|
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
|
Rp. xxx
|
Biaya Overhead Pabrik
Variable
|
Rp. xxx
|
Biaya Overhead Pabrik
Tetap
|
Rp. xxx +
|
Harga Pokok Produksi
|
Rp. xxx
|
Sedangakn analisis kualitatif dilakukan
dengan membandingkan hasil perhitungan yang diperoleh anatara metode full costing
dengan metode yang digunakan perusahaan (analisis deskriptif komparatif).
3.4.2Pendekatan Variable Costing
Variable costing adalah
suatu konsep penentuan harga pokok produksi yang hanya memasukkan atau
membebankan biaya produksi variable sebagai elemen harga pokok produksi,
sedangkan biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode yang langsung
dibebankan kepada laba rugi. Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang
diperhitungakan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variable yang terdiri
dari biaya bahan baku. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
variable. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodic
bersama-sam dengan biaya tetap nonproduksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan
internal. Oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akutansi yang
berlaku umum.
Cara perhitungan HPP
dengan metode variable costing adalah :
Biaya Bahan Baku
|
Rp. xxx
|
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
|
Rp. xxx
|
Biaya Overhead Pabrik
Variable
|
Rp. xxx
|
Harga Pokok Produksi
|
Rp. xxx
|
3.4.3
Penentuan Harga
Jual
Harga Jual : taksiran
biaya penuh – Laba yang diharapkan
Harga Jual per unit :
biaya yang berhubungan langsung
|
Dengan volume ( per
unit)-persentase mark up
|
Laba yang diharapkan +
biaya yang tidak
Dipengaruhi langsung
oleh volume produksi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Penelitian
4.1.1 Deskripsi
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah hanya biaya
pokok produksi yang menjadi focus dalam pembuatan tahu serasi untuk
mengalokasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik
secara tepat dan akurat. Subjek penelitian
ini adalah tahu serasi milik Bapak Sindoro yang lokasi pabrik berada di
Dusun Karanglo kecamatan Bandungan kabupaten Semarang.
4.1.2 Analisis
Data
Pabrik rtahu serasi berkedudukan di kecamatan Bandungan yang mempunyai
komitmen untuk menjadikan kualitas dan efisien. Laba bersih merupakan selisih atas
pendapatan penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Laba merupakan kelebihan
total pendapatan dibandingkan total bebannya. Disebut juga pendapatan bersih
(Homgren:1997), laba bersih adalah laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga,
biaya riset, dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan rugi-laba
dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya (Hansen and Muwen,
2005:38).
Komponen pembentukan laba adalah
pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan biaya adalah pengorbanan yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasilkan suatu barang
dan jasa. Biaya tersebut di sebut sebagai biaya harga pokok atau harga pokok
produksi (Mulyadi:20140).
Penentuan harga pokok yang
digunakan oleh perusahaan ini masih sangat tradisional yaitu dengan memperhitungkan
harga pokok produksi dengan sistem perkiraan tanpa memperhatikan ketepatan
perhitungan jumlah barang, peralatan, ataupun pengeluaran yang telah digunakan
untuk memproduksi pembuatan tahu serasi.
4.1.2.1 Biaya
Bahan Baku
Pada produksi tahu serasi perusahaan ini
total biaya kebutuhan bahan baku selama satu bulan januari 2017 adalah Rp
27.255.000. untuk rincian perhitungan biaya bahan baku yang diperlukan selama
produksi bulan januari 2017 dapat dilhat pada tabel 1.
Tabel 1 Biaya kebutuhan bahan baku
material harga pokok produksi perusahaan tahu serasi milik Bapak Sindoro.
NO
|
JENIS BAHAN
BAKU
|
SATUN
|
QTY
|
HARGA (Rp)
|
JUMLAH
|
1
|
Kedelai
|
Kg
|
4.500
|
6.050
|
27.255.000
|
2
|
Garam
|
Kg
|
300
|
1.500
|
450.000
|
JUMLAH TOTAL
|
27.705.000
|
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat jumlah kedelai yang dibutukan satu bulan sebanyak 4.500 kg dengan harga
perkilogram Rp.6050 biaya yang dikeluarkan untuk membeli kedelai selama satu
bulan Rp.27.255.000, garam yang digunakan yaitu 300 kg dengan harga perkilogram
Rp.1500, jadi biaya yang dikeluarkan untuk membeli garam selama satu bulan
adalah Rp.450.000 .
4.1.2.2 Biaya
Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji
atau upah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk memproses barang menjadi
barang jadi, perusahaan tahu serasi
milik Bapak Sindoro menggunakan system borongan untuk sekali masak membutuhkan
15kg kedelai dengan menghasilkan 350 tahu dengan biaya tenaga kerja Rp.50.000.
Tabel 2 Biaya tenaga kerja perusahaan tahu serasi
NO
|
JUMLAH
PRODUKSI (Rp)
|
BIAYA 15 Kg
(Rp)
|
JUMLAH
PEKERJA
|
TOTAL (Rp)
|
1
|
150 Kg
|
50.000
|
10
|
15.000.000
|
Jadi biaya satu orang karyawan Rp.50.000 dengan
jumlah karyawan 10 orang total biaya tenaga kerja dalam satu bulan adalah
Rp.15.000.000.
4.1.2.3 Biaya
Overhead Pabrik
biaya overhead pabrik adalah biaya yang
mempengaruhi produksi secara tidak langsung. Biaya itulah yang seringkali tidak
dihitung secara rinci oleh perusahaan dalam menghitung harga pokok produksinya.
Biaya listrik
Listrik digunakan untuk penerangan pada saat proses
produksi. Biaya listrik yang dikeluarkan pada bulan januari adalah Rp.100.000.
Tabel 3 Biaya listrik selama satu bulan
Keterangan
|
Total Biaya (Rp)
|
Biaya listrik
|
100.000
|
Jumlah
|
100.000
|
Biaya penyusutan mesin, peralatan dan bangunan,
penggunaan mesin dan peralatan menyebabkan penyusutan nilai dari mesin dan
peralatan yang digunakan tersebut. Penyusutan yang terjadi menyebabkan
menurunya atau berkurangnya nilai mesin dan peralatan. Untuk menghitung nilai
penyusutan mesin dan peralatan yang digunakan.
Tabel 4 Beban penyusutan
Jenis peralatan
|
Umur (Tahuh)
|
Harga (Rp)
|
Mesin penggiling
|
5
|
5.000.000
|
Panci besar
|
5
|
500.000
|
Tungku masak
|
5
|
500.000
|
Penyaring
|
5
|
500.000
|
Alat perekat plastik
|
5
|
120.000
|
1.
Biaya bahan
penolong
Bahan
penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil dibandingkan
dengan harga pokok produksi tersebut.
a.
Kain mori
Dalam proses produksi
tahu kain digunakan pada saat percetakan, kain tersebut diletakkan pada alat
pencetak tahu kemudian tahu yang sudah menggumpal akan dimasukkan kedalam alat
pencetak, biaya yang dikeluarkan selama satu bulan adalah Rp.42.000.
Tabel 5 Biaya kain
selama satu bulan
PEMAKAIAN
|
BIAYA PER
|
TOTAL
|
Kain
(Potong)
|
POTONG Rp
|
BIAYA Rp
|
6
|
7.000
|
42.000
|
JUMLAH
|
42.000
|
b.
Kayu bakar
Kayu bakar digunakan
untuk proses pembuburan kedela.
Tabel 6 Biaya kayu
bakar selama satu bulan
PEMAKAIAN KAYU BAKAR
(KUBIK)
|
BIAYA 5 Kg
|
TOTAL BIAYA (Rp)
|
30
|
500.000
|
15.000.000
|
TOTAL
|
15.000.000
|
Tabel 7 Biaya
penggunaan bahan penolong per januari
Bahan
penolong
|
Total biaya
(Rp)
|
Kain mori
|
42.000
|
Kayu bakar
|
15.000.000
|
Jumlah
|
15.042.000
|
4.1.3 Pembahasan
Tahu adalah hasil olahan dari ekstrak kedelai, melalui proses
penggumpalan (pengendapan) protein susu kedelai. Bahan yang biasa digunakan
adalah batu tahu, asam cuka. Pada industri kecil biasanya bahan penggumpalannya
dari whey yang didiamkan selama 24 jam.
Industri
tahu di Indonesia berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk.
seperti industri tahu yang ada did aerah Bandungan, sudah ada puluhan pengrajin
tahu yang tersebar disekitar Bandungan. Selain peningkatan taraf hidup bagi
penduduk sekitar, produksi tahu membutuhkan air untuk memprosesnya, yaitu untuk
proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit, pencucian, pengilingan, perebusan
dan penyaringan.
Jumlah
air yang dibutuhkan dari proses pembuatan tahu mulai dari tahap perendaman sampai
pencucian ampas adalah 135 liter untuk 3kg kedelai atau 45 liter air per 1kg
kedelai. Dari 60 kg bahan baku kedelai membutuhkan 2700 liter air.
Pemilihan
(penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam
pembuatan tahu kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan
lama digudang kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan
bentuk). Untuk mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang baik, diperlukan
bahan baku biji kedelai yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai
tidak retak dan bebas dari sisa, sisa tanaman, batu kerikil, tanah atau
biji-bijian lain. Kedelai yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih atau
hijau dan jarang menggunakan jenis kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran
ini adalah agar kwalitas tahu tetap terjaga dengan baik.
Proses
yang kedua adalah perendaman. Pada proses ini kedelai direndam dalam bak atau
ember yang berisi air selama ± 3-12 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah
untuk membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah
direndam, kemudian dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan cara meremas-remas
dalam air, kemudian dikuliti.
Setelah
direndam dan dikuliti kemudian dicuci. Pencucian sedapat mungkin dilakukan
dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan
kotoran yang melekat maupun bercampur dalam kedelai.
Setelah
kedelai direndam dan dicuci bersih, selanjutnya dilakukan penggilingan. Proses
pengilingan dilakukan dengan mesin, kerena penggunaan mesin akan memperhalus
hasil gilingan kedelai. Pada saat
penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Hasil dari
proses penggilingan berupa bubur kedelai, bubur kedelai yang sudah terdorong
keluar kemudian ditampung di ember. Pada proses pencucian dan perendaman
kedelai ini menggunakan banyak sekali air sehingga limbah cair yang dihasilkan
akan banyak pula, tetapi sifat limbah ini belum mempunyai kadar pencemaran yang
tinggi.
Proses selanjutnya adalah perebusan
bubur kedelai dengan tujuan untuk meningkatkan zat antinitrisi kedelai yaitu
tripsin inhibitor dan sekaligus meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi
atau penggilingan dan penggumpalan protein serta menambah keawetan produk.
Bubur kedelai yang telah terbentuk kemudian diberi air, selanjutnya didihkan
dalam tungku pemasakan. setelah mendidih sampai ±5 menit kemudian dilakukan
penyaringan.
Dalam
keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus)
kemudian disaring dengan kain blaco atau kain mori kasar sambil dibilas dengan
air hangat sehingga susu kedelai dapat terekstrak semua. Proses ini
menghasilkan limbah padat yang disebut dengan ampas tahu. Ampas padat ini
mempunyai sifat yang cepat basi dan busuk bila tidak cepat diolah sehingga
perlu ditempatkan secara terpisah atau agak jauh dari proses pembuatan tahu
agar tahu tidak terkontaminasi dengan barang yang kotor. Filerat cair hasil
penyaringan yang diperoleh kemudian ditampung dalam bak, kemudian filerat yang
masih dalam keadaan hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam (catu).
Pemberian asam ini dihentikan apabila sudah terlihat penggumpalan selanjutnya
dilakukan penyaringan kembali. Proses penggumpalan juga menghasilkan limbah
cair yang banyak dan sifat limbahnya sudah mempunyai kadar pencemaran yang
tingi karena sudah mengandung asam.
Untuk penggumpalan tahu bisa digunakan
bahan-bahan seperti batu tahu (sioho) yaitu batu gips yang sudah dibakar dan
ditumbuk halus menjadi tepung, asam cuka, biang atau kecuran dari air jeruk.
Biang atau kecuran yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan protein atau
sisa cairan dari pemisahan gumpalan tahu yang telah dibiarkan selama satu
malam.
Tetapi biasanya para pengrajin tahu
memakai kecuran dari limbah itu sendiri yang sudah didiamkan selama satu malam.
disamping memanfaatkan limbah secara ekonomi juga dapat menghemat karena tidak
perlu membeli.
Tahap selanjutnya yaitu percetakan dan
pengepresan. Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan
tahu dibuang sebagian dan sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian
diambil dituangkan ke dalam cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain
dan diisi sampai penuh. Cetakan yang digunakan biasanya berupa cetakan dari
kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya air dapat keluar.
Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin berat
benda yang digunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat
pembarat/ pres biasanya mempunyai berat ±3.5 kg dan lama pengepresan biasanya ±
1 menit sampai airnya keluar.
Setelah dirasa cukup dingin, kemudian
tahu dipotong –potong sesuai dengan keinginan konsumen dipasar. Tahu yang sudah
dipotong-potong tersebut kemudian dipasarkan
A.
Bahan Dan Alat Yang Digunakan
Bahan dan alat peralatan yang digunakan
pada saat memproduksi tahu serasi
1.
Ember
2.
Penggiling
kedelai
3.
Pancibesar/ dandang
4.
Saringan besar
5.
Gayung
6.
Meja produksi
7.
Cetakan tahu
Serasi
8.
Kain mori
9.
Alat pengepresan
10. Rak pendingin
11. Alat perekat plastik
12. Plastik kemasan
13. Kedelai
14. Garam
Untuk
membuat tahu serasi cukup mudah, hampir sama denagn tahu lainnya, namun pada
tahu serasi diberikan tambahan garam sebagai perasanya. Pada saat pencetakan,
tahu pada umumnya dicetak dengan menggunakan loyang besar kemudian
dipotong-potong, namun pada pembuatan tahu serasi dibungkus dengan kain mori
dengan ukuran kurang lebih (50 ml x 50 ml x 20 ml) kemudian dipres menggunakan
pemberat. Pada saat pengepresan menggunakan alas dari kayu. (KLH.2006 dalam
penelitian Febria Kaswinarni,2007).
|
Gambar 2 Proses
pembuatan tahu serasi
B.
Pembelian Bahan Baku
Bila
dilihat dari aspek perkembangannya, perusahaan tahu ini merupakan industri
kecil/ home industry, oleh karena itu keberadaan aktifitas pembeliannya belum memiliki wadah tersendiri, dan biasanya
kegiatan pembeliannya dilakukan oleh pimpinan perusahaan.
Kegiatan pembelian ini, dilakukan secara
langsung ke tempat supplier yang dilakukan sekali. Supplier dari perusahaan
tahu ini adalah sebuah agen pemasok kedelai. Bila ditinjau dari aspek sistemnya
perusahaan ini menggunakan sistem sentralisasi dimana kewenangan dalam
melakukan pembelian hanya terletak pada satu orang.
selanjutnya bagian pembelian langsung
mendatangi tempat supplier untuk meminta sample bahan. Kemudian sampel ini
dipilih mana yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan. Bila telah mendapat
sampel nyang sesuai pembeli akan melakukan transaksi pembelian berdasarkan
kebutuhan bahan baku yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Strategi yang digunakan perusahaan
adalah dengan pembelian dengan cara biasa, dimana pembelian dilakukan untuk
memenuhi keperluan biasa atau rutin. Pembelian semacam ini dilakukan karena
proses produksinya adalah terus menerus dengan jumlah yang relatif sama setiap
tahunnya.
1.
Menentukan harga pokok produksi
Unsur-unsur dalam
penentuan harga pokok produksi adalah sebagai berikut :
a)
Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang
digunakan untuk membuat tahu adalah hanya kedelai yang cukup tersedia untuk
diperoleh untuk mengetahui nilai bahan baku yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Kedelai 1kg : Rp. 6.050
Kedelai 150 kg x Rp.
6.050 : Rp. 907.500
Jumlah produksi 10 kali
@350 tahu : 3500 tahu
1 pak : 10 tahu
3500 tahu : 350 pak
Biaya bahan baku per
pak adalah
907.500
|
:
|
2592.8571
|
350
|
Untuk biaya pembelian tidak dikenakan
biaya-biaya ditanggung suplier
Biaya pengiriman
Pengiriman tahu serasi melalui travel
umum tahu serasi dipasarkan di
1.
Lokasi pabrik
didusun Karanglo Kecamatan Bandungan
2.
Salatiga
3.
Solo
4.
Purwokerto
5.
Banjar Negara
Salatiga – Solo pengiriman 100 pak tahu serasi
biaya Rp. 100.000/ 100 : Rp. 1.000
Banjar Negara – Purwokerto pengiriman 300 pak tahu
serasi
biaya Rp. 200.000/ 300 : Rp. 666.666.6
b)
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Pada usaha tahu ini yang digunakan adalah sebagian
besar pria yang tinggal di sekitar kecamatan Bandungan. Pembuatan tahu ini
tidaklah membutuhkan ketrampilan khusus hanya dibutuhkan karyawan yang mampu
bekerja keras karena pada tahap pembuatan memerlukan tenaga yang cukup besar.
Tenaga kerja berjumlah 10 orang – sistem kerja
adalah sistem borongan dimana upah diberikan sesuai jumlah tahu yang dihasilkan
satu tenaga kerja menghasilkan 350 tahu, upah yang diterima Rp. 50.000. Jika
lebih dari 350 tahu maka sisanya akan dihitung menjadi insentiv
Upah tenaga kerja Rp. 50.000 30 hari = Rp. 1.500.000
Jumlah pekerja 10 orang = 10 x 50.000 = Rp. 500.000
Jumlah produksi 3500 tahu perhari
Biaya tenaga kerja 3500 tahu perhari
500.000
|
:
|
Rp. 142.857
|
3500
|
c)
Biaya Overhead
Pabrik
Jenis-jenis biaya overhead yang dapat diidentifikasi
dalam penelitian ini adalah :
1.
Biaya overhead
variabel
a.
Kayu bakar
1 pick up kayu
bakar seharga Rp. 500.000
500.000
|
:
|
Rp.
142.857
|
3500
|
Jadi
b.
Biaya listrik
Jumlah pemakaian
listrik adalah Rp. 100.000
100.000
|
:
|
Rp.
28.5714
|
3500
|
Jadi
2.
Biaya overhead
tetap
a.
Biaya penyusutan
peralatan
Untuk menghitung biaya penyusutan maka
perlu diketahui harga perolehan dan taksiran umur ekonomis dari peralatan
dengan menggunakan metode garis lurus. Adapun jenis dan umur peralatan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Jenis dan umur
peralatan pembuatan tahu
NO
|
JENIS
PERALATAN
|
UMUR
|
HARGA
|
1
|
Mesin
Penggiling
|
5
|
Rp.
5.000.000
|
2
|
Panci
besar
|
5
|
Rp.
5.500.000
|
3
|
Tungku
masak
|
5
|
Rp.
4.500.000
|
4
|
Penyaring
|
5
|
Rp.
500.000
|
5
|
Alat
perekat plastik
|
5
|
Rp.
120.000
|
Jumlah produksi yang telah dihasilkan dalam kapasitas
normal adalah 3500 x 30 hari = 105.000 tahu
Nilai penyusutan peralatan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mesin penggiling tahu
Rp. 5.000.000 =
1.000.000 = Rp. 83.333.333 x 3 bulan
5 tahun =
12 bulan
250.000
|
:
|
Rp.
2.38
|
105.000
|
Jadi biaya penyusutan mesin penggiling
tahu adalah 2.38
2. Panci besar
Rp. 400.000 =
80.000 = Rp. 6.666.6666 x 3 bulan
5 tahun =
12 bulan
200.000
|
:
|
Rp.
0.1904
|
105.000
|
Jadi biaya penyusutan dandang adalah 0.1904
3. Tungku Masak
Rp. 500.000 =
100.000 = 8.333.3333 x 3 bulan
5 tahun =
12 bulan
25.000
|
:
|
Rp.
0.238
|
105.000
|
Jadi biaya penyusutan tungku masak
adalah 0.238
4. Penyaring
Rp. 500.000 =
100.000 = Rp. 8.3333.3333 x 3 bulan
5 tahun =
12 bulan
250.000
|
:
|
Rp.
0.238
|
105.000
|
Jadi biaya penyusutan mesin penggiling
tahu adalah 0.238
5. Alat Perekat Plastik
Rp. 120.000 =
24.000 = Rp. 2.000 x 3 bulan
5 tahun =
12 bulan
6.000
|
:
|
Rp.
0.0571
|
105.000
|
Jumlah total penyusutan = 2.38 + 0.1904 + 0.238 + 0.238 + 0.0571 =
Rp. 3.1034
PENENTUAN HARGA
POKOK PRODUKSI METODE
FULL COSTING
TABEL :
Kalkulasi harga pokok produksi tahu dengan full costing
NO
|
JENIS
BIAYA PRODUKSI
|
BIAYA
PER PAK
|
1
|
Biaya bahan baku
a. Kedelai
Jumlah biaya bahan baku
|
Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85
|
2
|
Biaya tenaga kerja langsung
a. Upah tenaga kerja
Jumlah biaya tenaga kerja
langsung
|
Rp. 142.857
Rp. 142.857
|
3
|
Biaya overhead
a. Biaya overhead variabel
1.
Kayu bakar
2.
Biaya listrik
3.
Biaya plastik
|
Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp. 0.0571
|
b. Biaya overhead tetap
1.
Biaya
penyusutan
Jumlah biaya overhead
|
Rp. 3.1
Rp. 174.5856
|
|
Harga pokok produksi per pak
|
Rp. 2.910.2926
|
PENENTUAN HARGA
POKOK PRODUKSI METODE
VARIABEL COSTING
TABEL :
Kalkulasi harga pokok produksi tahu dengan full costing
NO
|
JENIS
BIAYA PRODUKSI
|
BIAYA
PER PAK
|
1
|
Biaya bahan baku
a. Kedelai
Jumlah biaya bahan baku
|
Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85
|
2
|
Biaya tenaga kerja langsung
a. Upah tenaga kerja
Jumlah biaya tenaga kerja
langsung
|
Rp. 142.857
Rp. 142.857
|
3
|
Biaya overhead
a. Biaya overhead variabel
4.
Kayu bakar
5.
Biaya listrik
6.
Biaya plastik
|
Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp. 0.0571
|
b. Biaya overhead tetap
Jumlah biaya overhead
|
Rp. 171.4856
|
|
Harga pokok produksi per pak
|
Rp. 2.907.1926
|
EVALUASI
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
TABEL 3 :
Evaluasi perhitungan harga pokok produksi tahu serasi
NO
|
JENIS
BIAYA PRODUKSI
|
FULL
COSTING
|
VARIABEL
COSTING
|
1
|
Biaya bahan baku
a. Kedelai
Jumlah biaya bahan baku
|
Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85
|
Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85
|
2
|
Biaya tenaga kerja langsung
a. Upah tenaga kerja
Jumlah biaya tenaga kerja
langsung
|
Rp. 142.857
Rp. 142.857
|
Rp. 142.857
Rp. 142.857
|
3
|
Biaya overhead
a. Biaya overhead variabel
1.
Kayu bakar
2.
Biaya listrik
3.
Biaya plastik
|
Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp. 0.0571
|
Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp. 0.0571
|
b. Biaya overhead tetap
1.
Biaya
penyusutan
Jumlah biaya overhead
|
Rp. 3.1
Rp. 174.5856
|
Rp.
8.8
Rp. 171.4856
|
|
Harga pokok produksi per pak
|
Rp. 2.910.2926
|
Rp. 2.907.1926
|
LAPORAN LABA
RUGI
PERUSAHAAN TAHU
SERASI
PER 3 BULAN
Penjualan
Biaya Variable
Margin Kontribusi
|
105.000 x Rp.3.000
105.000 x Rp.2.910
|
315.000.000
305.550.000
9.450.000
|
|||
Biaya tetap
Biaya penyusutan peralatan
(5000 pak x Rp.3.1)
|
Rp.325.500
|
||||
Biaya Pemasaran
(105.000 pak x Rp.6.6)
|
Rp. 693.000
|
1.018.500
|
|||
Penghasilan netto
Prosentase mark up
|
8.431.500
|
||||
Prosentase
mark up
|
-
|
Margin bruto
|
|||
Biaya variabel
|
|||||
:
|
9.450.000
|
||||
305.550.000
|
|||||
Implikasi penelitian
full costing laporan laba rugi
|
=
|
0.030 atau
3%
|
|||
LAPORAN LABA
RUGI
PERUSAHAAN TAHU
SERASI
PER 3 BULAN
Penjualan
Biaya pokok penjualan
Margin Kontribusi
|
105.000 x Rp.3.000
105.000 x Rp.2.907
|
315.000.000
305.235.000
9.765.000
|
Marjin bruto
Biaya pemasaran
Penghasilan netto
|
(105.000 pak x 6.6)
|
9.765.000
693.000
9.072.000
|
Prosentase
mark up
|
-
|
Margin bruto
|
Harga pokok
penjualan
|
||
=
|
9.765.000
|
|
305.235.000
|
||
0.1620/16%
Implikasi penelitian
variabel costing laporan laba rugi
|
=
|
0.0319 atau
3%
|
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1
Kesimpulan
Perhitungan
harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan tahu serasi milik bapak
Sindoro sangat sederhana dengan menghitung biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi adalah biaya kacang kedelai, listrik, kayu bakar dan biaya tenaga
kerja, mesin terdapat biaya overhead yang dikeluarkan dalam proses produksi,
namun perusahaan tahu serasi milik bapak Sindoro tidak menghitung biaya
tersebut. Hasil perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan tahu
serasi milik bapak Sindoro atas produksi tahu adalah dengan metode variabel
costing adalah
Tahu serasi Rp. 2.907.1926
Perhitungan
biaya produksi yang dilakukan dengan full costing pada perusahaan tahu serasi
milik bapak Sindoro ialah dengan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksitahu serasi. Adapun biaya yang dibebankan pada produk tahu
adalah biaya kacang kedelai, biaya penyusutan, biaya yang dikeluarkan untuk
produksi tahu serasi ada biaya tambahan yaitu biaya kayu bakar dan penyusutan
peralatan. Hasil perhitungan biaya produksi dengan metode full costing adalah
Tahu serasi Rp. 2.910.2926
Perhitungan
harga pokok produksi dengan metode perusahaan dan metode full costing, harga
pokok produksi yang dihasilkan lebih besar dibanding dengan perhitungan harga
pokok produksi dengan perusahaan
5.2
Saran
1.
Sebaiknya
perusahaan tahu serasi milik bapak sindoro menggunakan metode full costing
dalam menghitung biaya produksinya karena metode ini lebih akurat dibandingkan
dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan metode full costing menghitung
seluruh biaya produksi yang terkait dengan proses produksi sehingga hasil
perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil akurat yang dilakukan selama
proses produksi.
2.
Hasil penelitian
penentuan harga pokok produksi berdasarkan sistem full costing tersebut dapat
dijadikan masukan bagi perusahaan tahu serasi milik Bapak Sindoro dengan
menggunakan formulasi biaya pada proses produksi. Formulasi tersebut dapat
digunakan untuk menentukan anggaran biaya produksi untuk kegiatan produksi
selanjutnya.
3.
Bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian sejenis dapat menambahkan metode lain dalam
perhitungan harga pokok produksi sehingga diperoleh lebih banyak alternatif
untuk mendapatkan harga pokok produksi yang terakurat dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Bustami. Bastian
dan Nurlela, 2008. Akuntansi Biaya,
Jakarta : Mara Wacana Media
Carter, Wiliam K
dan Usry, Milron F. 2002
Akutansi Biaya, Jakarta. Salamba
Empat
Hansen, Don R
and Maryane Muwen.2005.Managerial Accouning.
Akutansi Managerial. Jakarta: Salemba
Empat.
Homgren,
CT,dkk.1997. Akuntansi di Indonesia Edisi ke-3 Penerbit Salemba
Empat. Jakarta
Jusup.Al.
Haryono. 1999. Dasar-dasar Akuntansi.
Yogyakarta. STIE. Yogyakarta
Kaswinarti
Fibria.2007. Studi Kasus Industri
Tahu Tandang Semarang, Sederhana
Kendal dan Gagak Sipat Boyolali.
Mulyadi.2005.
Akuntansi Biaya edisi 5. Yogyakarta : UPP STM YKPN
Sunanto.2004.
Akuntansi Manajemen. Yogyakarta.
Amus Yogyakarta.2000
Sunarto.2004.
Akuntansi Biaya Yogyakarta.
Amus Yogyakarta
http//www.academia.edu/15372682/skripsi
http//akutansistien1.com/analisispenelitianhargapokokproduksipadapembuatantahuperusahaantahuCKP
http//mountemhazawa.blogspot.co.id/2014