TUGAS
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dosen : Dr. Cuk Jaka Purwanggono, ST, MM
Ari
Arwani 151010145
Program Studi Menejemen
Fakultas Ekonomi
UNVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
Jln. Menoreh Tengah X/22 Sampangan,
Semarang
2017
1. Maksud dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah aktivitas dalam usaha memecahkan masalah, menetapkan berbagai
alternatif yang dianggap paling rasional
dan sesuai dengan lingkungan organisasi.
Adapun tujuan
dari pengambilan keputusan adalah Memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap
paling menguntungkan dari beberapa alternatif yang dihadapi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya
yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancer dan tujuan
dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi
hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang harus
dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk
memecahkan masalah tersebut.
2. Jenis pengambilan
keputusan
a.
Keputusan terprogram adalah keputusan yang terstruktur atau yang muncul berulang
– ulang.
b.
Keputusan yang tidak terprogram. apabila keputusan baru pertama kali muncul dan tidak
terencana. Keputusan semacam itu memerlukan penanganan khusus, untuk memecahkan
masalah, karena belum ada pedoman khusus dalam menangani masalah tersebut.
3. Sitem pengambilan
keputusan
a. Dalam sistem keputusan tertutup
menganggap bahwa keputusan terpisah dari masukan yang tidak diketahui dari
lingkungan. Sistem pengambilan keputusan tertutup biasanya
menggunakan model kuantitatif. Dalam sistem ini pengambil keputusan
dianggap:
i.
Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat
atau hasilnya masing-masing.
ii.
Memiliki metode yang memungkinkan dia membuat urutan
kepentingan semua alternatif.
iii.
Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya
laba, volume penjualan, atau kegunaan.
b. Sistem
Keputusan terbuka. Memandang keputusan sebagai berada dalam suatu
lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh
lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian mempengaruhi
lingkungan. Pengambil keputusan dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya
rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas
yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan
menangani suatu model keputusan. Model keputusan terbuka menganggap bahwa
pengambil keputusan:
i.
Tidak mengetahui semua alternatif dan semua hasil
ii.
Melakukan pencarian secara terbatas untuk menemukan
beberapa alternatif yang memuaskan.
iii.
Mengambil suatu keputusan yang memuaskan tingkat
aspirasinya.
4. Dasar-dasar
pengabilan keputusan.
a.
Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan,
yaitu :
i.
Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah
untuk memutuskan.
ii.
Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah
yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang
singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan
keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi,
pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari
pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan
intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering
diabaikan.
b.
Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional
berkaitan dengan daya guna. Masalah-masalah yang dihadapi merupakan
masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana
dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
c.
Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh
sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan
istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara
sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari
data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang
kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan
sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan
yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat
sulit.
d.
Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan
semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang
berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan
tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah
permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika
masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi
masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat
bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang
menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
e.
Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority)
yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas
dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan,
memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi
maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan
sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan
berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati
permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
5. Tahapan (proses)
pengambilan keputusan.
Tahap 1 : Pemahaman dan Perumusan Masalah
Para manager sering menghadapi kenyataan
bahwa masalah yang sebenarnya sulit dikemukakan atau bahkan sering hanya
mengidentifikasikan masalah, bukan penyebab dasar. Para manager dapat
mengidentifikasi masalah dengan beberapa cara. Pertama, secara sistematis
menguji hubungan sebab-akibat. Yang kedua, mencari penyimpangan atau perubahan
dari yang normal.
Contoh: Seorang manajer perusahaan berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang
mampu membeikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang masalah atau
kesempatan.
Tahap
2 : Pengumpulan dan Analisis Data yang Relevan.
Setelah menemukan dan merumuskan masalah,
manajer harus memutuskan langkah-langkah selanjutnya. Manajer pertama kali
harus menentukan data-data apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang
tepat dan kemudiaan mendapatkan informasi tersebut.
Contoh: seorang manajer harus mengumpulkan data yang akurat
sebelum menentukan alternative pemecahan masalah.
Tahap
3 : Pegembangan Alternatif yang ada
Kecenderungan untuk menerima alternatif
keputusan pertama yang fleksibel sering menghindarkan manager dari pencapaian
penyelesaian yang terbaik untuk masalah yang sedang dihadapi. Pengembangan
sejumlah alternatif memungkinkan manajer menolak kecenderungan untuk membuat
keputusan terlalu cepat dan membuat keputusan yang efektif. Manager harus
memilih suatu alternatif yang cukup baik, walaupun bukan sesuatu yang sempurna
atau ideal.
Contoh: Dalam prakteknya manajer tidak selalu mempunyai informasi yang
lengkap. Maka diperlukan tindakan kongkret dari manajer berupa pemunculan
ide-ide atau inovasi brau yang berguna untuk peningkatan mutu perusahaan.
Tahap
4 : Evaluasi Alternatif
Setelah manajer mengembangkan sekumpulan
alternatif, manager harus mengevaluasi sekumpulan alternatif, manager harus
mengevaluasi untuk menilai efektifitas setiap alternatif.
Contoh: Keputusan manajer untuk menggunakan mesin baru dalam operasi mungkin
akan mengurangi biaya tapi mungkin juga dapat menurunkan fleksibilitas operasi.
Oleh karena itu evaluasi ini diperlukan untuk mengavaluasi resiko yang mungkin
ditimbulkan dari alternatif yang akan diambil tersebut.
Tahap
5 : Pemilihan Alternatif Terbaik
Pembuatan keputusan merupakan hasil
evaluasi berbagai alternatif. Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah
informasi bagi manager dan ketidaksempurnaan kebijakan manajer.
Contoh: Dengan terpilihnya suatu alternatif terbaik, manajerpun harus mulai
mampu menggerakkan pegawainya lewat pemberian materi atau bahan yang cukup di
mengerti serta pemeriksaan lebih lanjut mengenai apa saja yang dibutuhkan
nantinya.
Tahap
6: Implementasi Keputusan
Setelah alternatif terbaik dipilih, para
manager harus membuat rencana untuk mengatasi berbagai permasalahan dan masalah
yang mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan. Dalam hal ini, manager perlu
memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya
suatu keputusan. Disamping itu, pada tahapimplementasi keputusan manager juga
perlu menetapkan prosedur laporan kemajuaan periodik dan mempersiapkan tindakan
korektif bila masalah baru muncul dalam pembuatan keputusan, serta merancang
peringatan dini untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Contoh: Manajer mulai memberikan perintah,wewenang serta tanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas-tugas tertentu dan juga mulai menetapkan skedul kegiatan atau
anggaran,mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan.
6. Maksud istilah
berikut
a.
Kepastian (Certainty).
Pengetahuan yang lengkap dan akurat mengenai hasil tiap pilihan. Hanya ada satu
hasil untuk setiap pilihan.
Model Pengambilan keputusan
dalam keadaan kepastian (Certainty), menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya
mempunyai satu hasil (pay off tunggal). Model ini disebut juga Model Kepastian/
Deterministik.
b.
Resiko (Risk). Hasil
yang mungkin timbul dapat diidentifikasi dan satu kemungkinan yang terjadi dapat
dihubungkan dengan masing-masing hasil. Model
pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko (Risk), menggambarkan bahwa setiap rangkaian
keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing
kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat diketahui.
Model Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.
c.
Ketidakpastian
(Uncertaninty). Berbagai hasil mungkin terjadi dan dapat diidentifikasi, tetapi
tidak ada pengetahuan dari kemungkinan yang dapat dihubungkan dengan
masing-masing hasilnya. Model Pengambilan keputusan dengan ketidakpastian (Uncertainty), menggambarkan bahwa setiap rangkaian
keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing
kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat diketahui/ditentukan. Model
Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah situasi yang paling sulit untuk
pengambilan keputusan. (Kondisi yang penuh ketidakpastian ini relevan dengan
apa yang dipelajari dalam Game Theory)