contoh skripsi baru : budidaya karet



ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI  TANAMAN KARET
DI PT. PERKEBUNAN SIDOREJO UNGARAN BARAT
KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAN

USULAN PENELITIAN UNTUK PROPOSAL S-1
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS



Oleh :
NAMA                       : NUR SETYO
NIM                           : 132001607
KELAS                      : 6 B






PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN FARMING SEMARANG
Jl.  Pawiyatan Luhur IV/ 15 Bendan Duwur, Semarang 50235
2017

  KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah Nya, sehingga penulis dapat membuat proposal dengan judul “Analisis Usaha Tani dan Pendapatan Budidaya Tanaman Karet di PT. Perkebunan Sidareja Ungaran Barat di Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
            Proposal ini disusun bertujuan untuk dasar usulan penelitian proposal S1 program Agrobisnis Sekolah Tinggi ilmu peternakan Farming Semarang Tahun 2017 dan menambahkan informasi tentang analisis usaha tani dan pendapatan budidaya Tanaman Karet (Hevea brasillieusis). Proposal ini juga di harapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan kepada yang membacanya.
            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat menggharapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun terutama untuk kesempurnaan proposal ini.
            Akhir kata penulis menggucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal ini, semogga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.















DAFTAR  ISI
Motto........................................................................................................................ i                
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Permasalahan................................................................................................ 2
C.     Tujuan.......................................................................................................... 2
D.    Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 4
A.    Klasifikasi Tanaman Karet........................................................................... 4
B.     Syarat Tumbuh Tanaman Karet................................................................... 5
C.     Budidaya Tanaman Karet............................................................................ 6
D.    Cara Penanaman Tanaman Karet................................................................. 7
E.     Pelaksanaan Penanaman Tanaman Karet .................................................... 8
F.      Peremajaan................................................................................................. 12
G.    Penyadapan................................................................................................ 12
H.    Analisis Usaha Tani Karet.......................................................................... 13
I.       Analisis Pendapatan Usaha Tani................................................................ 14
J.       Hipotesis.................................................................................................... 18
III METODE PENELITIAN............................................................................. 19
A.    Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 19
B.     Metode Dasar Penelitian............................................................................ 19
C.     Metode Penentuan Sampel........................................................................ 19
D.    Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 19
E.     Metode Analisis Data................................................................................ 20
Daftar Pustaka




I  PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
            Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagaian besar mata pencaharian penduduknya berasal dari sektor pertanian. salah satu sektor pertanian tersebut adalah budidaya perkebunan.
            Tanaman karet masuk di Indonesia pada tahun 1876, kemudian penanaman karet di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Perkebunan di Indonesia pertama kali didirikan pada pada tahun 1902 di Sumatera dan beberapa kebun didirikan di daerah lain, terutama di pulau Jawa. Perkembangan yang sangat pesat terutama, pada tahun 1910, sehingga dalam waktu 12 tahun mengalami hampir semua tanaman selain tebu. Selanjutnya pada tahun 1940 Indonesia tercatat sebagai negara pengekspor karet ke dua setelah Malaisia. Namun sejak tahun 1959 produksi karet Indonesia mulai ketinggalan walaupun area pertanian lebih luas.
            Karet merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi perekonomian bangsa Indonesia, karna mampu menghasilkan devisa yang cukup besar selain minyak bumi dan kayu. Untuk meningkatkan produksi karet Indonesia maka perlu dilakuakan penanganan secara serius dalam budidaya tanaman karet, dimana salah satunya menyangkut pemungutan hasil yang besar dan tepat. Besarnya produksi tanaman karet ditentukan 3 faktor penting yaitu :
1.   Sifat keturunan tanaman itu sendiri.
2.   Kesuburan dan kesehatan tanaman.
3.   Cara menyadap atau memungut hasil.
            Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karena banyak diusahakan sebagai tanaman perkebunan di Indonesia. Tanaman karet mulai diusahakan dari luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi.
            Usaha budidaya tanaman karet mempunyai tujuan agar tanaman dapat mencapai keadaan yang optimal, yang meiputi pengolahan tanah, pembibitan, pemeliharaan, peremajaan dan pengendalian hama dan penyakit serta penyadapan.



B.       Permasalahan
            Setiap usaha yang dijalankan pada umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dengan biaya tertentu atau meminimalkan biaya dengan keuntungan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut diharapkan pada berbagai kendala dinataranya adalah produktifitas yang rendah, terbatasnya kemampuan petani dan modal yang sedikit.
            Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat disusun dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut :
1.      Berapakah pendapatan usaha tani tanaman karet petani di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?
2.      Bagaimana kelayakan usahatani tanaman karet petani di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?
3.      Bagaimana pengaruh biaya bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap pendapatan usaha tani tanaman karet di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?

C.       Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui besar pendapatan usaha tanaman karet petani di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?
2.      Untuk mengetahui kelayakan usaha tani tanaman karet petani PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?
3.      Untuk mengetahui pengaruh biaya bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terhadap pendapatan usaha tani tanaman karet di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?

D.       Manfaat Penelitian
Hail penelitian diharapkan dapat memberi manfaat :
1.      Sebagai sambungan informasi bagi petani perkebunan karet agar dapat menjadi bahan pemikiran dalam upaya meningkatkan pendapatan.
2.      Sebagai bahan informasi bagi lembaga atau istansi terkait dalam menggambil kebijakan terhadap peningkatan pendapatan dan memperbaiki taraf hidup petani, khususnya petani tanaman karet.
3.      Sebagai bahan perbandingan atau refrensi bagai peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut masalah yang erat hubungannya dengan masalah penelitian.









II  TINJAUAN PUSTAKA


A.    Klasifikasi Tanaman Karet
Tanaman Karet memiliki klasifikasi sebagai berikut :
      Divisio             : Spermatophyta
      Sub Divisio     : Angiospermae
      Klas                 : Dicotyledone
      Ordo                : Euphorbiaceae
      Familia            : Euphorbiaceae
      Spwcies           :Havea brasiliensis
      Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman karet merupakan akar tunggal. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
      Daun karet berwarna hijau, apa bila akan akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal” kerontokan daun pada setiap musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan gindul, tidak tajam.
      Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Bunga betina berambut ukurannya lebih besar sedikit dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Bunga jantan memiliki 10 benang sari yang tersusun menjadi stu tiang. Kepala sari terbagi dalam dua karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain.
      Buah Karet memiliki ruang pembagian yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang – kadang sampai 6 ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami. Biji-biji yang terlontar, kadang-kadang sampai jatuh, dann akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung.
      Biji Karet terdapat dalam setiap ruang buah. jumlah biji sama dengan jumlah ruang yaitu 3-6. Ukuran biji lebih besar dengan kulit yang keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak yang berpoola yang khas.

B.     Syarat Tumbuh Tanaman Karet
      Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang optimal, maka harus diperhatikan syarat lingkungan yang diinginkan tanaman ini, karena lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan disamping perawatan yang baik.
      Daerah penanaman, curah hujan yang, ketinggian tempat, temperatur dan kondisi tanah merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk tumbuh dan perkembangannya tanaman karet dengan baik.
      Daerah yang terbaik untuk penanaman tanaman karet terletak antara 5° LS dan 6° LU. Hal ini berhubungan dengan distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun, dengan musim kemarau yang tidak panjang (Soetedjo), sedangkan curah hujan yang dibutuhkan oleh tanamnan karet antara 1500 – 4000 mm/ tahun. Akan tetapi lebih baik apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun.
      Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1-600 m dari permukaan laut. suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata - rata 25°-30° C. Apabila dalam waktu jangka panjang suhu harian rata - rata kurang dari 20° C. Maka tanaman tidak ditanam didaerah tersebut.
      Sinar matahari yang cukup melimpah di negara-negara tropis merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman  karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tidak selama 5-7 jam.
      Tanaman yang derajat keasamannya mendapat mendekati normal cocok untuk ditanaman karet, tanah yang agak masam lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karet dari pada tanah yang basa. Derajat keasaman tanah yang paling cocok adalah 5-6, sedangkan batas toleransi pH tanah bagi tanaman   karet adalah 4-8. Karet memerlukan tanah dengan kedalaman dan kegemburan serta kemampuan menahan air yang baik.
      Topografi tanah sedikit banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan perkebunan karet datar dan tidak berbukit-bukit. Tanah yang datar memudahkan pemeliharaan, penyadapan, serta pengangkutan lateks.

C.    Budidaya Tanaman Karet
1.      Pengolahan Tanah
      Tujuan dari pengolahan tanah adalah untuk memberikan tempat tumbuh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet. Untuk tanaman karet membutuhkan tanah olahan dengan kedalaman mencapai 60 – 80 cm, dengan mencangkul 2 sampai 3 kali agar tanah menjadi gembur, dan dibuat bedengan – bedengan dengan ukuran 1,5 – 5 m, panjang sesuai kebutuhan, sedangkan jarak antara bedengan 50 cm.
      Tanah yang memiliki kemiringan diatas 10° hendaknya dibuat teras. Dengan lebar teras minimal 1,5 cm, dengan jarak antara teras satu denagan yang lain 7 m, untuk jarak tanaman 7x 3 m. Pada kemiringan yang sama dibuat satu teras.
      Pembuatan teras dilakukan dengan cara menggali tanah yang landai kedalam. Tanah galian ini kemudian di timbun di bagian tanahnya sehingga terbentuk teras. Pembuatan teras dimaksudkan agar tanah tidak tererosi.

2.      Penanaman Tanaman Karet
            Penanaman harus direncanakan sebaik – baiknya, untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan sistem penanaman yang sesuai. Ada dua sistem penanaman yang sesuai, yaitu sistem monokultur dan sistem tumpang sari.
a.   Sistem Monokultur
Pada sistem monokultur, sistem penanamannya dengan jarak segi tiga bujur sangkar, dan tidak teratur. Sistem jarak segitiga dan jarak bujur sangkar menghasilkan jarak tanam yang teratur dan hanya bisa diterapkan pada penanaman dibawah datar sampai agak datar. Sedangkan jarak yang tidak teratur hanya untuk penanaman ditanah yang miring diteras. Penanaman dengan sistem jarak tidak teratur membuat penampakan barisan yang tidak sempurna.


b.   Sistem Tumpang Sari
Penanaman tumpang sari harus direncanakan dari semula. Jarak tanah harus sesuai, kalau tidak akan menyebabkan tanaman terlalu rapat, akibatnya akan terjadi persaingan penyerapan unsur hara dan sinar matahari.

D.    Cara Penanaman Bibit Tanaman Karet
1.   Pembingkaran Bibit
              Bibit dari okulasi yang ditanam dikebun biasanya diperoleh dri kebun pembibitan atau dari poligon. Untuk memindahkannya, bibit ini harus dibongkar terutama dari bibit yang berasal dari kebun pembibitan. pengambilan ibit disesuaikan dengan jenis yang ditanam. Biasanya bibit stumata tidur mempunyai 2 – 3panjang daun. Pembongkarn bibit dilakukan dengan jalan mengali parit sedalam 50 cm di sisi baris bibit. Kemudian bibit dipeganag pada bagian atas okulasi dan dicabut, jumlah akar tunggan harus satu buah dan lurus jika lebih dari satu, akar yang lain dipotong, setelah itu bibit siap di tanam.

2.   Pengangkutan
              Bibit yang siap tanam sering menempuh jarak yang cukup jauh, meskipun masih terletak pada satu kebun. Perlakuan untuk bibit yang harus menempuh jarak yang cukup jauh dilaksanakan dengan membungkus bibit. Dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kerusakan mata tunas atau batang okulasi.

3.   Kebutuhan Bibit
              Kebutuhan bibit tiap hektar di pengaruhi oleh jarak tanam. Dengan jarak tanam 6m x 2.5m jumlah bibit yang di tanam untuk satu hektar adalah 666,6 pohon. Disamping bibt yang ditanam langsung, disiapkan pula bibit untuk sulam sebanyak 10% dari jumlah yang akan ditanam sehingga jumlah bibit harus siapkan berjumlah 66 batang.


E.     Pelaksanaan Penanaman Tanaman Karet
1.      Penanaman Tanaman Karet
            Sebelum penanaman, lubang tanaman harus sudah siap. Lubang tanam dibuat dengan jarak antara 6 m x 2.5 m. Pembuatannya di mulai dengan mengajir lubang tanam sesuai jarak tanam tersebut.
            Lubang tanaman untuk okulasi stum mini atau bibit dalam kantong plastik adalah 60 x 60 x 60 cm. Sedangkan untuk okulasi stum tinggi umur 2-3 tahun adalah 80 x 80 x 80 cm jika akar tunggang bibit lebih tinggi dari 80 cm maka dibagian tengah lubang tanaman ditugal sedalam 20 cm.
2.      Penanaman tanaman penutup tanah
            Untuk menahan dan mencegah terjadinnya erosi dilakukan penanaman tanaman penutup tanah. Selain itu tanaman penutup tanah bisa mempercepat matang sadap dan mempertinggi hasil lateknya. Jenis tanaman penutup tanah dibedakan 3 golongan yaitu tanaman merayap, tanaman semak dan tanaman pohon.
3.      Pemeliharaan tanaman karet
            Perawatan tanaman sebelum menghasilkan meliputi :
a)      Penyulaman.
      Penyulaman dilakukan pada saat tanaman karet berumur 1 - 2 tahun. Pada tahun ketiga tidak lagi ada penyulaman tanaman karet. Penyulaman jangan dilakukan pada terik matahari. Sebelum penyulaman diketahui dahulu kematian bibit jika di sebabkan oleh jamur atau bakteri, sebaiknnya tanah dibebas dari bibit yang mati diberi fungisida atau bakterisida.
b)      Penyiangan.
      Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan cara manual dan kimia. Cara manual biasannya dilakukan dengan bantuan carang atau cangkul. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali dalam satu tahun. Cara manual ini dapat dilakukan jika kebun karet tidak terlalu luas, karna semakin luas kebun karet akan semakin banyak tenaga dan waktu.
      Dengan cara kimia, gulma dapat dikendalikan herbisida karna lebih efektif dan praktis. Penggunaan herbisida harus diperhatikan jangan sampai merusak tanaman karet maupun tanaman penutup tanah. ada 2 macam herbisida yang digunakan yaitu kontak dan sistemik
      Untuk tanaman penutup tanah penyiangan dilakukan secara manual yaitu dibabat dengan sabit atau parang. Tanaman penutup tanah ini harus dibiarkan hidup karena berguna sebagai penyedot unsur hara nitroge.
      Semak dan perdu sulit diberantas secara kimiawi hannya dapat diberantas secara manual. Caranya dengan mendongkel akar – akar semak dan perdu kemudian di bakar. Alat yang dipakai adalah cangkul dan gancu.
c)      Pemupukan.
      Pemupukan kekurangan unsur hara pada tanaman karet pada hakekatnya berhubungan erat dengan kebutuhan unsur – unsur untuk pertumbuhandan dan penyadap. Tanda – tanda kekurangan unsur hara bisa diperhatikan di pemupukan tanaman.
      Untuik menghemat biaya, maka informasi tentang jumlah pohon sangat diperlukan untuk penentuan banyak tanaman yang digunakan. Pohon – pohon yang baik untuk disadap saja yang dipupuk dan dosis pemupukan dihitung perpohon. Pada karet, pupuk yang biasa dipakai adalah pupuk tunggal.
      Waktu pemupukan tidak bisa dipastikan karena masing – masing daerah di Indonesia berlain sifat dan keadaan iklimnya sedangkan pengadaan pupuk harus diperhitungkan agar jangan sampai tersisa untuk pemupukan berikut.
      Pemberian pemupukan harus dilakukan 2 kali setiap setahun dengan dosis berdasarkan tanah.
Metode pemupukan yang bisa diterapkan misalnya sebagai berikut :
-   Pupuk ditaburkan antara larikan – larikan dan barisan. Tanah di antara baris harus benar – benar bebas dari gulma.
-   Pupuk ditaburkan sekeliling pohon dengan jarak 1 – 1,5 cm dengan terlebih dahulu dibuat saluran.
-   Pupuk ditaburkan dengan sistem tapal kuda. Cara sama dengan cara diatas, namun hanya setengah lingkaran.
-   Pupuk ditaburkan dilarik antara pohon karet yaitu 1,5 m dari pohon.

d)     Pengendalian Hama Penyakit.
      Kerusakan dan kematian tanaman merupakan masalah penting dalam perkebunan karet. Kerusakan dan kematian tanaman karet salah satu penyebab adalah serangan hama dan penyakit.
Hama dan penyakit yang penting pada tanaman karet adalah :
1.      Hama
Rayap
Gejala : pula ujung tanaman karet mudah rusak, terlihat bekas gesekan. Bagian dalam batang terdapat lubang besar dari ujung stum sampai akar. Akar tanaman terputus – putus bahkan tidak lagi berujung akar.
      Pengendalian dan pencegahan rayap dilakukan dengan cara kultur teknis, mekanisme, dan kimia. Secara kultur teknis rayap dapat dikendalikan dengan membersihkan kebun dari tunggak dan sisa – sisa akar. Secara mekanis, rayap dapat dikendalikan dengan dipancing atau diumpan agar keluar dari stum, dengan umpan ubi kayu. Rayap lebih tertarik pada umpan dari pada stum sehingga tanaman karet terbebas dari serangan. Secara kimiawi rayap dapat dibunuh dengan insektisida.
Uret
Gejala : tanaman menjadi layu, berwarna kuning bahkan mati akibat tidak berakar lagi.
      Penyebabnya adalah uret tanah, ada banyak jenis uret tanah antara lain Helotrichia, Expholis SP, dan lepidiota SP, biasanya menyerang pada tanaman dipembibitan. Pengendalian dengan cara mekanis dan kimiawi. Secara kemarau digunakan insektisida.Beberapa hama karet yang lain yaitu tanaman, siput, tungau, babi hutan dan rusa.
2.      Penyakit
1)      Penyakit akar putih
Gejala : daun tanaman menjadi pucat kuning dengan tepi ujungnya terlipat kedalam. daun kemudian gugur dan ujung rantingnya mati. Pada akar tanaman tampak benang – benang jamur putih dan agak tebal. Benang – benang tersebut menempel kuat pada akar, Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk lunak dan berwarna coklat.
Disebabkan oleh : jamur Rigidoporus lignosus.
Pengendalian dan pencegahan dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi. Secara kultur teknis teknis dengan menanam tanaman penutup tanah jenis Leguminasae yang mampu menekan penularan jamur ini seperti Calopogonium Caerukum.
Sedangkan secara kimiawi dengan fungsida.
2)      Penyakit Akar Merah
Gejala : warna daun berubah menjadi pucat suram kemudian menguning dan akhirnya berguguran. Perakarannya diliputi benang-benang jamur berwarna merah muda sampai tua. Dalam keadaan kering, benang-benang jamur berwarna putih. Sedangkan kalau keadaan kalau keadaan dibasahai, benang benang ini akan menjadi merah kembali. Akar tanaman yang sakit akan membusuk dan berwarna jingga kehitaman.
Disebabkan oleh jamur Ganoderma pseudofirum.
Pengendalian : secara kimiawi dengan fungisida dan secara kultur teknis.
3)      Penyakit Embun Tepung
Gejala yang timbul yaitu daun muda berwarna hitam, lemas, keriput seperti berlendir. Dibawah permukaan daun terdapat bercak-bercak bundar berwarna putih seperti tepung halus terdiri dari benang-benang hifa dan spora jamur. Helaian daun yang tua berbercak kuning, tetapi hanya beberapa yang gugur.
Serangan pada bunga menyebabkan bunga berguguran.
Disebabkan oleh oidium heveae.
Pengendaliannya yaitu tidak menanam klon-klon yang peka terhadap penyakit tepung seperti GT 1, PR 225, WR 101 didaerah yang terserang.
4)      Penyakit Jamur Upas
Gejala pada pangkal atau bagian atas pada percabangan tampak benang-benang putih seperti sutera. Bagian kayu dibawah kulit menjadi rusak dan menghitam.
Penyebabnya adalah jamur Croticium salmonicolor.
Pengendaliannya dengan menanam klon-klon yang tahan, misalnya Auros 2037 dan dengan fungisida.
5)      Penyakit Busuk Pangkal Batang
Gejala yang ditimbulkan yaitu kulit kering dan pecah-pecah sedang kayu bagian atas masih baik dan utuh, kemudian kulit tersebut menjadi hitam dan bagian kayunya rusak. Disebabkan oleh Botryodiplodia theobromae.
Pengendaliannya dengan menggunakan fungisida

F.     Peremajaan
      Peremajaan tanaman karet dilakuakn pada kebun-kebun karet yang pohon sudah tidak produktif dengan baik. Karet yang sudah tua ditebang dan akarnya dibongkar. Peremajaan dilakuakn seperti pada saat penanaman baru. Tetapi pada penanaman bibit karet perlu dilakukan pemupukan karena bekas kebun sangat kurang unsur haranya.

G.    Penyadapan
a)      Penggambaran Penyadapan
Kriteria sadap pohon adalah ukuran besarnya batang pohon yang mulai dapat disadap. Sedangkan kriteria sadap tanaman adalah jumlah pohon yang dapat mulai disadap dalam suatu pertanaman. Kriteria sadap yang telah ditetapkan adalah :
·  Pohon karet sudah dapat dipungut hasilnya apabila keliling lingkaran batang pada tinggi 1 m dari leher akar sudah berukuran 35-45cm.
·  Kebun karet sudah dapat disadap bila 55% dari jumlah tanaman pada kebun tersebut sudah memenuhi syarat tersebut diatas.
Untuk tanaman okulasi, bukan sadap pertama, pada bidang sadap pertama dilakukan pada ketinggian 130 cm dari bats pertautan bidang okulasi sampai titik terendah irisan sadap,
Untuk sadapan diatas baik pada tanaman asal biji maupun okulasi, bidang sadap dilakukan tanah pada sisi yang berseberangan dengan sadapan awal. Penyadapan dilakukan terus hingga titik terendah sadapan atas dengan jarak 10 cm dari titik tertinggi sadapan bawah.
Pada tanaman susulan tinggi bukan sadapan pertama adalah 130 cm dari batas pertautan okulasi atau pada ketinggian yang sama dengan tanaman lain yang sudah disadap.
b)     Pelaksanaan Penyadapan
Kulit karet akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu agar pengotoran pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadapan ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisanm, waktu pelaksanaan dan pemulihan kulit bidang sadap.
c)      Ketebalan Irisan Penyadapan
Tebal irisan yang dianjurkan adalah 1.5-2 mili meter dari lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentak, maka kulit pulihan akan rusak
d)     Waktu Penyadapan
Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 04.00 sampai pukul 06.00 pagi, sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 09.00 sampai pukul 10.00 pagi.

H.    Analisis Usaha Tani Karet
Usaha tani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai pelaksana mengorganisasi alam, tenaga kerja dan modal ditunjukkan pada produksi disektor pertanian, baik berdasarkan pada pencarian laba atau tidak. Keadaan alam dan  juga iklim mempunyai pengaruh pada proses produksi. Untuk mencapai hasil produksi diperlukan pengaturan yang cukup intensif dalam penggunaan modal dan biaya, modal dan faktor-faktor lain dalam usahatani (Hernanto, 1996).
Tujuan usahatani adalah diperolehnya produksi setinggi mungkin dengan biaya serendah-rendahnya. Usahatani yang baik adalah usaha tani yang produktif dan efisien. Usahatani yang produktif adalah usahatani yang memiliki prduktifitas yang tinggi, yang ditentukan oleh penggunaan faktor produksi pertanian atau input seperti bibit, tenaga kerja, modal dan faktor- faktor produksi lainnya. Usahatani yang efisien adalah usahatani yang secara ekonomis menguntungkan, biaya dan pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan untuk produksi lebih kecil dari harga jual atau hasil penjualan yang diterima  dari hasil produksi (Mubyarto, 1995).
Penani menjadi seorang pengusaha yang mengelola pengalokasian input dengan efisien untuk memperoleh produksi yang maksimal. Tujuan memaksimalkan produksi berguna bagi peningkatan keuntungan dari ketiga usahatani. Kendala yang dihadapi petani yaitu keterbatasan biaya padahal keuntungan harus tetap dicapai, maka penggunaan biaya harus ditekan untuk memperoleh keuntungan yang besar (Mubyarto,1995)

1.      Analisis Pendapatan Usaha tani
a.       Total biaya produksi
Total biaya produksi merupakan seluruh biaya (biaya tetap dan biaya variabel) yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani (Soedarsono,1992). Total biaya dirumuskan dengan :
TC = TFC+TVC
Keterangan :    TC       = Total Cost/Total biaya
                  TFC     = Total Fixed Cost/Total biaya tetap
            TVC    = Total Variable Cost/Total biaya variable
b.      Penerimaan
Soedarsono (1992) menyatakan bahwa jumlah penerimaan total didefinisikan sebagai penerimaan yaitu penjualan barang tentu dikalikan dengan harga jual satuan. Penerimaan dirumuskan dengan:
TR = R x Q
Keterangan :    TR        = Total Revanue/Penerimaan Total
            P          = Price/Harga
            Q         = Quantity/Jumlah Produksi
c.       Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan diterima oleh seseorang atau rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dan kekayaan seperti sewa , bunga serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah tunjangan sosial (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Pendapatan yang diterima petani adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :                I = TR - TC
             I          = Income/Pendapatan
TR       = Total Revanue/Penerimaan Total
TC       = Total Cost/Biaya Total
2.      Analisis Kelayakan Usahatani
Kelayakan usahatani adalah penilaian yang dilakukan dalam melaksanakan usahatani dibidang pertanian secara umum, dikelola dengan baik, dicatat keuangannya sehingga dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai. Sehingga dapat digunakan sebagai indikator, untuk menentukan tindakan perbaikan dan menilai kelayakan usahataninya (Mubyarto, 1997).
A.  Revanue Cost Ratio (RCR)
RCR atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya total. Sehingga RCR dapat dirumuskan sebagai berikut :
RCR =
Keterangan  :  TR        = Total Revanue/Penerimaan total
                        TC       = Total Cost/Biaya total
B.     Break Even Point (BEP)
BEP adalah keseimbangan antara total penerimaan dengan total pengeluaran (Mubyarto,1997). Ada 2 macam BEP untuk menilai kelayakan budidaya, yaitu BEPQ, dan BEPRp.
1)                  BEP Produksi (BEPQ)
BEPQ digunakan menentukan beberapa volume produksi minimal yang harus dicapai sesuai dengan harga pasar. Secara matematika BEP produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEPQ   = -
BEPQQ
>jumlah produksi, maka usahatani tersebut tidak layak diusahakan.

2)                  BEP Harga (BEPRp)
BEP(Rp) digunakan untuk menentukan berapa minimal harga yang ditawarkan sesuai dengan produksi yang dicapai. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEP(Rp)=
BEP(Rp) < harga satuan pasar, maka usahatani tersebut layak diusahakan, apabila BEP(Rp) > harga satuan pasar, maka usahatani tersebut tidak layak diusahakan.

B.       Return Of Investment (ROI)
ROI adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah uang yang diinvestasikan pada kurun waktu tertentu. Analisin ROI ini digunakan untuk mengukur efisien modal. Merupakan ukuran perbandingan pendapatan bersih (keuntungan) dengan total biaya produksi (Mubyarto, 1997). Secara matematis ROI dirumuskan sebagai berikut :
ROI =  x 100
ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usahatani tersebut layak diusahakan apabila nilai ≤ tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha tani tersebut tidak layak untuk diusahakan.
3.      Analisis Pengaruh Biaya Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap  Pendapatan Usaha tani.
Analisis Pengaruh Biaya Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani digunakan untuk mengetahui pengaruh biaya sarana produksi dan tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani karet digunakan analisis regresi linier dengan modal matematis sebagai berikut :
Ŷ = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Ŷ           = Prediksi pendapatan (Rp)
a            = Konstanta/ Intersep (Rp)
b            = Koefisien regresi
X1             = Biaya bibit (Rp)
X2             = Biaya pupuk (Rp)
X3             = Biaya pestisida (Rp)
X4             = Biaya tenaga kerja (Rp)
Untuk mengetahui pengaruh biaya dalam usaha tani karet terhadap pendapatan dilakukan dengan uji Anova (Uji-F). Apabila terdapat pengaruh yang signifikan maka bisa dilanjutkan dengan Uji-t terhadap koefisien regresinya. Untuk memudahkan ketepatan dan keakuratan, data diolah dengan menggunakan MS Exel atau SPSS.
Untuk menganalisis model tersebut, dilakukan pengujian dengan menggunakan :
a)      Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan/serempak.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : b1, b2, b3, b4 = 0. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Ha : bi ≠ 0. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan (minimal satu variabel).
Kriteria uji :
Penelitian pada level probabilitas α = 5%
Jika F hitung > F tabel atau signifikasi < 0,05, maka Ho diterima dan Ha  ditolak.
b)      Uji t (Uji parsial)
Mengetahui seberapa signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial (masing-masing).
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
HO : Xi = 0 artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial.
Ha : Xi ≠ 0 artinya variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial.
Kriteria uji :
Penelitian pada level probabilitas α = 5%
Jika t hitung > t tabel atau signifikan < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima dan jika t hitung < t tabel atau signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
c)      Koefesiensi determinasi (R2)
Koefisiensi determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya nilai koefisien determinasi yaitu antara 0 ≤ R2 ≤ 1 dan dinyatakan dalam persen(%). Koefisien determinasi (R2) bernilai 0, berarti tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y, sebaliknya nilai Koefisien determinasi (R2) 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari kecepatan perkiraan model.
J.      Hipotesis
            Penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang dianggap benar, untuk membuktikanya perlu dilakukan penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah :
1.      Diduga usaha tani karet di Kelompok tani Rahayu IV Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang menguntungkan.
2.      Diduga usaha tani karet di Kelompok tani Rahayu IV Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang layak secara finansial untuk diusahakan.
3.      Diduga biaya sarana produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja usaha tani karet di Kelompok tani Rahayu IV Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang berpengaruh terhadap pendapatan usaha petani.










III  METODE PENELITIAN
A.    Lokasi dan Waktu Penelitian
           Penelitian akan dilakukan di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih berdasarkan beberapa alasan diantara lain :
1.      Merupakan salah satu daerah di Kabupaten Semarang yang menghasilkan getah karet.
2.      Mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan usaha pemasaran karet, baik lokal maupun mancanegara.
           Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai bulan mei 2017 periode tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari pihak-pihak penyadapan berkepentingan dengan penelitian sebanyak-banyaknya dan selengkap mungkin.

B.     Metode Dasar Penelitian
           Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nadzir, 1998).

C.    Metode Penentuan Sampel
           Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penyadap yang ada di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 52 orang. Karena populasi kurang dari 100, maka semua populasi digunakan sebagai sampel/sensus (Arikunto, 2006).

D.    Metode Pengumpulan Data
             Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan survey, artinya dengan menggunakan kuesioner sebagai alat utama untuk mengumpulkan data secara sistematis dan akurat. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah dengan wawancara. Wawancara dilakukan kepada narasumber dan responden untuk mendapatkan data primer dan data skunder untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

E.     Metode Analisis Data
1.      Analisis Pendapatan Usahatani Tanaman Karet
Analisis ini digunakan untuk mengetahi besarnya pendapatan yang diperoleh dari tanaman karet.
a.       Total Biaya
Total Biaya Produksi merupakan seluruh biaya (biaya tetap dan biaya variabel) yang dikeluarkan dalam usahatani (Soedarsono, 1992).
Total biaya dirumuskan dengan menggunakan rumus :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total Cost / Biaya total.
TFC           = Total Fixed Cost / Total Biaya Tetap.
TVC          = Total Variabel Cost / Total Biaya Variabel.
b.      Penerimaan
Jumlah penerimaan total didefinisikan sebagai penerimaan yaitu penjualan barang tertentu dikalikan dengan harga jual satuan (Soedarsono, 1992). Penerimaan/pendapatan kotor karet diperoleh menggunakan rumus :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total Revenue / Total Penerimaan
P    = Price / Harga Produk
Q   = Quantity / Jumlah Produk

c.       Pendapatan
Menurut Mubyarto (1994), pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut :
I = TR – TC

Keterangan :
I     = Income / Pendapatan
TC = Total Cost / Biaya Total
TR = Total Revenue / Total Penerimaan
2.      Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Karet
a.       Revanue Cost Ratio (RCR)
RCR pada usahatani tanaman karet PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang, ditentukan dengan rumus :
RCR =
RCR > 1    => Layak
RCR = 1    => Impas
RCR < 1    =>Tidak Layak
b.      Break Event Point (BEP)
Merupakan keadaan pendapatan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan (titik impas). BEP pada usahatani tanaman karet di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang ditentukan dengan rumus :
1)      BEP Q
BEPQ digunakan untuk menentukan beberapa volume produksi minimal karet yang harus dicapai di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang sesuai dengan harga pasar sat penelitian. Secara matematik BEP produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEPQ            =         
Apabila BEP(Q) < jumlah produksi, maka usahatani karet layak diusahakan.
Apabila BEP(Q) > jumlah produksi,  maka usahatani karet tidak layak diusahakan.
2)      BEPRp
BEPRp digunakan untuk menentukan berapa minimal harga karet yang ditawarkan sesuai dengan produksi karet yang dicapai di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEPRp          =         
Keterangan :
FC : Fixied Cost / Biaya Tetap
P                : Price / Harga jual per unit
VC            : Variabel Cost / Biaya Variabel.

3.      Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani.
Analisis Biaya Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani digunakan untuk mengetahui pengaruh biaya sarana produksi dan tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani karet, digunakan analisis regresi linear dengan model matematis sebagai berikut :
Ŷ         = Prediksi pendapatan (Rp)
A         = Konstanta / intersep (Rp)
B         = Koefisien regresi
X1          = Biaya bibit (Rp)
X2          = Biaya pupuk (Rp)
X3          =Biaya pestisida (Rp)
X4          = Biaya tenaga kerja (Rp)
Untuk mengetahui adanya pengaruh biaya dalam usahatani karet terhadap pendapatan dilakukan dengan uji Anova (Uji-F). Apabila terdapat pengaruh yang signifikan maka bisa dilanjutkan dengan Uji-t terhadap koefisien regresinya. Untuk memudahkan ketepatan dan keakuratan, data diolah dengan menggunakan MS Exel atau SPSS.
Untuk menganalisis model tersebut, dilakukan pengujian dengan menggunakan :
a.       Uji F (Uji Simultan)
Uji F dipergunakan untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan / serempak.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : b1, b2, b3, b4 = 0. Artinya tidak ada pengaruh yabg signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Ha : bi ≠ 0. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan (minimal satu variabel).
Kriteria uji :
Penelitian pada level probabilitas α = 5%
Jika F hitung > tabel atau signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima dan jika F hitung < F tabel atau signifikasi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b.      Uji t (Uji Parsial)
Mengetahui seberapa signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial (masing-masing).
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : XI = 0 artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial.
Ha : Xi ≠ 0 artinya variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan  berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial.
Kriteria uji :
Penelitian pada level probabilitas α = 5%
Jika t hitung > tabel atau signifikan < 0,05, maka Ha diterima dan jika t hitung < t tabel atau signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
c.        Koefisiensi Determinasi (R2)
Koefisiensi determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya nilai koefisien determinasi yaitu antara 0 ≤ R2 ≤ 1 dan dinyatakan dalam persen (%).
Koefisien determinasi  (R2) bernilai 0, berarti tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y, sebaliknya nilai koefisien determinasi (R2) 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan perkiraan model.




Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
DATA KUESIONER
A.    IDENTITAS RESPONDEN
1.      NOMOR PERUSAHAAN                            :
2.      NAMA PERUSAHAAN                               :
3.      UMUR PERUSAHAAN                               :                       TAHUN
4.      JENIS USAHA                                              :
5.      LUAS LAHAN                                              :
6.      JUMLAH TENAGA KERJA SADAPAN    :
B.     BIAYA USAHA TANI
1.      BIAYA TETAP                                             :
a.       PAJAK/ TAHUN                                     : Rp.
b.      SEWA LAHAN                                       : Rp.
TOTAL BIAYA TETAP (TFC)               : Rp.
2.      BIAYA VARIABEL                                                :
a.       BIBIT/ BATANG                                                : Rp.
b.      MEMBUAT POLA/ LAKARAN                        : Rp.
c.       TENAGA KERJA/ HARI                                   : Rp.
d.      HARGA PISAU SADAP                                    : Rp
e.       HARGA MANGKOK/ KARUNG         : Rp
f.       HARGA TALANG SADAP/ IKAT       : Rp
g.      HARGA EMBER LATEK Besar/Kecil   : Rp.
h.      HARGA KAYU BAKAR M2                : Rp.
i.        PREMI PRODUKSI/ KG                                    : Rp.
TOTAL BIAYA VARIABEL  (TVC)    : Rp.
TOTAL BIAYA USAHA TANI (TC)    : Rp.          TFC + TVC          )
C.     PENDAPATAN
1.      PRODUKSI KARET/ BULAN                    :                       KG/ TON
2.      HARGA KARET/ KG                                  : Rp.
3.      HARGA LUMPUTIH/ BOSO                     : Rp.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1982, karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
----------- 1996. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sumbawa, 147 P.
-----------  2005 Pelatihan Teknis Budidaya Karet. Balai Penelitian Getas.
Arikunto, 2006. Metode Penentuan Sampel, Jakarta, Rieneka Cipta.
Karyudi. Dr, 2006 Pedoman Penyadapan Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungai Putih.
Mubyarto, 1997. Konsep Usahatani. Pustaka LP3ES Jakarta.
Setyamidjaja, Djoehana,1982. Karet Budidaya dan Pengolahan, Yasuguna, Jakarta.
Sumangun, H, 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Soedarsono, 1992. Metode Analisis Data, Jakarta, Balai Pustaka.
Mubyarto, 1997. Konsep Usahatani. Pustaka LP3ES Jakarta.
Nadzir, 1998. Metode Dasar Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia.