TEMAN BARU MISTERIUS
Maya turun dari mobil dan memandang rumah baru di depannya
tanpa kata. Rumah itu indah dan terlihat nyaman. Namun Maya tidak yakin apakah
ia akan betah tinggal disana. Maya sebetulnya tidak ingin pindah rumah. Ia
sangat sedih saat harus pindah sekolah dan berpisah dari teman-temannya.
Sebaliknya, Ned, adik Maya, tampak semangat dan berwow-wow
mengagumi rumah baru mereka. Tanpa
istirahat dulu, Ned bahkan langsung keliling kompleks.
Untuk menghibur diri, Maya pun langsung masuk ke kamarnya
barunya. Ia membaca buku cerita favoritnya sampai jatuh tertidur.
“Maya ... sudah waktunya makan malam.”
“Oh.” Maya langsung terbangun dan melihat Ibunya sudah
berdiri di ambang pintu.
“Ibu tunggu di ruang makan ya. Ayah dan Ned sudah siap di
meja makan, Ah, jangan lupa tutup jendelanya, ya!” Ibu tersenyum lembut,
menunggu anggukan dari Maya, kemudian beranjak pergi.
Sebenarnya Maya tidak berselera makan. Namun ia tetap
beringsut turun dari tempat tidurnya. Ia tak mau mengecewakan ibu. Ibu pasti
sudah membuat masakan istimewa untuk merayakan hari kepindahan mereka.
Maya melangkahkan kaki lesu kearah jendela yang masih
terbuka. Hmm memang sudah malam. Matahari sore tadi kini sudah berganti dengan
bintang – bintang yang bertebaran terang dilangit.
Tetapi , eh lupa!?
Maya melongokkan kepala keluar jendela. Di seberang jalan,
ada rumah bertingkat yang gelap dan berpagar tinggi seperti puri penyihir,
rumah itu memiliki jendela-jendela kaca yang berjajar rapi dan sama bentuk.
Semua gelap kecuali satu.
Ya. Maya bisa melihat pendaran cahaya yang redup di salah
satu jendela kaca itu. Dan disana, ada sepasang mata mengintip dari balik tirai
yang tersibak!!
Maya sontak menutup jendela hiiiiii apakah itu hantu? Maya
bergidik ngeri
***
Hari pertama di sekolah baru berlalu dengan cukup
menyenangkan.
Maya mendapatkan teman sebangku yang baik dan lucu.
Teman-teman lain di kelas barunya juga tampak menyenangkan.
“teman-teman di kelas baruku juga baik. Dan perpustakaan
nya dua kali lebih besar dari perpustakaan di sekolah kita yang lama.
Buku-bukunya juga jauh lebih banyak. Aku sudah mendaftar jadi anggota
perpustakaan dan meminjam buku ensiklopedia yang terbaru,” cerita Ned penuh
semangat.
Maya tersenyum, ikut senang melihat semangat adiknya yang
baru kelas 3 SD itu.
O iya! Aku juga sudah dapat teman baru yang asyik. Rumahnya
di situ!” Ned menunjuk rumah bertingkat di seberang jalan.
Maya membulatkan mata, “rumah bertingkat itu? Kata Ayah,
itu rumah kosong!”
“Tapi kemarin aku
benar-benar kenalan dengan anak yang tinggal dirumah itu. Untuk membuktikan
mereka pun datang ke rumah itu. Mereka memencet bel dan mengetuk pintu
berkali-kali. Namun, tak ada seorangpun yang muncul.
“Ned, jangan-jangan teman barumu itu ... hantu .. “ bisik
Maya
“Bukan. Tapi, kalaupun itu hantu, ya, tidak apa-apa kalau
dia baik hatii... “ Ned malah tertawa-tawa.
Ihhhh !! Maya jadi kesal dan makin penasaran.
Karena itulah, malamnya Maya mengintip dari jendela dan
memperhatikan rumah misterius itu.
Tak lama, sosok itu muncul lagi. Kali ini lebih jelas, sosok
itu adalah sosok anak laki-laki berwajah pucat yang berumur sama dengan Maya.
Maya memberanikan diri memandang anak misterius itu lebih
lama. Namun, anak laki-laki itu menutup tirai jendela dan menghilang dengan
cepat.
Apa anak itu benar-benar hantu? Pikir Maya dengan jantung
berdegub.
***
Pagi ke dua di sekolah yang baru, Maya terkesiap.
Anak mkisterius yang terlihat tadi malam, masuk ke kelas
Maya. Ia duduk di bangku pojok belakang!! Namun tak ada satu anak pun yang
bicara padanya ataupun melihat kearahnya. seolah-olah tidak terlihat!!
Saat anak laki-laki itu menoleh ke arah Maya dengan
wajahnya yang putih pucat, Maya langsung berlari keluar kelas memanggil Ned.
“Ned, dia ada dikelasku. Ayo!” kata Maya dengan bapas
tersengal.
“Siapa?” Walau heran dan tak mengerti, Ned tetap berjalan
cepat mengikuti kakaknya.
Maya pun menceritakan tentang sosok yang dilihatnya dua
malam ini. “ mungkin anak yang kulihat itu adalah teman barumu yang tinggal di
seberang rumah kita.”
Akan tetapi, saat mereka berdua kembali ke kelas Maya, anak
berwajah pucat itu sudah menghilang lagi.
Hah !? jadi mana yang benar? Anak itu hantu atau bukan?
Maya hanya bisa terpaku dan bertanya-tanya kebingungan.
Jam demi jam terasa terlewat begitu lambat. Saat akhirnya
bel istirahat berbunyi, Maya langsung lega.
Hari ini, Maya nyaris tak bisa berkonsentrasi . ia terlalu
penasaran dengan anak berwajah pucat yang muncul dan menghilang di kelas tadi
pagi. Apa anak itu adalah anak yang sama dengan anak yang menjadi teman baru
Ned?
“ Kamu sedang ada masalah, ya?” Lora teman sebangku Maya,
akhirnya bertanya. “ kalau ada masalah, cerita saja. Siapa tahu aku bisa
bantu.” Lora berkata dengan wajah serius. “ Ah ! mungkin kalau masalahmu
terlalu berat, aku tidak bisa membantu. Tapi paling tidak , kamu akan merasa
lega setelah bercerita.” Kali ini Lora nyengir
Maya jadi tertawa saat melihat cengiran Lora. Maya senang
karena Lora begitu perhatian dan ingin membantu. Namun Maya juga bingung
bagaimana cara menceritakan kejadian-kejadian aneh yang dialaminya.
“Jadi, ada apa?” Lora bertanya lagi.
“Mmm ...” Maya mengedarkan pandangannya. Setelah yakin
semua teman sekelasnya sudah keluar dari kelasn, Maya pun menceritakan apa yang
dialaminya.
Akan tetapi, Lora malah tertawa. “ Itu Ega. Dia teman
sekelas kita. Bukan hantu sama sekali. Kemarin dia tidak masuk, karena sakit.
Dan hari ini, dia datang tapi isin pulang lagi. Ternyata dia masih merasa tidak
enak badan.”
Maya nyengir. Sakit? Pantas saja anak itu berwajah pucat.”
Tapi kok, semua anak disini tidak ada yang memperhatikannya?”
“ Soalnya, dia aneh. Kami tidak akrab dengan dia.” Jawab
Lora.
Eh? Aneh? Tidak ada yang bertemman akrab dengan anak itu?
Maya mengerutkan dahinya. Ia tidak menyangka kelau di kelas
barunya ada hal yang seperti ini. Di dalam kelas yang tampaknya sangat kompak
ini, ternyata ada satu anak berbeda.
***
Saat berjalan pulang, Maya bercerita tentang Ega pada Ned.
“Dia baik, kok!” sanggah Ned. “ Ega tidak aneh sama
sekali.”
Maya hanya bisa mengedikkan bahu bahu sambil terus
melangkah.
“Ah!” Maya menghentikan langkahnya tiba-tiba.
“Kata Lora, rumah besar bercat hijau di dekat lapangan itu
adalah rumah Ega.”
“ Eh? Rumahnya bukan yang ada di depan kita itu?” Ned
mengerutkan dahi, bingung. “ Ah. Kenapa kita tidak buktikan saja?” putus Ned.
:”Katanya dia sakit, kan? Sekaliyan saja kita tengok. Ayo kak,”
Mau tak mau, Maya pun mengikuti adiknya menuju ke rumah
bercat hijau itu.
***
Seperti kata Lora, rumah itu memang rumah Ega. “ ayo
masuk.” Ibu Ega tampak senang dengan kedatangan Ned dan Maya. “ Ega, teman-temanmu
datang menjengukmu.”
“Eh?” seorang anak berwajah pucat dan berselimut tebal yang
sedang duduk di sofa ruang tamu itu, menoleh kaget.
Maya juga tak kalah kaget. Namun, dalam hati, ia merasa
sangat lega. Anak berwajah pucat yang dilihatnya ada di balik jendela itu ....
anak yang pagi ini muncul di kelasnya itu ..... ternyata memang Ega. Dan saat
melihat senyuman Ned, Maya langsung tahu, kalau Ega memang si teman baru yang
diceritakan Ned.
Akan tetapi, masih ada satu misteri lagi. Kalau Ega tinggal
disini, kenapa dua malam ini ia ada di rumah kosong yang ada di depan rumahnya?
***
“oooh, begitu,” Ned manggut-manggut. “ Jadi, rumah di
sebrang rumah kami itu adalah rumah pamanmu?”
Ega mengangguk, “ Paman sekarang ini bekerja sebagai
peneliti di luarr negeri. Sejak kecil, aku sering menginap dan menghabiskan
waktu di rumah pamanku. Sampai sekarang juga masih begitu. Soalnya, pamanku
punya banyak koleksi buku. Bahkan segala macam buku ensiklopedia juga tersedia
lengkap di rumah pamanku.
“Benarkah?” mata Ned langsung berbinar.
Tak lama, mereka berdua sudah asyik ngobRol soal berbagai
buku dan segala macam pengetahuan. Ega yang sebenarnya masih sakit, tampak
bersemangat berdiiskusi dengan Ned.
Maya hanya menonton dengan geli. Ned dan Ega tampak sangat
cocok. Pembicaraan mereka seperti tak ada habis – habisnya. Maya lega setelah
tahu kalau Ega bukan anak aneh yang tak bisa berteman dengan siapapun.
“Hei, kakaku sempat mengira kamu ini hantu.” Ega mengangkat
alis. “ Aku tidak tahu kalauada tetangga baru. Jadi saat melihatmu dijendela,
kupikir kamu juga hantu.”
“Tapi, kan, kamu sudah kenal Ned,” ujar Maya.
Ega meringis. “ Aku
tidak tahu kalu Ned punya kakak. Ned juga tidak cerita kalau dia tinggal di
Depan rumah pamanku .”
Mereka langsung tertawa karena sama-sama telah berfikir
konyol. Hi hi ....