Contoh Skripsi Tentang Produksi Tahu



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
      Dalam dunia bisnis, persaingan antar perusahaan merupakan hal yang wajar. Setiap perusahaan berusaha menawarkan produk mereka dengan keunggulan masing-masing, selain bersaing dalam hal kualitas, mereka juga bersaing dalam masalah harga, karena hanya produk dengan kualitas terbaik dan harga paling murah yang paling diminati dan dicari oleh konsumen.
      Sebelum perusahaan menentukan harga jual suatu produk, perusahaan terlebih dahulu harus menghitung harga pokok produksinya. Hal ini mengingat bahwa harga jual ditentukan dengan menjumlah harga pokok produksi per unit dengan tingkat laba yang diinginkan perusahaan. Sehingga tanpa adanya penentuan harga pokok produksi per unit perusahaan akan mengalami kesulitan di dalam menentukan harga jual produk yang dihasilkan. Dalam beberapa hal, keberhasilan bisnis tergantung pada informasi penentuan harga pokok produksi antara lain :
1.      Biaya satuan produk merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang wajar bagi sebuah produk. Meskipun biaya satuan produk bukanlah satu-satunya informasi yang dipakai untuk menentukan suatu harga. Apabila biaya-biaya produk tidak tertutupi oleh harganya, maka perusahaan tidak akan memperoleh laba.
2.      Informasi penentuan biaya pokok produk sering menjadi dasar dalam memperkirakan biaya-biaya yang akan datang, yang biasanya diruangkan dalam sebuah anggaran, dimana anggaran tersebut digunakan sebagai alat perencanaan dalam pemakaian sumber-sumber daya yang efektif.
3.      Pengendalian kegiatan dan biaya juga difasilitasi oleh informasi biaya produk. Apabila biaya operasi terlalu tinggi dan harus dipangkas, maka biaya produk dapat dipecah kedalam beberapa bagian, guna menentukan biaya-biaya yang dapat ditekan.
           Menurut Bustami dan Nurlela (2008:40) penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilalukan dengan cara memasukkkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukan seluruh biaya atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. Harga pokok produksi merupakan keseluruhan biaya produksi yang terserap ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan perusahaan. Secara umum biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya (Biaya Overhead Pabrik). Untuk pengumpulan  biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Karakteristik kegiatan perusahaan menggunakan metode pengumpulan biaya produksi. Ada dua macam metode pengumpulan biaya produksi yaitu : metode harga pokok proses dan metode harga pokok pesanan.
      Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode full coasting dan variable coasting. Full coasting memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap.  Harga pokok produksi dengan metode ini terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsungatau overhead pabrik tetap dan variabel. Variable coasting hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlukan sebagai bahan pokok. Umumnya terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Ketepatan penentuan harga pokok produksi dipengaruhi oleh ketepatan didalam pengakumulasian dan penghitungan biaya produksi yang meliputi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lainnya (Biaya Overhead Pabrik).Mulyadi (2005) menyebutkan bahwa full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang berperilaku variabel atau tetap, sedangkan variabel costing merupakan metode penentun biaya produksi hanya memperhitungkan unsur biaya produksi yang berperilaku variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel.
      Biaya bahan baku diakumulasikan dan diperhitungkan dengan menghitung jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan untuk memproduksi dengan harga bahan baku yang bersangkutan.Biaya tenaga kerja pada bagian produksi dengan jumlah waktu yang digunakan untuk mengerjakan produk serta tarif upah yang digunakan. Biaya overhead pabrik ditentukan dengan menggunakan sebuah tarif yang ditentukan dimuka dan didasarkan pada dasar penentuan tarif tertentu. Industri ini merupakan usaha kecil yang bergerak dalam bidang pembuatan tahu. Industri ini harus mampu menentukan harga jual secara tepat, agar ukuran tahu dan harga jual yang ditentukan tepat. Maka industri ini harus melakukan pengakumulasian dan perhitungan elemen biaya produksi baik bahan baku, tenaga kerja, dan pembebanan biaya overhead pabrik dalam tiap produksi yang secara tepat pula.
        Perusahaan mempunyai fungsi pokok yang lebih kompleks di bandingkan dengan perusahaan dagang dan jasa. Hal ini di sebabakan karena perusahaan dagang langsung menjual barang-barang yang di beli tanpa melakukan perubahan bentuk Haryono (1999:403). Faktor yang memiliki kepastian yang relatif tinggi yang berpengaruh terhadap penentuan harga jual adalah biaya Sunarto (2004:175). Oleh karena untuk memperoleh dan mengolah bahan-bahan menjadi produksi jadi dalam kegiatan proses produksi di perlukan dana atau biaya-biaya, maka untuk pengeluran biaya-biaya tersebut biasanya perusahaan memperhitungkannya dalam menetapkan harga jual produk, kebijakan menejemen dalam penetapan harga jual produk belum dapat memadai, jika hanya ditujukan untuk mengganti atau menutup semua biaya yang telah dikeluarkan, tetapi juga harus menjamin adanya laba yang diharapkan, meskipun keadaan yang dihadapi tidak menguntungkan akan tergantung pula pada pertimbangan mengenai biaya.
      Biaya bahan baku diakumulasikan dan diperhitungkan dengan menghitung jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan untuk memproduksi dengan harga bahan baku yang bersangkutan.Biaya tenaga kerja pada bagian produksi dengan jumlah waktu yang digunakan untuk mengerjakan produk serta tarif upah yang digunakan. Biaya overhead pabrik ditentukan dengan menggunakan sebuah tarif yang ditentukan dimuka dan didasarkan pada dasar penentuan tarif tertentu. Industri ini merupakan usaha kecil yang bergerak dalam bidang pembuatan tahu. Industri ini harus mampu menentukan harga jual secara tepat, agar ukuran tahu dan harga jual yang ditentukan tepat. Maka industri ini harus melakukan pengakumulasian dan perhitungan elemen biaya produksi baik bahan baku, tenaga kerja, dan pembebanan biaya overhead pabrik dalam tiap produksi yang secara tepat pula.
      Hal ini perlu dilakukan agar tidak mengalami kerugian baik dari sisi persaingan maupun kemungkinan kerugian karena harga jual yang ditetapkan tidak mampu menutupi biaya produksinya. Mengingat pentingnya peranan harga pokok produksi dalam kegiatan bisnis, maka penentuan harga pokok produksi harus dilakukan secara cermat, karena jika tidak hal ini akan berpengaruh pada ukuran tahu, harga jual tahu dan jumlah laba yang akan diperoleh.
                  Biaya pembelian material pada perusahaan suplier untuk melaksanakan proses produksinya. Sebelum harga beli ditetapkan departemen pembelian harus menghitung perkiraan harga materialdan menetapkan harga standar sebagai harga patokan, dengan demikian akan menjadi harga yang wajar.Pembelian material dengan harga terlalu mahal mengakibatkan peningkatan biaya produksi yang kemudian dapat mengurangi keuntungan perusahaan, akan tetapi dapat menimbulkan permasalahan dimasa yang akan datang yaitu perusahaan kesulitan dalam menetapkan standart pembelian dan penjualannya, jika harga pembalian tiba-tiba menjadi naik.Dari uraian diatas perusahaan perlu menetapkan standart produksi, dan penjualannya. Untuk harga-harga lainnya tidak dihitung nsehingga berpengaruh pda harga pokok produksi. Dalam penentuan harga pokok produksi yang dilakukan industri tersebut, atas dasar hal itu maka penulis melakukan penelitian dengan judul  “ANALISA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING PADA PEMBUATAN TAHU SERASI (STUDI KASUS USAHA TAHU SERASI MILIK BAPAK SINDORO)”.
1.2     Perumusan  Masalah
      Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis akan menitik beratkan pada masalah utama yaitu :
1.      Biaya overhead pabrik apa saja belum dihitung
2.      Berapa harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dan variable costing pada pembuatan tahu

1.3                 Tujuan Penelitian 
1.         Untuk mengetahui besarnya biaya-biaya produksi yaitu bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2.         Untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi dengan fullcosting dan variable costing pada pembuatan tahu.

1.4       Manfaat Penelitian
      Beberapa manfaat yang diharapkan  dari penelitian ini baik untuk perusahaan maupun penulis adalah sebagai berikut :
1.      Bagi pihak perusahaan, hasil analisis bermanfaat bagi perusahaan yang diteliti sebagai bahan acuan untuk menghitung harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dan variable costing dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan harga jual
2.      Bagi pembaca, penelitain ini merupakan tambahan wawasan pengetahuan dan acuan didalam melakukan penelitian
3.      Bagi penulis, penulis dapat mengetahui cara untuk mengetahui harga pokok produksi yang tepat dan sarana untuk mengaplikasikan teori yang telah didapat.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1              Landasan Teori
2.1.1   Pengertian Harga Pokok
            Bagi sebuah perusahaan itu, apakah itu dagang, jasa, ataukah industri, kalkulasi penyusunan harga pokok, merupakan suatu hal yang sangat penting, oleh sebab itu harga pokok tersebut hendaknya disusun secara tepat dan rasional dalam arti kata bahwa biaya-biayanya yang dibebankan sebagai harga pokok dapat menunjukkan hal yang wajar atau dengan kata lain bahwa unsur-unsur harga pokok sendiri dapat dialokasikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk itu pengklasifikasian biaya-biaya sangat diperlukan guna mengetahui dimana diantara biaya tersebut yang merupakan harga pokok ini. Oleh manajemen dapat ditentukan harga jual produk yang dihasilkan. Mengenai pengertian harga pokok itu sendiri prinsip akuntansi Indonesia menjelaskan sebagai berikut : harga pokok berarti jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenalkan, langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa didalam kondisi dan tempat dimana barang tersebut dapat digunakan atau dijual.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga pokok hanya dapat dihitung apabila dilakukan klasifikasi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, dimana dalam pengertian ini, harga pokok harus dibedakan atas :
a)      Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi yang melekat pada persediaan barang jadi sebelum barang tersebut laku dijual dari pengertian tersebut diatas dapat diketahui bahwa didalam harga pokok produksi adalah jumlah dari pada produksi yang melekat pada produksi yang dihasilkan yaitu meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan mulai pada saat pengadaan bahan baku tersebut sampai dengan proses akhir produk yang siap untuk digunakan atau dijual. Biaya-biaya yang dimaksud ini, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead, selain itu dari definisi tersebut adalah dapat diketahui bahwa harga pokok produksi adalah nilai dari pengorbanan yang dilakukan dalam hubungannya dengan proses produksi berdasarkan nilai ganti pada saat pertukaran.
Kalau melihat hal-hal tersebut diatas dan dalam hubungannya dengan sifat kegiatan yang dilakukan dalam biaya tersebut dapat dibedakan atas biaya tetap yaitu biaya yang dalam batas-batas tertentu jumlahnya tetap. Selain itu ada biaya variabel yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah tetapi sebanding dengan volume kegiatan.
Dalam menentukan harga pokok produksi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode full costing akan tetapi biasanya dengan dipertimbangkan teknis seperti untuk tujuan pengambilan keputusan, maka digunakan metode varabel costing.
Jadi perbedaan pokok antara metode full costing dan metode varable costing terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik biaya pada metode varabel costing diperlukan periode proses dan harga pokok barang dihasilkan. Pada metode full costing semua biaya produksi baik yang bersifat varabel maupun yang bersifat tetap dianggap bagian dari harga pokok produksi.
b)      Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah harga barang yang dijual penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan industri, pada umumnya pada persediaan awal produk jadi ditambah dengan jumlah harga produksi (harga pokok produk) dan dikurangi dengan persediaan akhir produk, jadi pengertian mengenai harga pokok penjualan ini, berdasarkan prinsip akuntansi Indonesia menjelaskan bahwa saldo awal dari persediaan ditambah harga pokok barang-barang yang dibeli untuk dijual dikurangi jumlah persediaan  akhir adalah harga pokok barang yang harus dibandingkan pendapatan untuk masa yang bersangkutan untuk perusahaan industri dalam harga pokok penjualan termasuk semua upah baru langsung dan biaya bahan-bahan ditambah seluruh biaya pabrik (produksi) tidak langsung dikoreksi dengan jumlah-jumlah saldo awal dan akhir persediaan.
Dari pengertian tersebut diatas jelas menunjukkan harga pokok penjualan mencakup semua biaya bersifat langsung atau tidak langsung sampai barang tersebut siap untuk dijual.

2.1.2   Unsur-Unsur Biaya Harga Pokok Produksi
            Harga pokok produksi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan harga pokok perusahaan manufaktur. Harga pokok produksi dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan atau laba. Harga pokok penjualan dalam perusahaan manufaktur dapat dihitung, apabila harga pokok produksinya sudah diketahui, untuk memperoleh nilai harga pokok produksi tertentu kita harus mengumpulkan dan meyeleksi biaya-biaya apa saja yang masuk kedalmnya. Setelah semua biaya terkumpul baru kita dapat memperhitungkan berapa besarnya harga pokok produksi sesuai dengan kebutuhan yan ada.
Perhitungan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
1.      Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan yang sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) ataupun menjadi bagian wujud dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk tersebut.
Perencanaan bahan baku dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi tergantung kepda datangnya pesanan dari langganan (pembeli), atau kegiatan produksi bersifat massa atau proses. Umumnya perencanaan bahan pada perusahaan yang kegiatan produksinya bersifat proses atau massa lebih mudah dibandingkan dengan perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan.
Tetapi yang pasti bahwa pada semua perusahaan tujuan perencanaan dan pengendalian bahwa mempunyai dua tujuan pokok yaitu untuk menekankan (meminimalkan) biaya, untuk memaksimalkan laba dalam waktu tertentu dan dengan dana tertentu.
Pembelian bahan baku
Bahan yang dibeli diterima oleh bagian penerimaan dan diperiksa kesesuaiannya bahan dan didistribusikan ke bagian gudang bahan, bagian pembelian, bagian akuntansi, arsip, bahan dipindahkan ke bagian gudang bahan.
Bagian gudang menerima bahan yang dibeli berdasarkan dokumen laporan penerimaan bahan memasukkan ke dalam kartu gudang dan kartu barang sesuai dengan macam-macam bahan yang dibeli. Faktur pembelian dari supplier diterima oleh bagian pembelian setelah disahkan diberikan kepada bagian akuntansi.
2.      Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja terjadi dan diperlukan dalam suatu proses produksi untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya-biaya ini timbul sehubungan dengan penggunaan sumber daya manusia atau tenaga kerja tersebut dalam memproduksi suatu produk.
Manajemen perusahaan sangat membutuhkan informasi biaya tenaga kerja yang tepat waktu dan akurat untuk digunakan sebagai suatu dasar perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Perencanaan untuk tenaga kerja merupakan bagian terpadu dari proses penyusunan anggaran. Bermula dari rencana produksi dan data standar waktu dan standar biaya yang telah ditetapkan, maka anggaran biaya tenaga kerja dapat dibuat.
Dalam biaya tenaga kerja terbagi menjadi dua elemen utama, yaitu :
1.      Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk-produk dari perusahaan.
2.      Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah semua biaya tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi dengan demikian biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara khusus kepada suatu operasi atau prses produksi tertentu.
3.      Biaya overhead
Bahan langsung dan tenaga kerja langsung merupakan biaya utama dari suatu produk. Overhead pabrik meliputi semua biaya lain yang harus terjadi dalam membuat suatu produk tersebut. Semua biaya produksi selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung yang terdiri atas tiga kelompok biaya yakni biaya bahan tidak langsung, dan biaya produksi tidak langsung lainnya seperti air, listrik, telepon, asuransi, pajak, pemeliharaan, penyusutan dan lain-lain.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya untuk memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung yaitu bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya tidak langsung lainnya.
Biasanya biaya overhead pabrik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama yaitu sebagai berikut :
1.      Bahan tidak langsung dan perlengkapan merupakan bahan yang dipakai dalam produksi yang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya tertentu dengan pertimbangan ekonomis dan praktis.
2.      Tenaga kerja tidak langsung adalah semua biaya tenaga kerja pabrik yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi dari suatu produk, dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung seperti tenaga kerja pengawas dan penunjang yang diperlukan untuk mengoperasikanfasilitas produk.
3.      Biaya tidak langsung lainnya, biaya ini meliputi berbagai macam biaya overhead pabrik yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan tidak langsung ataupun biaya tenaga kerja tidak langsung.

2.1.3   Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
            Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur kedalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan : full costing dan varable costing
1.      Full Costing
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku varabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut :
Biaya bahan baku                                      x x x
Biaya tenaga kerja langsung                     x x x
Biaya overhead pabrik variabel                 x x x
Biaya overhead pabrik tetap                     x x x
Harga pokok produksi                              x x x
2.      Variabel Costing
Variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel. Harga pokok produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut :
Biaya bahan baku                                      x x x
Biaya tenaga kerja langsung                     x x x
Biaya overhead pabrik variabel                 x x x
Harga pokok produksi                              x x x

2.2              Penelitian Terdahulu
No
Judul dan Nama Penulis
Variabel/ Kesimpulan
Saran
1
“ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PLAY BETON PRE CAST BERDASARKAN SISTEM FULL COSTING (STUDI KASUS PADA PT KINARYO BETON SALATIGA)”
LAILATUL UMI LESTARI, 2015
·         Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian menentukan harga pokok produksi yang lebih akurat terutama dalam menghadapi persaingan harga jual produksi sehingga tidak lagi distorsi atau salah perhitungan yang menyebabkan salahnya penentuan harga pokok produksi yang tentunya akan mempengaruhi laba yang sebenarnya
·         Dapat menambahkan metode lain dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga diperoleh lebih banyak alternatif untuk mendapatkan harga pokok produksi yang terakurat oleh efisien
Bagi pemilik PT Kinaryo Beton Salatiga, hasil penelitian harga pokok produksi dapat dijadikan masukan dengan menggunakan formulasi biaya pada proses produksi formulasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan anggaran biaya produksi untuk kegiatan produksi.
2
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TAHU DENGAN METODE FULL COSTING PADA INDUSTRI KECIL (STUDI KASUS CV LAKSA MANDIRI)
CV Laksa Mandiri telah melakukan perhitungan biaya produksi untuk produk tahu kuning dan tahu putih. Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh CV Laksa Mandiri masih sangat sederhana dengan menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan dan metode full costing memiliki perbedaan. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan selisih biaya produksi antara kedua metode tersebut adalah tahu putih Rp.4.34 perpotong, jumlah prodksi tahu putih sebanyak 110.000 jadi selisih biaya produksi putih selama bulan April adalah Rp.477.400
Sebaiknya CV Laksa Mandiri menggunakan metode full costing dalam menghitung biaya produksi karena metode ini lebih akurat dibandingkan dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan. Metode full costing merinci seluruh biaya produksi yang terkait dengan proses produksi sehingga hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil akurat yang dikeluarkan selama proses produksi.
3
ANALISIS PENELITIAN HARGA POKOK PRODUKSI BATIK MUSTIKA BLORA BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (STUDI KASUS PADA USAHA BATIK MUSTIKA BLORA) Dyah Ayu setyaningrum
Harga pokok produksi dengan sistem activity based costing pada kain batik sebesar Rp. 102.385.42 sedangkan jika menggunakan sistem tradisional harga pokok produksi kain batik sebesar 194.325.70 lebih murah 1.940.28 per unitnya dari pada sistem activity based costing harga pokok produksi menggunakan sistem based costing pada batik cap sebesar Rp. 65.929.58 sedangkan jika menggunakan sistem tradisional harga pokok produksi kain batik sebesar 66.427 lebih mahal Rp. 497.42 perunitnya dari pada sistem based costing
Batik Mustika Blora harga pokok produksi dapat dijadikan bahan perbandingan antara penggunaan sistem activity based costing dengan sistem tradisional
           
2.3              Kerangka Pikiran
            Dalam penelitian dibuat sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memudahkan dalam melaksanakan penelitian. Dalam suatu kerangka pikir tersebut akan memuat secara runtut kronologis bahasan tentang suatu pembelian dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Gambar 1 skema kerangka piker


 
Persentasekan dengan bahan baku
 
Kebijakan dalam melakukan pembelian
 
           
          Dalam kerangka pikir diatas biaya pembelian merupakan biaya yang masuk kedalam biaya produksi dengan jumlah yang lebih besar dari biaya yang lainnya. Maka diperlukan kebijakan dalam melakukan pembelian dan untuk melihat peran pembelian bahan baku pada proses produksi digunakan analisis  HPP dengan metode full costing dan variable costing yang selanjutnya akan dapat diketahui peersentase biaya pembelian yang sebenarnya pada harga pokok produksinya.Dalam proses produksi suatu perusahaan manufaktur biasanya membutuhkan bahan baku untuk menghasilkan suatu produk (Arten Usry. 2002.40)
            Faktor yang memiliki kepastian yang relatif tinggi yang berpengaruh terhadap npenentuan harga jual adalah biaya. (Sunarto 2004 : 175). Oleh karena untuk memperoleh dan mengolah bahan-bahan menjadi produksi jadi dalam kegiatan proses produksi diperlukan dana atau biaya-biaya, maka untuk menutup pengeluaran biaya-biaya tersebut biasanya perusahaan memperhitungkannya dalam penetapan harga jual produk. Kebijakan manajemen dalam penetapan harga produk belum dapat memadai, jika hanya ditujukan untuk mengganti atau menutup semua biaya yang telah dikeluarkan tetapi juga harus menjamin adanya laba yang ditetapkan.
            Tujuan dari pada kegiatan pembelian adalah mendapatkan bahan-bahan atau peralatan yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan melalui informasi pada bagian produksi. Apabila tujuan ini dapat dicapai perusahaan akan dapat menekan biaya produksi lebih rendah dan efesien, sehingga akan diperoleh peningkatan profitabilitas. Hal ini disebabkan karena pembelian bahan sangat mempengaruhi dalam penetapan harga pokok produksi, khususnya dalam struktur biaya. Bila biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut lebih tinggi, maka memperkecil tingkat profitabilitas perusahaan.
Langkah-langkah dalam pembelian :
Dalam melakukan pembelian diperlukan beberapa hal yang terkait yaitu :
1.      Membuat perencanaan produksi
2.      Mengukur kemampuan pemasok
3.      Menentukan waktu tunggu
4.      Mempertimbangkan harga
5.      Menentukan jumlah pembelian









BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Populasi Dan Sampel
             Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus. Manurut Sudjana (1992) metode sensus terjadi apabila anggota atau karakteristik yang ada dalam populasi dikenai penelitian. Populasi adalah pengusaha yang bergerak dalam pembuatan tahu Serasi yang berada di Kecamatan Bandungan. Dalam penelitian ini populasi sekaligus menjadi sampel sehingga metode yang digunakan adalah metode sensus dengan mengambil seluruh populasi menjadi sampel.
            Penelitian ini memerlukan data untuk penganalisaan, baik yang digunakan data primer maupun data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data sekunder bersumber dari dokumen pengusaha tanaman hias yang dapat diakses melalui buku, jurnal dan internet yang berkaitan dengan permasalahan.
3.2       Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
            Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu di kecamatan Bandungan di perusahaan Tahu Serasi milik Bapak Sindoro, yang memiliki potensi pengembangan usaha tahu serasi .


3.2.1 Biaya Bahan Baku (BBB)
        Biaya bahan baku adalah keseluruhan bahan utama untuk pembuatan produk jadi. Dalam pembuatan produk jadi sendiri tidak terpaku saja pada harga beli bahan baku saja melainkan juga memerlukan biaya lain yang nantinya akan menambah nilai kebutuhan biaya untuk memperoleh produk jadi. Bahan baku langsung menurut Nafari (2009:202) yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dari produk jadi. Bahan baku adalah bahan baku utama atau bahan pokok dan merupakan komponen utama dari suatu produk. Biaya bahan baku dalam penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku sehingga siap diolah untuk memperoleh produk jagung yang terdiri dari bahan baku utama.
3.2.2        Biaya Tenaga Kerja (TKL)
Tenaga kerja merupakan usaha fisik yang dikeluarkan karyawan untuk memperoleh produk menurut Mulyadi (2001) biaya tenaga kerja disini adalah jumlah biaya keseluruhan yang dibayarkan untuk karyawan yang merupakan tenaga kerja dalam pembuatan produk tahu serasi, untuk memproduksi satu unit produk tertentu, jam standar kerja langsung dapat ditentukan dengan cara :
1.      Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok periode lalu.
2.      Mencoba jalan operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
3.      Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu.
4.      Mengadakan tafsiran yang wajar.
5.      Memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak bias dihindari dan faktor kelelahan.
3.2.3        Biaya Overhead Pabrik
Biaya overheadadalah biaya-biaya yang secara tidak langsung bekaitan dengan pembuatan produk yang meliputi : Biaya bahan penolong, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan pabrik, berbagai alat yang digunakan dalam proses produksi tahu serasi dan pemeliharaan fasilitas pabrik. Biaya overhead pabrik akan dihitung satu persatu menurut penggunaannya terhadap suatu produk hasil maupun dari pabrik yang terdiri dari berbagai aktifitas pemeliharaan, aktifitas pembersihan dan aktifitas pengeringan.
3.3       Metode Pengumpulan Data
            Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengggunakan metode :
1.      Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data dengan responden melaui tanya jawab yang berkaitan dengan masalah penelitian
2.      Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
3.      Pengamatan, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti terlibat langsung dilapangan untuk mengamati proses kegiatan yang berkaitan dengan usaha pembuatan tahu Serasi, mulai dari pembelian bahan, pengolahan bahan, pengemasan hingga pemasaran produk.
4.      Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan topik pembahasan.

3.3        Metode Analisa
Jenis penelitian ini berupa studi kasus yaitu melakukan suatu pendekatan yang mengambil suatu objek penelitian dicermati secara intensif dan mendalam sehingga diperoleh  gambaran lengkap mengenai objek tersebut. Jenis data yang dikumpulkan beruapa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdii dari data premier dan data sekunder yaitu:
1.      Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verba dari keterangan sejarah perusahaaan, struktur organisasi, dan bidang-bidang kerja.
2.      Data kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi kuantitatif menjadi data kuantitatif.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data yang diperoleh dari perusahaan tahu serasi mili Bapak Sindoro.   
            Untuk identifikasi msalah digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat perkembangan usaha pembuatan tahu Serasi (luas tempat usaha pembuatan bahan baku, produksi, dan produktifitas) dan pemasaran (harga dan permintaan pasar) untuk hipotesis dan identifikasi masalah-masalah  digunakan metode analisis.
Metode analisis data merupakan upaya untuk mengelola data dengan cara mempelajari permasalahan dan cara untuk mengatasinya. Analisa yang digunakan dalam penentuan HPP adalah dengan menggunakan full costing dan variable costing.
3.4.1Pendekatan Full Costing
Full costing adalah penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik baik yang variable maupun tetap.
Cara perhitungan HPP dengan metode Full Costing adalah :
Biaya Bahan Baku
Rp. xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Variable
Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Rp. xxx     +
Harga Pokok Produksi
Rp. xxx
Sedangakn analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan yang diperoleh anatara metode full costing dengan metode yang digunakan perusahaan (analisis deskriptif komparatif).
3.4.2Pendekatan Variable Costing
Variable costing adalah suatu konsep penentuan harga pokok produksi yang hanya memasukkan atau membebankan biaya produksi variable sebagai elemen harga pokok produksi, sedangkan biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode yang langsung dibebankan kepada laba rugi. Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungakan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variable yang terdiri dari biaya bahan baku. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodic bersama-sam dengan biaya tetap nonproduksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal. Oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akutansi yang berlaku umum.
Cara perhitungan HPP dengan metode variable costing adalah :
Biaya Bahan Baku
Rp. xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Variable
Rp. xxx
Harga Pokok Produksi
Rp. xxx


3.4.3        Penentuan Harga Jual
Harga Jual : taksiran biaya penuh – Laba yang diharapkan
Harga Jual per unit : biaya yang berhubungan langsung

Dengan volume ( per unit)-persentase mark up
Laba yang diharapkan + biaya yang tidak
Dipengaruhi langsung oleh volume produksi









BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah hanya biaya pokok produksi yang menjadi focus dalam pembuatan tahu serasi untuk mengalokasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik secara tepat dan akurat. Subjek penelitian  ini adalah tahu serasi milik Bapak Sindoro yang lokasi pabrik berada di Dusun Karanglo kecamatan Bandungan kabupaten Semarang.
4.1.2 Analisis Data
         Pabrik rtahu serasi berkedudukan di kecamatan Bandungan yang mempunyai komitmen untuk menjadikan kualitas dan  efisien. Laba bersih merupakan selisih atas pendapatan penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Laba merupakan kelebihan total pendapatan dibandingkan total bebannya. Disebut juga pendapatan bersih (Homgren:1997), laba bersih adalah laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset, dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan rugi-laba dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya (Hansen and Muwen, 2005:38).
           Komponen pembentukan laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan biaya adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasilkan suatu barang dan jasa. Biaya tersebut di sebut sebagai biaya harga pokok atau harga pokok produksi (Mulyadi:20140).
            Penentuan harga pokok yang digunakan oleh perusahaan ini masih sangat tradisional yaitu dengan memperhitungkan harga pokok produksi dengan sistem perkiraan tanpa memperhatikan ketepatan perhitungan jumlah barang, peralatan, ataupun pengeluaran yang telah digunakan untuk memproduksi pembuatan tahu serasi.
4.1.2.1 Biaya Bahan Baku
Pada produksi tahu serasi perusahaan ini total biaya kebutuhan bahan baku selama satu bulan januari 2017 adalah Rp 27.255.000. untuk rincian perhitungan biaya bahan baku yang diperlukan selama produksi bulan januari 2017 dapat dilhat pada tabel 1.
Tabel 1 Biaya kebutuhan bahan baku material harga pokok produksi perusahaan tahu serasi milik Bapak Sindoro.
NO
JENIS BAHAN BAKU
SATUN
QTY
HARGA (Rp)
JUMLAH
1
Kedelai
Kg
4.500
6.050
27.255.000
2
Garam
Kg
300
1.500
450.000
JUMLAH TOTAL
27.705.000
           Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah kedelai yang dibutukan satu bulan sebanyak 4.500 kg dengan harga perkilogram Rp.6050 biaya yang dikeluarkan untuk membeli kedelai selama satu bulan Rp.27.255.000, garam yang digunakan yaitu 300 kg dengan harga perkilogram Rp.1500, jadi biaya yang dikeluarkan untuk membeli garam selama satu bulan adalah Rp.450.000 .
4.1.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji atau upah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk memproses barang menjadi barang  jadi, perusahaan tahu serasi milik Bapak Sindoro menggunakan system borongan untuk sekali masak membutuhkan 15kg kedelai dengan menghasilkan 350 tahu dengan biaya tenaga kerja Rp.50.000.
Tabel 2 Biaya tenaga kerja perusahaan tahu serasi
NO
JUMLAH PRODUKSI (Rp)
BIAYA 15 Kg (Rp)
JUMLAH PEKERJA
TOTAL (Rp)
1
150 Kg
50.000
10
15.000.000
Jadi biaya satu orang karyawan Rp.50.000 dengan jumlah karyawan 10 orang total biaya tenaga kerja dalam satu bulan adalah Rp.15.000.000.
4.1.2.3 Biaya Overhead Pabrik
biaya overhead pabrik adalah biaya yang mempengaruhi produksi secara tidak langsung. Biaya itulah yang seringkali tidak dihitung secara rinci oleh perusahaan dalam menghitung harga pokok produksinya.

Biaya listrik
Listrik digunakan untuk penerangan pada saat proses produksi. Biaya listrik yang dikeluarkan pada bulan januari adalah Rp.100.000.
Tabel 3 Biaya listrik selama satu bulan
Keterangan
Total Biaya (Rp)
Biaya listrik
100.000
Jumlah
100.000
Biaya penyusutan mesin, peralatan dan bangunan, penggunaan mesin dan peralatan menyebabkan penyusutan nilai dari mesin dan peralatan yang digunakan tersebut. Penyusutan yang terjadi menyebabkan menurunya atau berkurangnya nilai mesin dan peralatan. Untuk menghitung nilai penyusutan mesin dan peralatan yang digunakan.
Tabel 4 Beban penyusutan
Jenis peralatan
Umur (Tahuh)
Harga (Rp)
Mesin penggiling
5
5.000.000
Panci besar
5
500.000
Tungku masak
5
500.000
Penyaring 
5
500.000
Alat perekat plastik
5
120.000
1.      Biaya bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
a.       Kain mori
Dalam proses produksi tahu kain digunakan pada saat percetakan, kain tersebut diletakkan pada alat pencetak tahu kemudian tahu yang sudah menggumpal akan dimasukkan kedalam alat pencetak, biaya yang dikeluarkan selama satu bulan adalah Rp.42.000.
Tabel 5 Biaya kain selama satu bulan
PEMAKAIAN
BIAYA PER
TOTAL
Kain  (Potong)
POTONG Rp
BIAYA Rp
6
7.000
42.000
JUMLAH
42.000

b.      Kayu bakar
Kayu bakar digunakan untuk proses pembuburan kedela.
Tabel 6 Biaya kayu bakar selama satu bulan
PEMAKAIAN KAYU BAKAR (KUBIK)
BIAYA 5 Kg
TOTAL BIAYA (Rp)
30
500.000
15.000.000
TOTAL
15.000.000
Tabel 7 Biaya penggunaan bahan penolong per januari
Bahan penolong
Total biaya (Rp)
Kain mori
42.000
Kayu bakar
15.000.000
Jumlah
15.042.000
4.1.3 Pembahasan
          Tahu adalah hasil olahan dari ekstrak kedelai, melalui proses penggumpalan (pengendapan) protein susu kedelai. Bahan yang biasa digunakan adalah batu tahu, asam cuka. Pada industri kecil biasanya bahan penggumpalannya dari whey yang didiamkan selama 24 jam.
            Industri tahu di Indonesia berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. seperti industri tahu yang ada did aerah Bandungan, sudah ada puluhan pengrajin tahu yang tersebar disekitar Bandungan. Selain peningkatan taraf hidup bagi penduduk sekitar, produksi tahu membutuhkan air untuk memprosesnya, yaitu untuk proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit, pencucian, pengilingan, perebusan dan penyaringan.
            Jumlah air yang dibutuhkan dari proses pembuatan tahu mulai dari tahap perendaman sampai pencucian ampas adalah 135 liter untuk 3kg kedelai atau 45 liter air per 1kg kedelai. Dari 60 kg bahan baku kedelai membutuhkan 2700 liter air.
            Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam pembuatan tahu kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama digudang kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa, sisa tanaman, batu kerikil, tanah atau biji-bijian lain. Kedelai yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih atau hijau dan jarang menggunakan jenis kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kwalitas tahu tetap terjaga dengan baik.
            Proses yang kedua adalah perendaman. Pada proses ini kedelai direndam dalam bak atau ember yang berisi air selama ± 3-12 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah direndam, kemudian dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan cara meremas-remas dalam air, kemudian dikuliti.
            Setelah direndam dan dikuliti kemudian dicuci. Pencucian sedapat mungkin dilakukan dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun bercampur dalam kedelai.
            Setelah kedelai direndam dan dicuci bersih, selanjutnya dilakukan penggilingan. Proses pengilingan dilakukan dengan mesin, kerena penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan  kedelai. Pada saat penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Hasil dari proses penggilingan berupa bubur kedelai, bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian ditampung di ember. Pada proses pencucian dan perendaman kedelai ini menggunakan banyak sekali air sehingga limbah cair yang dihasilkan akan banyak pula, tetapi sifat limbah ini belum mempunyai kadar pencemaran yang tinggi.
Proses selanjutnya adalah perebusan bubur kedelai dengan tujuan untuk meningkatkan zat antinitrisi kedelai yaitu tripsin inhibitor dan sekaligus meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi atau penggilingan dan penggumpalan protein serta menambah keawetan produk. Bubur kedelai yang telah terbentuk kemudian diberi air, selanjutnya didihkan dalam tungku pemasakan. setelah mendidih sampai ±5 menit kemudian dilakukan penyaringan.
            Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus) kemudian disaring dengan kain blaco atau kain mori kasar sambil dibilas dengan air hangat sehingga susu kedelai dapat terekstrak semua. Proses ini menghasilkan limbah padat yang disebut dengan ampas tahu. Ampas padat ini mempunyai sifat yang cepat basi dan busuk bila tidak cepat diolah sehingga perlu ditempatkan secara terpisah atau agak jauh dari proses pembuatan tahu agar tahu tidak terkontaminasi dengan barang yang kotor. Filerat cair hasil penyaringan yang diperoleh kemudian ditampung dalam bak, kemudian filerat yang masih dalam keadaan hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam (catu). Pemberian asam ini dihentikan apabila sudah terlihat penggumpalan selanjutnya dilakukan penyaringan kembali. Proses penggumpalan juga menghasilkan limbah cair yang banyak dan sifat limbahnya sudah mempunyai kadar pencemaran yang tingi karena sudah mengandung asam.
Untuk penggumpalan tahu bisa digunakan bahan-bahan seperti batu tahu (sioho) yaitu batu gips yang sudah dibakar dan ditumbuk halus menjadi tepung, asam cuka, biang atau kecuran dari air jeruk. Biang atau kecuran yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan protein atau sisa cairan dari pemisahan gumpalan tahu yang telah dibiarkan selama satu malam.
Tetapi biasanya para pengrajin tahu memakai kecuran dari limbah itu sendiri yang sudah didiamkan selama satu malam. disamping memanfaatkan limbah secara ekonomi juga dapat menghemat karena tidak perlu membeli.
Tahap selanjutnya yaitu percetakan dan pengepresan. Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian dan sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dituangkan ke dalam cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi sampai penuh. Cetakan yang digunakan biasanya berupa cetakan dari kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya air dapat keluar. Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin berat benda yang digunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat pembarat/ pres biasanya mempunyai berat ±3.5 kg dan lama pengepresan biasanya ± 1 menit sampai airnya keluar.
Setelah dirasa cukup dingin, kemudian tahu dipotong –potong sesuai dengan keinginan konsumen dipasar. Tahu yang sudah dipotong-potong tersebut kemudian dipasarkan

A.    Bahan Dan Alat Yang Digunakan
Bahan dan alat peralatan yang digunakan pada saat memproduksi tahu serasi
1.      Ember
2.      Penggiling kedelai
3.      Pancibesar/ dandang
4.      Saringan besar
5.      Gayung
6.      Meja produksi
7.      Cetakan tahu Serasi
8.      Kain mori
9.      Alat pengepresan
10.  Rak pendingin
11.  Alat perekat plastik
12.  Plastik kemasan
13.  Kedelai
14.  Garam
            Untuk membuat tahu serasi cukup mudah, hampir sama denagn tahu lainnya, namun pada tahu serasi diberikan tambahan garam sebagai perasanya. Pada saat pencetakan, tahu pada umumnya dicetak dengan menggunakan loyang besar kemudian dipotong-potong, namun pada pembuatan tahu serasi dibungkus dengan kain mori dengan ukuran kurang lebih (50 ml x 50 ml x 20 ml) kemudian dipres menggunakan pemberat. Pada saat pengepresan menggunakan alas dari kayu. (KLH.2006 dalam penelitian Febria Kaswinarni,2007).


















Kemas tahu (perbungkus 10 ))biji)
 
 













Gambar 2 Proses pembuatan tahu serasi

B. Pembelian Bahan Baku
            Bila dilihat dari aspek perkembangannya, perusahaan tahu ini merupakan industri kecil/ home industry, oleh karena itu keberadaan aktifitas pembeliannya  belum memiliki wadah tersendiri, dan biasanya kegiatan pembeliannya dilakukan oleh pimpinan perusahaan.
Kegiatan pembelian ini, dilakukan secara langsung ke tempat supplier yang dilakukan sekali. Supplier dari perusahaan tahu ini adalah sebuah agen pemasok kedelai. Bila ditinjau dari aspek sistemnya perusahaan ini menggunakan sistem sentralisasi dimana kewenangan dalam melakukan pembelian hanya terletak pada satu orang.
selanjutnya bagian pembelian langsung mendatangi tempat supplier untuk meminta sample bahan. Kemudian sampel ini dipilih mana yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan. Bila telah mendapat sampel nyang sesuai pembeli akan melakukan transaksi pembelian berdasarkan kebutuhan bahan baku yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Strategi yang digunakan perusahaan adalah dengan pembelian dengan cara biasa, dimana pembelian dilakukan untuk memenuhi keperluan biasa atau rutin. Pembelian semacam ini dilakukan karena proses produksinya adalah terus menerus dengan jumlah yang relatif sama setiap tahunnya.


1.      Menentukan harga pokok produksi
Unsur-unsur dalam penentuan harga pokok produksi adalah sebagai berikut :
a)      Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat tahu adalah hanya kedelai yang cukup tersedia untuk diperoleh untuk mengetahui nilai bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut :
Kedelai 1kg                                   : Rp. 6.050
Kedelai 150 kg x Rp. 6.050          : Rp. 907.500
Jumlah produksi 10 kali @350 tahu : 3500 tahu
1 pak : 10 tahu
3500 tahu : 350 pak
Biaya bahan baku per pak adalah
907.500
:
2592.8571
350
Untuk biaya pembelian tidak dikenakan biaya-biaya ditanggung suplier
Biaya pengiriman
Pengiriman tahu serasi melalui travel umum tahu serasi dipasarkan di
1.      Lokasi pabrik didusun Karanglo Kecamatan Bandungan
2.      Salatiga
3.      Solo
4.      Purwokerto
5.      Banjar Negara
Salatiga – Solo pengiriman 100 pak tahu serasi
biaya Rp. 100.000/ 100 : Rp. 1.000
Banjar Negara – Purwokerto pengiriman 300 pak tahu serasi
biaya Rp. 200.000/ 300 : Rp. 666.666.6
b)      Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pada usaha tahu ini yang digunakan adalah sebagian besar pria yang tinggal di sekitar kecamatan Bandungan. Pembuatan tahu ini tidaklah membutuhkan ketrampilan khusus hanya dibutuhkan karyawan yang mampu bekerja keras karena pada tahap pembuatan memerlukan tenaga yang cukup besar.
Tenaga kerja berjumlah 10 orang – sistem kerja adalah sistem borongan dimana upah diberikan sesuai jumlah tahu yang dihasilkan satu tenaga kerja menghasilkan 350 tahu, upah yang diterima Rp. 50.000. Jika lebih dari 350 tahu maka sisanya akan dihitung menjadi insentiv
Upah tenaga kerja Rp. 50.000 30 hari                        = Rp. 1.500.000
Jumlah pekerja 10 orang = 10 x 50.000          = Rp. 500.000
Jumlah produksi 3500 tahu perhari
Biaya tenaga kerja 3500 tahu perhari
500.000
:
Rp. 142.857
3500



c)      Biaya Overhead Pabrik
Jenis-jenis biaya overhead yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1.      Biaya overhead variabel
a.       Kayu bakar
1 pick up kayu bakar seharga Rp. 500.000
500.000
:
Rp. 142.857
3500
Jadi 

b.      Biaya listrik
Jumlah pemakaian listrik adalah Rp. 100.000
100.000
:
Rp. 28.5714
3500
Jadi 

2.      Biaya overhead tetap
a.       Biaya penyusutan peralatan
      Untuk menghitung biaya penyusutan maka perlu diketahui harga perolehan dan taksiran umur ekonomis dari peralatan dengan menggunakan metode garis lurus. Adapun jenis dan umur peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jenis dan umur peralatan pembuatan tahu
NO
JENIS PERALATAN
UMUR
HARGA
1
Mesin Penggiling
5
Rp. 5.000.000
2
Panci besar
5
Rp. 5.500.000
3
Tungku masak
5
Rp. 4.500.000
4
Penyaring
5
Rp. 500.000
5
Alat perekat plastik
5
Rp.  120.000

Jumlah produksi yang telah dihasilkan dalam kapasitas normal adalah 3500 x 30 hari = 105.000 tahu
Nilai penyusutan peralatan ini adalah sebagai berikut :
1.      Mesin penggiling tahu
Rp. 5.000.000       = 1.000.000     = Rp. 83.333.333 x 3 bulan
5 tahun                  = 12 bulan
250.000
:
Rp. 2.38
105.000


Jadi biaya penyusutan mesin penggiling tahu adalah 2.38
2.      Panci besar
Rp. 400.000          = 80.000          = Rp. 6.666.6666 x 3 bulan
5 tahun                  = 12 bulan
200.000
:
Rp. 0.1904
105.000


Jadi biaya penyusutan dandang adalah 0.1904
3.      Tungku Masak
Rp. 500.000          = 100.000        = 8.333.3333 x 3 bulan
5 tahun                  = 12 bulan
25.000
:
Rp. 0.238
105.000


Jadi biaya penyusutan tungku masak adalah 0.238
4.      Penyaring
Rp. 500.000          = 100.000        = Rp. 8.3333.3333 x 3 bulan
5 tahun                  = 12 bulan
250.000
:
Rp. 0.238
105.000


Jadi biaya penyusutan mesin penggiling tahu adalah 0.238
5.      Alat Perekat Plastik
Rp. 120.000          = 24.000          = Rp. 2.000 x 3 bulan
5 tahun                  = 12 bulan
6.000
:
Rp. 0.0571
105.000


Jumlah total penyusutan  = 2.38 + 0.1904 + 0.238 + 0.238 + 0.0571 = Rp. 3.1034




PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI                                         METODE FULL COSTING
TABEL           : Kalkulasi harga pokok produksi tahu dengan full costing
NO
JENIS BIAYA PRODUKSI
BIAYA PER PAK
1
Biaya bahan baku
a. Kedelai
Jumlah biaya bahan baku

Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85
2
Biaya tenaga kerja langsung
a. Upah tenaga kerja
Jumlah biaya tenaga kerja langsung

Rp. 142.857
Rp. 142.857
3
Biaya overhead
a. Biaya overhead variabel
1.      Kayu bakar
2.      Biaya listrik
3.      Biaya plastik


Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp.  0.0571

b. Biaya overhead tetap
1.      Biaya penyusutan
Jumlah biaya overhead

Rp. 3.1
Rp. 174.5856
Harga pokok produksi per pak
Rp. 2.910.2926


PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI                                    METODE VARIABEL COSTING                                      
TABEL           : Kalkulasi harga pokok produksi tahu dengan full costing
NO
JENIS BIAYA PRODUKSI
BIAYA PER PAK
1
Biaya bahan baku
a. Kedelai
Jumlah biaya bahan baku

Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85
2
Biaya tenaga kerja langsung
a. Upah tenaga kerja
Jumlah biaya tenaga kerja langsung

Rp. 142.857
Rp. 142.857
3
Biaya overhead
a. Biaya overhead variabel
4.      Kayu bakar
5.      Biaya listrik
6.      Biaya plastik


Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp.  0.0571

b. Biaya overhead tetap
Jumlah biaya overhead

Rp. 171.4856
Harga pokok produksi per pak
Rp. 2.907.1926



EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
TABEL 3        : Evaluasi perhitungan harga pokok produksi tahu serasi
NO
JENIS BIAYA PRODUKSI
FULL COSTING
VARIABEL COSTING
1
Biaya bahan baku
a. Kedelai
Jumlah biaya bahan baku

Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85

Rp. 2.592.85
Rp. 2592.85
2
Biaya tenaga kerja langsung
a. Upah tenaga kerja
Jumlah biaya tenaga kerja langsung

Rp. 142.857
Rp. 142.857

Rp. 142.857
Rp. 142.857
3
Biaya overhead
a. Biaya overhead variabel
1.      Kayu bakar
2.      Biaya listrik
3.      Biaya plastik


Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp.    0.0571


Rp. 142.8571
Rp. 28.5714
Rp.     0.0571

b. Biaya overhead tetap
1.      Biaya penyusutan
Jumlah biaya overhead

Rp. 3.1
Rp. 174.5856

Rp. 8.8
Rp. 171.4856
Harga pokok produksi per pak
Rp. 2.910.2926
Rp. 2.907.1926



LAPORAN LABA RUGI
PERUSAHAAN TAHU SERASI
PER 3 BULAN
Penjualan
Biaya Variable
Margin Kontribusi
105.000 x Rp.3.000
105.000 x Rp.2.910
315.000.000
305.550.000
9.450.000
Biaya tetap
Biaya penyusutan peralatan
(5000 pak x Rp.3.1)


Rp.325.500

Biaya Pemasaran
(105.000 pak x Rp.6.6)

Rp. 693.000

1.018.500
Penghasilan netto
Prosentase mark up


8.431.500
Prosentase mark up
-
Margin bruto

Biaya variabel


:
9.450.000


305.550.000

Implikasi penelitian full costing laporan laba rugi
=
0.030 atau 3%







                                               

LAPORAN LABA RUGI
PERUSAHAAN TAHU SERASI
PER 3 BULAN
Penjualan
Biaya pokok penjualan
Margin Kontribusi
105.000 x Rp.3.000
105.000 x Rp.2.907
315.000.000
305.235.000
9.765.000
Marjin bruto
Biaya pemasaran
Penghasilan netto

(105.000 pak x 6.6)

9.765.000
693.000
9.072.000

Prosentase mark up
-
Margin bruto
Harga pokok penjualan

=
9.765.000

305.235.000

0.1620/16%
Implikasi penelitian variabel costing laporan laba rugi


=


0.0319 atau 3%

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
                  Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan tahu serasi milik bapak Sindoro sangat sederhana dengan menghitung biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi adalah biaya kacang kedelai, listrik, kayu bakar dan biaya tenaga kerja, mesin terdapat biaya overhead yang dikeluarkan dalam proses produksi, namun perusahaan tahu serasi milik bapak Sindoro tidak menghitung biaya tersebut. Hasil perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan tahu serasi milik bapak Sindoro atas produksi tahu adalah dengan metode variabel costing adalah
Tahu serasi Rp. 2.907.1926
                  Perhitungan biaya produksi yang dilakukan dengan full costing pada perusahaan tahu serasi milik bapak Sindoro ialah dengan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksitahu serasi. Adapun biaya yang dibebankan pada produk tahu adalah biaya kacang kedelai, biaya penyusutan, biaya yang dikeluarkan untuk produksi tahu serasi ada biaya tambahan yaitu biaya kayu bakar dan penyusutan peralatan. Hasil perhitungan biaya produksi dengan metode full costing adalah
Tahu serasi Rp. 2.910.2926
      Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan dan metode full costing, harga pokok produksi yang dihasilkan lebih besar dibanding dengan perhitungan harga pokok produksi dengan perusahaan
5.2 Saran
1.      Sebaiknya perusahaan tahu serasi milik bapak sindoro menggunakan metode full costing dalam menghitung biaya produksinya karena metode ini lebih akurat dibandingkan dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan metode full costing menghitung seluruh biaya produksi yang terkait dengan proses produksi sehingga hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil akurat yang dilakukan selama proses produksi.
2.      Hasil penelitian penentuan harga pokok produksi berdasarkan sistem full costing tersebut dapat dijadikan masukan bagi perusahaan tahu serasi milik Bapak Sindoro dengan menggunakan formulasi biaya pada proses produksi. Formulasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan anggaran biaya produksi untuk kegiatan produksi selanjutnya.
3.      Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis dapat menambahkan metode lain dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga diperoleh lebih banyak alternatif untuk mendapatkan harga pokok produksi yang terakurat dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA
Bustami. Bastian dan Nurlela, 2008. Akuntansi Biaya,        
            Jakarta : Mara Wacana Media
Carter, Wiliam K dan Usry, Milron F. 2002
            Akutansi Biaya, Jakarta. Salamba Empat
Hansen, Don R and Maryane Muwen.2005.Managerial Accouning.
         Akutansi Managerial. Jakarta: Salemba Empat.
Homgren, CT,dkk.1997. Akuntansi di Indonesia Edisi ke-3 Penerbit Salemba
               Empat. Jakarta  
Jusup.Al. Haryono. 1999. Dasar-dasar Akuntansi.
            Yogyakarta. STIE. Yogyakarta
Kaswinarti Fibria.2007. Studi Kasus Industri
            Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali.
Mulyadi.2005. Akuntansi Biaya edisi 5. Yogyakarta : UPP STM YKPN
Sunanto.2004. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta.
            Amus Yogyakarta.2000
Sunarto.2004. Akuntansi Biaya Yogyakarta.
            Amus Yogyakarta
http//www.academia.edu/15372682/skripsi
http//akutansistien1.com/analisispenelitianhargapokokproduksipadapembuatantahuperusahaantahuCKP
http//mountemhazawa.blogspot.co.id/2014