ANALISIS
PENDAPATAN USAHA TANI TANAMAN KARET
DI
PT. PERKEBUNAN SIDOREJO UNGARAN BARAT
KABUPATEN
SEMARANG JAWA TENGAN
USULAN PENELITIAN UNTUK PROPOSAL S-1
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
Oleh
:
NAMA :
NUR SETYO
NIM :
132001607
KELAS :
6 B
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN FARMING SEMARANG
Jl. Pawiyatan Luhur IV/ 15 Bendan Duwur, Semarang
50235
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah Nya, sehingga penulis dapat membuat proposal dengan judul
“Analisis Usaha Tani dan Pendapatan Budidaya Tanaman Karet di PT. Perkebunan
Sidareja Ungaran Barat di Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Proposal
ini disusun bertujuan untuk dasar usulan penelitian proposal S1 program
Agrobisnis Sekolah Tinggi ilmu peternakan Farming Semarang Tahun 2017 dan
menambahkan informasi tentang analisis usaha tani dan pendapatan budidaya
Tanaman Karet (Hevea brasillieusis).
Proposal ini juga di harapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan kepada
yang membacanya.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat menggharapkan kritik dan saran yang
sifatnya dapat membangun terutama untuk kesempurnaan proposal ini.
Akhir
kata penulis menggucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian proposal ini, semogga proposal ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
DAFTAR ISI
Motto........................................................................................................................ i
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Permasalahan................................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
D. Manfaat
Penelitian....................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 4
A. Klasifikasi
Tanaman Karet........................................................................... 4
B. Syarat
Tumbuh Tanaman Karet................................................................... 5
C. Budidaya
Tanaman Karet............................................................................ 6
D. Cara
Penanaman Tanaman Karet................................................................. 7
E. Pelaksanaan
Penanaman Tanaman Karet .................................................... 8
F.
Peremajaan................................................................................................. 12
G. Penyadapan................................................................................................ 12
H. Analisis
Usaha Tani Karet.......................................................................... 13
I.
Analisis Pendapatan Usaha Tani................................................................ 14
J.
Hipotesis.................................................................................................... 18
III METODE
PENELITIAN............................................................................. 19
A. Lokasi
dan Waktu Penelitian .................................................................... 19
B. Metode
Dasar Penelitian............................................................................ 19
C. Metode
Penentuan Sampel........................................................................ 19
D. Metode
Pengumpulan Data ...................................................................... 19
E. Metode
Analisis Data................................................................................ 20
Daftar
Pustaka
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia
merupakan negara agraris dimana sebagaian besar mata pencaharian penduduknya
berasal dari sektor pertanian. salah satu sektor pertanian tersebut adalah
budidaya perkebunan.
Tanaman
karet masuk di Indonesia pada tahun 1876, kemudian penanaman karet di Indonesia
mengalami perkembangan sangat pesat. Perkebunan di Indonesia pertama kali
didirikan pada pada tahun 1902 di Sumatera dan beberapa kebun didirikan di
daerah lain, terutama di pulau Jawa. Perkembangan yang sangat pesat terutama,
pada tahun 1910, sehingga dalam waktu 12 tahun mengalami hampir semua tanaman
selain tebu. Selanjutnya pada tahun 1940 Indonesia tercatat sebagai negara
pengekspor karet ke dua setelah Malaisia. Namun sejak tahun 1959 produksi karet
Indonesia mulai ketinggalan walaupun area pertanian lebih luas.
Karet
merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi perekonomian bangsa
Indonesia, karna mampu menghasilkan devisa yang cukup besar selain minyak bumi
dan kayu. Untuk meningkatkan produksi karet Indonesia maka perlu dilakuakan
penanganan secara serius dalam budidaya tanaman karet, dimana salah satunya
menyangkut pemungutan hasil yang besar dan tepat. Besarnya produksi tanaman
karet ditentukan 3 faktor penting yaitu :
1. Sifat
keturunan tanaman itu sendiri.
2. Kesuburan
dan kesehatan tanaman.
3. Cara
menyadap atau memungut hasil.
Sebagai
tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karena banyak diusahakan
sebagai tanaman perkebunan di Indonesia. Tanaman karet mulai diusahakan dari
luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi.
Usaha budidaya tanaman karet
mempunyai tujuan agar tanaman dapat mencapai keadaan yang optimal, yang meiputi
pengolahan tanah, pembibitan, pemeliharaan, peremajaan dan pengendalian hama
dan penyakit serta penyadapan.
B.
Permasalahan
Setiap
usaha yang dijalankan pada umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan
keuntungan dengan biaya tertentu atau meminimalkan biaya dengan keuntungan
tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut diharapkan pada berbagai kendala
dinataranya adalah produktifitas yang rendah, terbatasnya kemampuan petani dan
modal yang sedikit.
Perumusan masalah dalam penelitian ini
dapat disusun dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut :
1. Berapakah
pendapatan usaha tani tanaman karet petani di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran
Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?
2. Bagaimana
kelayakan usahatani tanaman karet petani di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran
Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?
3. Bagaimana
pengaruh biaya bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap pendapatan
usaha tani tanaman karet di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang
Jawa Tengah ?
C.
Tujuan
Tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui besar pendapatan usaha
tanaman karet petani di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa
Tengah ?
2.
Untuk mengetahui kelayakan usaha tani
tanaman karet petani PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa
Tengah ?
3.
Untuk mengetahui pengaruh biaya bibit,
pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terhadap pendapatan usaha tani tanaman karet
di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kab.Semarang Jawa Tengah ?
D.
Manfaat
Penelitian
Hail penelitian
diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Sebagai
sambungan informasi bagi petani perkebunan karet agar dapat menjadi bahan
pemikiran dalam upaya meningkatkan pendapatan.
2. Sebagai
bahan informasi bagi lembaga atau istansi terkait dalam menggambil kebijakan
terhadap peningkatan pendapatan dan memperbaiki taraf hidup petani, khususnya petani
tanaman karet.
3. Sebagai
bahan perbandingan atau refrensi bagai peneliti lain yang ingin meneliti lebih
lanjut masalah yang erat hubungannya dengan masalah penelitian.
II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Klasifikasi
Tanaman Karet
Tanaman Karet memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Klas :
Dicotyledone
Ordo :
Euphorbiaceae
Familia :
Euphorbiaceae
Spwcies :Havea
brasiliensis
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman karet
merupakan akar tunggal. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh
tinggi dan besar.
Daun karet berwarna hijau, apa bila akan akan rontok berubah
warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal”
kerontokan daun pada setiap musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun
utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang
tangkai anak daun antara 3-10 cm. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat
pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
yang meruncing, tepinya rata dan gindul, tidak tajam.
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat
dalam malai payung tambahan yang jarang. Bunga betina berambut ukurannya lebih
besar sedikit dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga.
Bunga jantan memiliki 10 benang sari yang tersusun menjadi stu tiang. Kepala
sari terbagi dalam dua karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain.
Buah Karet memiliki ruang pembagian yang jelas. Masing-masing
ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang – kadang
sampai 6 ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan
pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan
tanaman karet secara alami. Biji-biji yang terlontar, kadang-kadang sampai
jatuh, dann akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung.
Biji Karet terdapat dalam setiap ruang buah. jumlah biji sama
dengan jumlah ruang yaitu 3-6. Ukuran biji lebih besar dengan kulit yang keras.
Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak yang berpoola yang khas.
B.
Syarat
Tumbuh Tanaman Karet
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan
lateks yang optimal, maka harus diperhatikan syarat lingkungan yang diinginkan
tanaman ini, karena lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan disamping
perawatan yang baik.
Daerah penanaman, curah hujan yang, ketinggian tempat, temperatur
dan kondisi tanah merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk tumbuh dan
perkembangannya tanaman karet dengan baik.
Daerah yang terbaik untuk penanaman tanaman karet terletak
antara 5° LS dan 6° LU. Hal ini berhubungan dengan
distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun, dengan musim kemarau yang
tidak panjang (Soetedjo), sedangkan curah hujan yang dibutuhkan oleh tanamnan
karet antara 1500 – 4000 mm/ tahun. Akan tetapi lebih baik apabila curah hujan
itu merata sepanjang tahun.
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara
1-600 m dari permukaan laut. suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata -
rata 25°-30° C. Apabila dalam waktu jangka panjang
suhu harian rata - rata kurang dari 20°
C. Maka tanaman tidak ditanam didaerah tersebut.
Sinar matahari yang cukup melimpah di negara-negara tropis
merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan
intensitas yang cukup paling tidak selama 5-7 jam.
Tanaman yang derajat keasamannya mendapat mendekati normal
cocok untuk ditanaman karet, tanah yang agak masam lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman karet dari pada tanah yang basa. Derajat keasaman tanah yang paling
cocok adalah 5-6, sedangkan batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4-8. Karet memerlukan tanah
dengan kedalaman dan kegemburan serta kemampuan menahan air yang baik.
Topografi tanah sedikit banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman
karet. Akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan perkebunan karet datar dan
tidak berbukit-bukit. Tanah yang datar memudahkan pemeliharaan, penyadapan,
serta pengangkutan lateks.
C.
Budidaya
Tanaman Karet
1.
Pengolahan
Tanah
Tujuan dari pengolahan tanah adalah untuk memberikan tempat
tumbuh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet. Untuk tanaman
karet membutuhkan tanah olahan dengan kedalaman mencapai 60 – 80 cm, dengan
mencangkul 2 sampai 3 kali agar tanah menjadi gembur, dan dibuat bedengan –
bedengan dengan ukuran 1,5 – 5 m, panjang sesuai kebutuhan, sedangkan jarak
antara bedengan 50 cm.
Tanah yang memiliki kemiringan diatas 10° hendaknya dibuat teras. Dengan lebar
teras minimal 1,5 cm, dengan jarak antara teras satu denagan yang lain 7 m,
untuk jarak tanaman 7x 3 m. Pada kemiringan yang sama dibuat satu teras.
Pembuatan teras dilakukan dengan cara menggali tanah yang
landai kedalam. Tanah galian ini kemudian di timbun di bagian tanahnya sehingga
terbentuk teras. Pembuatan teras dimaksudkan agar tanah tidak tererosi.
2.
Penanaman
Tanaman Karet
Penanaman
harus direncanakan sebaik – baiknya, untuk mendapatkan hasil yang baik
diperlukan sistem penanaman yang sesuai. Ada dua sistem penanaman yang sesuai,
yaitu sistem monokultur dan sistem tumpang sari.
a.
Sistem
Monokultur
Pada sistem monokultur, sistem penanamannya dengan jarak segi
tiga bujur sangkar, dan tidak teratur. Sistem jarak segitiga dan jarak bujur
sangkar menghasilkan jarak tanam yang teratur dan hanya bisa diterapkan pada
penanaman dibawah datar sampai agak datar. Sedangkan jarak yang tidak teratur
hanya untuk penanaman ditanah yang miring diteras. Penanaman dengan sistem
jarak tidak teratur membuat penampakan barisan yang tidak sempurna.
b.
Sistem
Tumpang Sari
Penanaman tumpang sari
harus direncanakan dari semula. Jarak tanah harus sesuai, kalau tidak akan
menyebabkan tanaman terlalu rapat, akibatnya akan terjadi persaingan penyerapan
unsur hara dan sinar matahari.
D.
Cara
Penanaman Bibit Tanaman Karet
1. Pembingkaran Bibit
Bibit dari okulasi yang ditanam
dikebun biasanya diperoleh dri kebun pembibitan atau dari poligon. Untuk
memindahkannya, bibit ini harus dibongkar terutama dari bibit yang berasal dari
kebun pembibitan. pengambilan ibit disesuaikan dengan jenis yang ditanam.
Biasanya bibit stumata tidur mempunyai 2 – 3panjang daun. Pembongkarn bibit
dilakukan dengan jalan mengali parit sedalam 50 cm di sisi baris bibit.
Kemudian bibit dipeganag pada bagian atas okulasi dan dicabut, jumlah akar
tunggan harus satu buah dan lurus jika lebih dari satu, akar yang lain
dipotong, setelah itu bibit siap di tanam.
2. Pengangkutan
Bibit yang siap
tanam sering menempuh jarak yang cukup jauh, meskipun masih terletak pada satu
kebun. Perlakuan untuk bibit yang harus menempuh jarak yang cukup jauh
dilaksanakan dengan membungkus bibit. Dengan tujuan untuk menghindari
terjadinya kerusakan mata tunas atau batang okulasi.
3. Kebutuhan Bibit
Kebutuhan bibit
tiap hektar di pengaruhi oleh jarak tanam. Dengan jarak tanam 6m x 2.5m jumlah
bibit yang di tanam untuk satu hektar adalah 666,6 pohon. Disamping bibt yang
ditanam langsung, disiapkan pula bibit untuk sulam sebanyak 10% dari jumlah
yang akan ditanam sehingga jumlah bibit harus siapkan berjumlah 66 batang.
E.
Pelaksanaan
Penanaman Tanaman Karet
1.
Penanaman
Tanaman Karet
Sebelum
penanaman, lubang tanaman harus sudah siap. Lubang tanam dibuat dengan jarak
antara 6 m x 2.5 m. Pembuatannya di mulai dengan mengajir lubang tanam sesuai
jarak tanam tersebut.
Lubang
tanaman untuk okulasi stum mini atau bibit dalam kantong plastik adalah 60 x 60
x 60 cm. Sedangkan untuk okulasi stum tinggi umur 2-3 tahun adalah 80 x 80 x 80
cm jika akar tunggang bibit lebih tinggi dari 80 cm maka dibagian tengah lubang
tanaman ditugal sedalam 20 cm.
2.
Penanaman
tanaman penutup tanah
Untuk menahan
dan mencegah terjadinnya erosi dilakukan penanaman tanaman penutup tanah.
Selain itu tanaman penutup tanah bisa mempercepat matang sadap dan mempertinggi
hasil lateknya. Jenis tanaman penutup tanah dibedakan 3 golongan yaitu tanaman
merayap, tanaman semak dan tanaman pohon.
3.
Pemeliharaan
tanaman karet
Perawatan
tanaman sebelum menghasilkan meliputi :
a)
Penyulaman.
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman
karet berumur 1 - 2 tahun. Pada tahun ketiga tidak lagi ada penyulaman tanaman
karet. Penyulaman jangan dilakukan pada terik matahari. Sebelum penyulaman
diketahui dahulu kematian bibit jika di sebabkan oleh jamur atau bakteri,
sebaiknnya tanah dibebas dari bibit yang mati diberi fungisida atau
bakterisida.
b)
Penyiangan.
Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan
cara manual dan kimia. Cara manual biasannya dilakukan dengan bantuan carang
atau cangkul. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali dalam satu tahun. Cara manual ini
dapat dilakukan jika kebun karet tidak terlalu luas, karna semakin luas kebun
karet akan semakin banyak tenaga dan waktu.
Dengan cara kimia, gulma dapat
dikendalikan herbisida karna lebih efektif dan praktis. Penggunaan herbisida harus
diperhatikan jangan sampai merusak tanaman karet maupun tanaman penutup tanah.
ada 2 macam herbisida yang digunakan yaitu kontak dan sistemik
Untuk tanaman penutup tanah penyiangan
dilakukan secara manual yaitu dibabat dengan sabit atau parang. Tanaman penutup
tanah ini harus dibiarkan hidup karena berguna sebagai penyedot unsur hara
nitroge.
Semak dan perdu sulit diberantas secara
kimiawi hannya dapat diberantas secara manual. Caranya dengan mendongkel akar –
akar semak dan perdu kemudian di bakar. Alat yang dipakai adalah cangkul dan
gancu.
c)
Pemupukan.
Pemupukan kekurangan unsur hara pada
tanaman karet pada hakekatnya berhubungan erat dengan kebutuhan unsur – unsur
untuk pertumbuhandan dan penyadap. Tanda – tanda kekurangan unsur hara bisa
diperhatikan di pemupukan tanaman.
Untuik menghemat biaya, maka informasi
tentang jumlah pohon sangat diperlukan untuk penentuan banyak tanaman yang
digunakan. Pohon – pohon yang baik untuk disadap saja yang dipupuk dan dosis
pemupukan dihitung perpohon. Pada karet, pupuk yang biasa dipakai adalah pupuk
tunggal.
Waktu pemupukan tidak bisa dipastikan
karena masing – masing daerah di Indonesia berlain sifat dan keadaan iklimnya
sedangkan pengadaan pupuk harus diperhitungkan agar jangan sampai tersisa untuk
pemupukan berikut.
Pemberian pemupukan harus dilakukan 2 kali
setiap setahun dengan dosis berdasarkan tanah.
Metode
pemupukan yang bisa diterapkan misalnya sebagai berikut :
- Pupuk
ditaburkan antara larikan – larikan dan barisan. Tanah di antara baris harus
benar – benar bebas dari gulma.
- Pupuk
ditaburkan sekeliling pohon dengan jarak 1 – 1,5 cm dengan terlebih dahulu
dibuat saluran.
- Pupuk
ditaburkan dengan sistem tapal kuda. Cara sama dengan cara diatas, namun hanya
setengah lingkaran.
- Pupuk
ditaburkan dilarik antara pohon karet yaitu 1,5 m dari pohon.
d)
Pengendalian Hama Penyakit.
Kerusakan dan kematian tanaman merupakan
masalah penting dalam perkebunan karet. Kerusakan dan kematian tanaman karet
salah satu penyebab adalah serangan hama dan penyakit.
Hama
dan penyakit yang penting pada tanaman karet adalah :
1. Hama
Rayap
Gejala
: pula ujung tanaman karet mudah rusak, terlihat bekas gesekan. Bagian dalam
batang terdapat lubang besar dari ujung stum sampai akar. Akar tanaman terputus
– putus bahkan tidak lagi berujung akar.
Pengendalian dan pencegahan rayap
dilakukan dengan cara kultur teknis, mekanisme, dan kimia. Secara kultur teknis
rayap dapat dikendalikan dengan membersihkan kebun dari tunggak dan sisa – sisa
akar. Secara mekanis, rayap dapat dikendalikan dengan dipancing atau diumpan
agar keluar dari stum, dengan umpan ubi kayu. Rayap lebih tertarik pada umpan
dari pada stum sehingga tanaman karet terbebas dari serangan. Secara kimiawi
rayap dapat dibunuh dengan insektisida.
Uret
Gejala
: tanaman menjadi layu, berwarna kuning bahkan mati akibat tidak berakar lagi.
Penyebabnya adalah uret tanah, ada banyak
jenis uret tanah antara lain Helotrichia, Expholis SP, dan lepidiota SP, biasanya
menyerang pada tanaman dipembibitan. Pengendalian dengan cara mekanis dan kimiawi.
Secara kemarau digunakan insektisida.Beberapa hama karet yang lain yaitu
tanaman, siput, tungau, babi hutan dan rusa.
2. Penyakit
1) Penyakit akar putih
Gejala
: daun tanaman menjadi pucat kuning dengan tepi ujungnya terlipat kedalam. daun
kemudian gugur dan ujung rantingnya mati. Pada akar tanaman tampak benang –
benang jamur putih dan agak tebal. Benang – benang tersebut menempel kuat pada
akar, Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk lunak dan berwarna coklat.
Disebabkan
oleh : jamur Rigidoporus lignosus.
Pengendalian
dan pencegahan dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi. Secara kultur
teknis teknis dengan menanam tanaman penutup tanah jenis Leguminasae yang mampu
menekan penularan jamur ini seperti Calopogonium Caerukum.
Sedangkan
secara kimiawi dengan fungsida.
2) Penyakit Akar Merah
Gejala
: warna daun berubah menjadi pucat suram kemudian menguning dan akhirnya
berguguran. Perakarannya diliputi benang-benang jamur berwarna merah muda
sampai tua. Dalam keadaan kering, benang-benang jamur berwarna putih. Sedangkan
kalau keadaan kalau keadaan dibasahai, benang benang ini akan menjadi merah
kembali. Akar tanaman yang sakit akan membusuk dan berwarna jingga kehitaman.
Disebabkan
oleh jamur Ganoderma pseudofirum.
Pengendalian
: secara kimiawi dengan fungisida dan secara kultur teknis.
3) Penyakit Embun Tepung
Gejala
yang timbul yaitu daun muda berwarna hitam, lemas, keriput seperti berlendir.
Dibawah permukaan daun terdapat bercak-bercak bundar berwarna putih seperti
tepung halus terdiri dari benang-benang hifa dan spora jamur. Helaian daun yang
tua berbercak kuning, tetapi hanya beberapa yang gugur.
Serangan
pada bunga menyebabkan bunga berguguran.
Disebabkan
oleh oidium heveae.
Pengendaliannya
yaitu tidak menanam klon-klon yang peka terhadap penyakit tepung seperti GT 1,
PR 225, WR 101 didaerah yang terserang.
4) Penyakit Jamur Upas
Gejala
pada pangkal atau bagian atas pada percabangan tampak benang-benang putih
seperti sutera. Bagian kayu dibawah kulit menjadi rusak dan menghitam.
Penyebabnya
adalah jamur Croticium salmonicolor.
Pengendaliannya
dengan menanam klon-klon yang tahan, misalnya Auros 2037 dan dengan fungisida.
5) Penyakit Busuk Pangkal Batang
Gejala
yang ditimbulkan yaitu kulit kering dan pecah-pecah sedang kayu bagian atas
masih baik dan utuh, kemudian kulit tersebut menjadi hitam dan bagian kayunya
rusak. Disebabkan oleh Botryodiplodia theobromae.
Pengendaliannya
dengan menggunakan fungisida
F.
Peremajaan
Peremajaan tanaman karet dilakuakn pada kebun-kebun karet yang
pohon sudah tidak produktif dengan baik. Karet yang sudah tua ditebang dan
akarnya dibongkar. Peremajaan dilakuakn seperti pada saat penanaman baru.
Tetapi pada penanaman bibit karet perlu dilakukan pemupukan karena bekas kebun
sangat kurang unsur haranya.
G.
Penyadapan
a)
Penggambaran
Penyadapan
Kriteria
sadap pohon adalah ukuran besarnya batang pohon yang mulai dapat disadap.
Sedangkan kriteria sadap tanaman adalah jumlah pohon yang dapat mulai disadap
dalam suatu pertanaman. Kriteria sadap yang telah ditetapkan adalah :
· Pohon
karet sudah dapat dipungut hasilnya apabila keliling lingkaran batang pada
tinggi 1 m dari leher akar sudah berukuran 35-45cm.
· Kebun
karet sudah dapat disadap bila 55% dari jumlah tanaman pada kebun tersebut
sudah memenuhi syarat tersebut diatas.
Untuk
tanaman okulasi, bukan sadap pertama, pada bidang sadap pertama dilakukan pada
ketinggian 130 cm dari bats pertautan bidang okulasi sampai titik terendah
irisan sadap,
Untuk
sadapan diatas baik pada tanaman asal biji maupun okulasi, bidang sadap
dilakukan tanah pada sisi yang berseberangan dengan sadapan awal. Penyadapan
dilakukan terus hingga titik terendah sadapan atas dengan jarak 10 cm dari
titik tertinggi sadapan bawah.
Pada
tanaman susulan tinggi bukan sadapan pertama adalah 130 cm dari batas pertautan
okulasi atau pada ketinggian yang sama dengan tanaman lain yang sudah disadap.
b) Pelaksanaan Penyadapan
Kulit
karet akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu agar pengotoran pada
lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadapan ada hal-hal
yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisanm, waktu pelaksanaan dan
pemulihan kulit bidang sadap.
c)
Ketebalan
Irisan Penyadapan
Tebal
irisan yang dianjurkan adalah 1.5-2 mili meter dari lapisan kambium. Bagian ini
harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan
kambium tersentak, maka kulit pulihan akan rusak
d)
Waktu
Penyadapan
Penyadapan
hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 04.00 sampai pukul 06.00 pagi,
sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 09.00 sampai pukul 10.00
pagi.
H.
Analisis Usaha Tani Karet
Usaha tani adalah suatu organisasi produksi dimana
petani sebagai pelaksana mengorganisasi alam, tenaga kerja dan modal
ditunjukkan pada produksi disektor pertanian, baik berdasarkan pada pencarian
laba atau tidak. Keadaan alam dan juga
iklim mempunyai pengaruh pada proses produksi. Untuk mencapai hasil produksi
diperlukan pengaturan yang cukup intensif dalam penggunaan modal dan biaya,
modal dan faktor-faktor lain dalam usahatani (Hernanto, 1996).
Tujuan usahatani adalah diperolehnya produksi
setinggi mungkin dengan biaya serendah-rendahnya. Usahatani yang baik adalah
usaha tani yang produktif dan efisien. Usahatani yang produktif adalah
usahatani yang memiliki prduktifitas yang tinggi, yang ditentukan oleh penggunaan
faktor produksi pertanian atau input seperti bibit, tenaga kerja, modal dan
faktor- faktor produksi lainnya. Usahatani yang efisien adalah usahatani yang
secara ekonomis menguntungkan, biaya dan pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan
untuk produksi lebih kecil dari harga jual atau hasil penjualan yang
diterima dari hasil produksi (Mubyarto,
1995).
Penani menjadi seorang pengusaha yang mengelola
pengalokasian input dengan efisien untuk memperoleh produksi yang maksimal.
Tujuan memaksimalkan produksi berguna bagi peningkatan keuntungan dari ketiga
usahatani. Kendala yang dihadapi petani yaitu keterbatasan biaya padahal
keuntungan harus tetap dicapai, maka penggunaan biaya harus ditekan untuk
memperoleh keuntungan yang besar (Mubyarto,1995)
1.
Analisis Pendapatan Usaha tani
a. Total biaya produksi
Total biaya produksi merupakan seluruh biaya (biaya
tetap dan biaya variabel) yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani
(Soedarsono,1992). Total biaya dirumuskan dengan :
TC = TFC+TVC
Keterangan : TC
= Total Cost/Total biaya
TFC = Total Fixed Cost/Total biaya tetap
TVC = Total Variable Cost/Total biaya variable
b. Penerimaan
Soedarsono (1992) menyatakan bahwa jumlah penerimaan
total didefinisikan sebagai penerimaan yaitu penjualan barang tentu dikalikan
dengan harga jual satuan. Penerimaan dirumuskan dengan:
TR = R x Q
Keterangan : TR
= Total
Revanue/Penerimaan Total
P = Price/Harga
Q = Quantity/Jumlah
Produksi
c. Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan
diterima oleh seseorang atau rumah tangga dalam jangka waktu tertentu.
Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dan
kekayaan seperti sewa , bunga serta pembayaran transfer atau penerimaan dari
pemerintah tunjangan sosial (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Pendapatan yang
diterima petani adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan : I = TR - TC
I =
Income/Pendapatan
TR = Total Revanue/Penerimaan Total
TC = Total Cost/Biaya Total
2. Analisis Kelayakan Usahatani
Kelayakan usahatani adalah penilaian yang dilakukan
dalam melaksanakan usahatani dibidang pertanian secara umum, dikelola dengan
baik, dicatat keuangannya sehingga dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai.
Sehingga dapat digunakan sebagai indikator, untuk menentukan tindakan perbaikan
dan menilai kelayakan usahataninya (Mubyarto, 1997).
A. Revanue Cost
Ratio (RCR)
RCR atau dikenal dengan perbandingan antara
penerimaan dan biaya total. Sehingga RCR dapat dirumuskan sebagai berikut :
RCR =
Keterangan
: TR = Total Revanue/Penerimaan total
TC = Total Cost/Biaya total
B. Break Even Point (BEP)
BEP adalah keseimbangan
antara total penerimaan dengan total pengeluaran (Mubyarto,1997). Ada 2 macam
BEP untuk menilai kelayakan budidaya, yaitu BEPQ, dan BEPRp.
1)
BEP Produksi
(BEPQ)
BEPQ digunakan menentukan beberapa volume
produksi minimal yang harus dicapai sesuai dengan harga pasar. Secara
matematika BEP produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEPQ =
-
BEPQQ
>jumlah produksi, maka
usahatani tersebut tidak layak diusahakan.
2)
BEP Harga (BEPRp)
BEP(Rp) digunakan
untuk menentukan berapa minimal harga yang ditawarkan sesuai dengan produksi
yang dicapai. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEP(Rp)=
BEP(Rp) <
harga satuan pasar, maka usahatani tersebut layak diusahakan, apabila BEP(Rp)
> harga satuan pasar, maka usahatani tersebut tidak layak diusahakan.
B.
Return Of Investment (ROI)
ROI adalah nilai
keuntungan yang diperoleh dari sejumlah uang yang diinvestasikan pada kurun
waktu tertentu. Analisin ROI ini digunakan untuk mengukur efisien modal.
Merupakan ukuran perbandingan pendapatan bersih (keuntungan) dengan total biaya
produksi (Mubyarto, 1997). Secara matematis ROI dirumuskan sebagai berikut :
ROI =
x 100
ROI > tingkat
suku bunga bank yang berlaku, maka usahatani tersebut layak diusahakan apabila
nilai ≤ tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha tani tersebut tidak
layak untuk diusahakan.
3.
Analisis
Pengaruh Biaya Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usaha tani.
Analisis Pengaruh Biaya
Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani digunakan untuk
mengetahui pengaruh biaya sarana produksi dan tenaga kerja terhadap pendapatan
usahatani karet digunakan analisis regresi linier dengan modal matematis
sebagai berikut :
Ŷ = a + b1X1
+b2X2 + b3X3 + b4X4
+ e
Keterangan :
Ŷ =
Prediksi pendapatan (Rp)
a =
Konstanta/ Intersep (Rp)
b =
Koefisien regresi
X1 =
Biaya bibit (Rp)
X2 =
Biaya pupuk (Rp)
X3 =
Biaya pestisida (Rp)
X4 =
Biaya tenaga kerja (Rp)
Untuk mengetahui
pengaruh biaya dalam usaha tani karet terhadap pendapatan dilakukan dengan uji
Anova (Uji-F). Apabila terdapat pengaruh yang signifikan maka bisa dilanjutkan
dengan Uji-t terhadap koefisien regresinya. Untuk memudahkan ketepatan dan
keakuratan, data diolah dengan menggunakan MS Exel atau SPSS.
Untuk menganalisis model tersebut, dilakukan
pengujian dengan menggunakan :
a)
Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk
mengetahui seberapa signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat secara simultan/serempak.
Hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : b1,
b2, b3, b4 = 0. Artinya tidak
ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat
secara simultan.
Ha : bi
≠ 0. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan (minimal satu variabel).
Kriteria uji :
Penelitian pada level
probabilitas α = 5%
Jika F hitung > F
tabel atau signifikasi < 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b)
Uji t (Uji
parsial)
Mengetahui seberapa
signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial
(masing-masing).
Hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut :
HO : Xi
= 0 artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan
berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial.
Ha : Xi ≠ 0
artinya variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan berpengaruh terhadap
variabel terikat secara parsial.
Kriteria uji :
Penelitian pada level
probabilitas α = 5%
Jika t hitung > t
tabel atau signifikan < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
dan jika t hitung < t tabel atau signifikan > 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
c)
Koefesiensi
determinasi (R2)
Koefisiensi determinasi
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Besarnya nilai koefisien determinasi yaitu antara 0 ≤ R2 ≤
1 dan dinyatakan dalam persen(%). Koefisien determinasi (R2)
bernilai 0, berarti tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y,
sebaliknya nilai Koefisien determinasi (R2) 1 berarti suatu
kecocokan sempurna dari kecepatan perkiraan model.
J.
Hipotesis
Penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian yang dianggap benar, untuk membuktikanya perlu dilakukan
penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Diduga usaha tani karet di Kelompok tani Rahayu IV
Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang menguntungkan.
2. Diduga usaha tani karet di Kelompok tani Rahayu IV
Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang layak secara finansial untuk
diusahakan.
3. Diduga biaya sarana produksi bibit, pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja usaha tani karet di Kelompok tani Rahayu IV Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang berpengaruh terhadap pendapatan
usaha petani.
III METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat
Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih berdasarkan beberapa alasan
diantara lain :
1.
Merupakan salah
satu daerah di Kabupaten Semarang yang menghasilkan getah karet.
2.
Mempunyai
potensi yang besar dalam pengembangan usaha pemasaran karet, baik lokal maupun
mancanegara.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai bulan mei 2017
periode tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari
pihak-pihak penyadapan berkepentingan dengan penelitian sebanyak-banyaknya dan
selengkap mungkin.
B.
Metode Dasar Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nadzir,
1998).
C.
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penyadap yang ada di PT.
Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 52 orang. Karena
populasi kurang dari 100, maka semua populasi digunakan sebagai sampel/sensus
(Arikunto, 2006).
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melakukan survey, artinya dengan menggunakan kuesioner sebagai alat utama untuk
mengumpulkan data secara sistematis dan akurat. Cara yang digunakan dalam
pengumpulan data ini adalah dengan wawancara. Wawancara dilakukan kepada
narasumber dan responden untuk mendapatkan data primer dan data skunder untuk
mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
E.
Metode Analisis Data
1.
Analisis
Pendapatan Usahatani Tanaman Karet
Analisis ini digunakan
untuk mengetahi besarnya pendapatan yang diperoleh dari tanaman karet.
a.
Total Biaya
Total
Biaya Produksi merupakan seluruh biaya (biaya tetap dan biaya variabel) yang
dikeluarkan dalam usahatani (Soedarsono, 1992).
Total
biaya dirumuskan dengan menggunakan rumus :
TC
= TFC + TVC
Keterangan
:
TC = Total
Cost / Biaya total.
TFC = Total
Fixed Cost / Total Biaya Tetap.
TVC = Total
Variabel Cost / Total Biaya Variabel.
b.
Penerimaan
Jumlah
penerimaan total didefinisikan sebagai penerimaan yaitu penjualan barang
tertentu dikalikan dengan harga jual satuan (Soedarsono, 1992).
Penerimaan/pendapatan kotor karet diperoleh menggunakan rumus :
TR
= P x Q
Keterangan
:
TR = Total
Revenue / Total Penerimaan
P = Price
/ Harga Produk
Q = Quantity
/ Jumlah Produk
c.
Pendapatan
Menurut
Mubyarto (1994), pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total penerimaan
dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut :
I
= TR – TC
Keterangan
:
I = Income
/ Pendapatan
TC = Total
Cost / Biaya Total
TR = Total
Revenue / Total Penerimaan
2.
Analisis
Kelayakan Finansial Usahatani Karet
a.
Revanue Cost Ratio
(RCR)
RCR pada usahatani tanaman karet PT. Perkebunan
Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang, ditentukan dengan rumus :
RCR =
RCR
> 1 => Layak
RCR
= 1 => Impas
RCR
< 1 =>Tidak Layak
b.
Break Event Point
(BEP)
Merupakan keadaan pendapatan yang diterima sama
dengan biaya yang dikeluarkan (titik impas). BEP pada usahatani tanaman karet
di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang ditentukan dengan
rumus :
1)
BEP Q
BEPQ digunakan untuk menentukan beberapa
volume produksi minimal karet yang harus dicapai di PT. Perkebunan Sidorejo
Ungaran Barat Kabupaten Semarang sesuai dengan harga pasar sat penelitian.
Secara matematik BEP produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEPQ =
Apabila
BEP(Q) < jumlah produksi, maka usahatani karet layak diusahakan.
Apabila BEP(Q) >
jumlah produksi, maka usahatani karet
tidak layak diusahakan.
2)
BEPRp
BEPRp
digunakan untuk menentukan berapa minimal harga karet yang ditawarkan
sesuai dengan produksi karet yang dicapai di PT. Perkebunan Sidorejo Ungaran
Barat Kabupaten Semarang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEPRp =
Keterangan
:
FC : Fixied
Cost / Biaya Tetap
P : Price / Harga jual per unit
VC : Variabel Cost / Biaya Variabel.
3.
Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap
Pendapatan Usahatani.
Analisis Biaya Produksi dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan
Usahatani digunakan untuk mengetahui pengaruh biaya sarana produksi dan tenaga
kerja terhadap pendapatan usahatani karet, digunakan analisis regresi linear
dengan model matematis sebagai berikut :
Ŷ = Prediksi
pendapatan (Rp)
A = Konstanta /
intersep (Rp)
B = Koefisien
regresi
X1 =
Biaya bibit (Rp)
X2 =
Biaya pupuk (Rp)
X3 =Biaya
pestisida (Rp)
X4 =
Biaya tenaga kerja (Rp)
Untuk mengetahui adanya pengaruh biaya dalam usahatani karet
terhadap pendapatan dilakukan dengan uji Anova (Uji-F). Apabila terdapat
pengaruh yang signifikan maka bisa dilanjutkan dengan Uji-t terhadap koefisien
regresinya. Untuk memudahkan ketepatan dan keakuratan, data diolah dengan
menggunakan MS Exel atau SPSS.
Untuk menganalisis model tersebut, dilakukan pengujian
dengan menggunakan :
a.
Uji F (Uji Simultan)
Uji F dipergunakan untuk mengetahui
signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan /
serempak.
Hipotesis yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Ho : b1, b2,
b3, b4 = 0. Artinya tidak ada pengaruh yabg signifikan
dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Ha : bi ≠ 0.
Artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat secara simultan (minimal satu variabel).
Kriteria uji :
Penelitian pada level probabilitas α
= 5%
Jika F hitung > tabel atau
signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
dan jika F hitung < F tabel atau signifikasi > 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
b.
Uji t (Uji Parsial)
Mengetahui seberapa signifikan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial
(masing-masing).
Hipotesis yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Ho : XI =
0 artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan berpengaruh
terhadap variabel terikat secara parsial.
Ha : Xi ≠ 0
artinya variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat secara
parsial.
Kriteria uji :
Penelitian pada level probabilitas α
= 5%
Jika t hitung > tabel atau
signifikan < 0,05, maka Ha diterima dan jika t hitung < t
tabel atau signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
c.
Koefisiensi
Determinasi (R2)
Koefisiensi determinasi digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Besarnya nilai koefisien determinasi yaitu antara 0 ≤ R2 ≤ 1 dan
dinyatakan dalam persen (%).
Koefisien determinasi (R2) bernilai 0, berarti tidak ada
hubungan antara variabel X dan variabel Y, sebaliknya nilai koefisien
determinasi (R2) 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan
perkiraan model.
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
DATA KUESIONER
A.
IDENTITAS
RESPONDEN
1.
NOMOR PERUSAHAAN :
2.
NAMA PERUSAHAAN :
3.
UMUR PERUSAHAAN : TAHUN
4.
JENIS USAHA :
5.
LUAS LAHAN :
6.
JUMLAH TENAGA
KERJA SADAPAN :
B.
BIAYA USAHA TANI
1.
BIAYA TETAP :
a.
PAJAK/ TAHUN : Rp.
b.
SEWA LAHAN : Rp.
TOTAL BIAYA TETAP (TFC) : Rp.
2.
BIAYA VARIABEL :
a.
BIBIT/ BATANG :
Rp.
b.
MEMBUAT POLA/
LAKARAN : Rp.
c.
TENAGA KERJA/
HARI :
Rp.
d.
HARGA PISAU
SADAP :
Rp
e.
HARGA MANGKOK/
KARUNG : Rp
f.
HARGA TALANG
SADAP/ IKAT : Rp
g.
HARGA EMBER
LATEK Besar/Kecil : Rp.
h.
HARGA KAYU BAKAR
M2 : Rp.
i.
PREMI PRODUKSI/
KG :
Rp.
TOTAL BIAYA VARIABEL
(TVC) : Rp.
TOTAL BIAYA USAHA TANI (TC) : Rp. TFC + TVC )
C.
PENDAPATAN
1.
PRODUKSI KARET/
BULAN : KG/ TON
2.
HARGA KARET/ KG : Rp.
3.
HARGA LUMPUTIH/
BOSO : Rp.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
1982, karet. Penebar Swadaya,
Jakarta.
----------- 1996. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian
Sumbawa, 147 P.
----------- 2005 Pelatihan
Teknis Budidaya Karet. Balai Penelitian Getas.
Arikunto,
2006. Metode Penentuan Sampel,
Jakarta, Rieneka Cipta.
Karyudi. Dr, 2006 Pedoman
Penyadapan Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungai Putih.
Mubyarto,
1997. Konsep Usahatani. Pustaka LP3ES
Jakarta.
Setyamidjaja, Djoehana,1982. Karet Budidaya dan Pengolahan, Yasuguna, Jakarta.
Sumangun, H, 1989. Penyakit-penyakit
Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Soedarsono, 1992. Metode
Analisis Data, Jakarta, Balai Pustaka.
Mubyarto,
1997. Konsep Usahatani. Pustaka LP3ES
Jakarta.
Nadzir,
1998. Metode Dasar Penelitian.
Jakarta, Ghalia Indonesia.