PERBEDAAN BAHASA DAERAH
Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa,
keduanya merupakan adat dan warisan budaya bahasa dari para leleuhur, dan
keduanya juga merupakan bahasa terbesar yang digunakan di tanah air,
Banyak sekali persamaan bahasa yang
digunakan, tapi tentu tidak sedikit perbedaan yang ada pada kedua bahasa
tersebut :
Jawa
|
Sunda
|
Indonesia
|
Siji
Loro
Telu
Papat
Limo
Enem
Pitu
Wolu
Songo
Sepuloh
Godong telo
Ireng
Abang
Manis
Njero
Mangan
Dolan
Gedang
Kates
|
Hiji’
Dua’
Tilu’
Opat
Lima’
Genep
Tujuh
Salapan
Sambilan
Sapuluh
Daun sampe’
Hideng
Berem
Amis
Jero’
Dahar
Ulin
Kates
Papaya’
|
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Daun ubi
Hitam
Merah
Manis
Dalam
Makan
Main
Pisang
Pepaya
|
Kesenian Suku Sunda
1. Kirab Helaran
Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis
kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan
arak-arakan dalam bentuk pagelaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara
khitanan atau acara-acara khusus seperti: menyambut tamu, hiburan peresmian,
kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang
diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa
arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini
yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot
Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok
masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak,
kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor. .( 3
gplus,wordpress.com )
2 Karya Sastra
Di bawah ini terdapat beberapa daftar karya sastra dalam
bahasa Jawa yang berasal dari daerah kebudayaan Sunda, yaitu: Babad
Cerbon, Cariosan Prabu Siliwangi, Carita Ratu Galuh, Carita Purwaka Caruban Nagari, Carita Waruga
Guru, Kitab Waruga Jagat, Layang Syekh Gawaran, Pustaka Raja Purwa, Sajarah Banten, Suluk Wuyung Aya, Wahosan Tumpawarang, Wawacan Angling
Darma, Wawacan Syekh Baginda Mardan, Kitab Pramayoga /jipta Sara.( 3
gplus,wordpress.com )
3. Pencak Silat Cikalong
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk
setempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh
Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik
perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah
pengembangan kebudayaan Sunda seperti: musik kecapi suling Cianjuran, klompen
cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll. (3
gplus,wordpress.com)
4. Seni Tari
a. Tari Jaipong
b. Tari Merak
c. Tari Topeng
d. Seni Bangreng
e. Rengkong
f. Kuda renggong
Stratifikasi Suku
Sunda
Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda, mempunyai
ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung pada
penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti
terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari
keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat yang lebih
luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat banyak
dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top leader”
yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan
keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan
sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di
dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan
perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida,
menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau
agraris.
Perbedaan status di antara kelompok elite dengan masyarakat
umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan, pendidikan, ekonomi, prestige
sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah meneliti masyarakat Jawa Barat
mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan “out group” dalam struktur masyarakat. Kaum
memandang sesamanya sebagai “in group” sedang di luar status mereka dipandang
sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya Decision–making Process
in Four West Java Villages (1971) juga menyimpulkan bahwa ada stratifikasi
masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat terdiri dari
lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh politik, agama dan
petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh tani, serta pedagang
kecil termasuk pada kelompok massa. Informal leaders, yaitu mereka yang tidak
mempunyai jabatan resmi di desanya sangat berpengaruh di desa tersebut, dan
diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan
kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat
penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau sebutan bagi
setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut, aki, bapa,
anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur, dulur misan,
besan), melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan kerukunan
sosial. Bapa/indung, aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi
dalam struktur hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak, incu, alo, suan.
Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi (adik), ua lebih tinggi dari
paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan
menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya,
menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling
menolong di antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya
pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk keluarga inti baru.
Upacara Pernikahan Suku Sunda
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang
ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari
Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan
pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
2. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta
keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara.
Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita
sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa,
bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
3. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu
penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
4. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon
pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur,
makanan, dan lain-lain.
5. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak
dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
o Dipimpin pengeuyeuk.
o Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin
dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui
lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan
sebagainya.
o Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
o Disawer beras, agar hidup sejahtera.
o dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk
kasih sayang dan giat bekerja.
o Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah
tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
o Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon
pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan
diri.
o Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh
calon pengantin pria).
6. Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling
dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh.
Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki
yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai
taulan.
7. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan
berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
8. Upacara Prosesi Pernikahan
o Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak
wanita
o Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan
pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh
kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
o Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah
berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar,
lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung
panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru
dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
o Sungkeman,
o Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
o Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil
penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua
pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan
beras kuning atau kunyit ke atas payung.
o Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat
dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat
dipatahkan pengantin pria.
o Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan
sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin
wanita.
Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya
jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat
syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.(3 gplus, wordpress.com
)
Rumah adat sunda adlah satu dari
sekian banyaknya rumah adat yang ada di indonesia, rumah adat sunda sendiri
biasanya terkenal akan kesederhanaan dan memiliki nilai estetika yang tinggi,
selain itu rumah adat sunda ini identik dengan rumah yang berbahan dasar dari
bambu dan kayu, nah untuk membahas lebih lanjut berikut ini adalah beberapa
rumah adat sunda yang memang sudah terkenal di kalangan masyarakat.
- perahu kumureb
dalam bahasa indonesia sendiri bahwa
perahu kumureb adalah perahu yang terbalik, nah maksudnya adalah sebuah rumah
adat sund ayang dimana atapnya menyerupai sebuah perahu yang terbalik, selain
itu atap dalam bahasa sunda di sebut juga dengan suhunan.
- Suhunan jolopong
berbeda dengan yang sebelumnya, jika
pada perahu kumureb menyerupai sebuah perahu yang terbalik, pada suhunan
jolopong ini atap atau suhunan sebuah rumahnya memiliki ukuran yang panjang,
makanya di sebut dengan suhunan jolopong, yang dimana jika diartikan , suhunan
yang berarti atap, dan jolopong itu adalah panjang.
- capit gunting
sebuah rumah yang dibangun dengan
atap atau suhunan pada bagian depan dan belakangnya di bagian atasnya di
berikan kayu atau bambu yang lebih, sehingga akan menyilang layaknya sebuah
gunting.
- Badak heuay
Jika diartikan denga arti sbenarnya
badak heuay artinya adalah badak yang sedang menguap, namun dalam arti rumah
ini memiliki arti sebuah rumah yang di bangun seperti saung namun pada bagian
atas depannya di sambung dengan atap lainnya, sehingga jika dilihat dari sudut
lain akan nampak seperti badak yang sedang heuay atau badak yang sedang
menguap.
- Tagog anjing
sama seperti halnya badak heuay ,
pada rumah jenis ini yang membedakan hanya saja pada bagian depan yang di
berikan sambungan sehingga terlihat seperti sedikit turun, nah jika di lihat
maka akan seperti anjing yang sedang jongkok.
- julang ngapak
bangunan yang bagian atap sisi kiri
sedikit melebar ke samping, selain itu ada juga yang menyebutnya dengan
sorondoy gaplok , nah rumah dengan suhunan atau atap sejenis ini biasanya
banyak di gunakan oleh kebanyakan orang sunda.
KESENIAN
SUKU JAWA
Orang Jawa terkenal kerana kebudayaan seni yang sebahgian
besarnya dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yiaitu pementasan wayang.
Repertoir cerita wayang atau lakonan sebahagian besarnya berdasarkan roman
kesateriaan Ramayana dan Mahabharata.(Wapedia.mobi)
Tetapi kadangkala cerita islampun dipentaskan juga. Dengan
demikian, terdapat juga pengaruh Islam serta Dunia Barat.Tetapi, ada fersi
wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai
wayang orang,dan adapula yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh
dalang. Wayang yang dimainkan oleh dalng ini adalah berupa wayang kulit atau
golek.(id wikipedia.org)
Stratifikasi Suku Jawa
Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan
sosialnya. Pada dekad 1960-an, Clifford Geertz, pakar antropologi Amerika
Syarikat yang ternama, membahagikan masyarakat Jawa kepada tiga buah kelompok:
.(Wapedia.mobi)
1. kaum santri
Kaum santri adalh penganut agama islam yang taat, santri
adalah orang yang mempelajari agama di pesantren.Kaum santri biasanya
berprofesi dalam bidang agraris, serta menjadi pedagang,pengrajin,dan
pengusaha. .(id wikipedia.org)
2. kaum abangan
Kaum abangan adalah penganut islam secara nominal atau
penganut Kejawen,masih menganut animisme dan dinamisme.(Wapedia.mobi)
Abangan digunakan untuk mereka yang bukan priyai dan juga
bukan santri.Mata pencaharian kaum abangan adalh Petani, nelayan.(id wikipedia.org)
3. kaum priyayi.
Dalam kebudayaan jawa priyai adalah kelas sosial yangmengacu
pada golongan bangsawan, suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena
memiliki keturunan dari keluarga kerajaan. Golongan priyai tertinggi disebut
priyai ageng (bangsawan tinggi).Gelar daalam golongan ini terbagi menjadi
bermacam-macam berdasarkan tinggi rendahnya suatu kehormatan, beberapa gelar
dari yang tertinggi hingga dengan hanya satu gelar saja yaitu raden.Gelar dalam
Priyai juga dapat meningkat seiring dari usahanya. .(id wikipedia.org)
Kaum priyai adalh pembawa kebudayaan kota jawa tradisional
yang mencapai tingkat yang sempurna disekitar keraton yogya dan surakarta.Pada
umumnya kaum priayi berprofesi sebagai Guru atau seorang pegawai
Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang
warak, manakala kaum abangan adalah penganut Islam pada nama sahaja atau
penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan kaum bangsawan. Tetapi
kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan golongan sosial
dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi ini juga sulit diterapkan dalam
menggolongan kaum-kaum lain, misalnya orang-orang Indonesia yang lain serta
juga suku-suku bangsa bukan pribumi seperti keturunan-keturunan Arab, Tionghoa
dan India. .(id wikipedia.org)
Upacara Pernikahan
Adat Suku Jawa
Pada umumnya upacara perkawinan adat suku jawa dan suku
sunda itu sama, yaitu adanya:
1. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta
keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara.
Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita
sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa,
bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
2. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu
penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
3. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon
pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur,
makanan, dan lain-lain
4. memandikan calon pengantin yang disebut dengan siraman,
sehari sebelum pesta pernikahan.(www.kayadan sehat.blogsport)
5. Upacara malam Midodareni,yaitu merupakan malam dimana
sang calon pengantin wanita di pingitatau tidak boleh dilihat oleh calon pengantin
laki-laki. .(www.kayadan sehat.blogsport)
6. Upacara prosesi pernikahan
1. Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak
wanita
2. ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan
bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua
calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
3. Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah
berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar,
lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung
panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru
dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
4. Sungkeman.
ARSITEKTUR RUMAH
Susunan ruang dalam bangunan
tradisional Jawa pada prinsipnya terdiri dari beberapa bagian ruang yaitu :
1. Pendapa, difungsikan sebagai
tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal (pertemuan, upacara, pagelaran
seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan
merupakan ruang penerima yang mengantar orang sebelum memasuki rumah. Jalur
akses masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui
pendapa, melainkan justru memutar melalui bagian samping rumah
2. Pringgitan, lorong penghubung
(connection hall) antara pendapadengan omah njero. Bagian pringgitan ini sering
difungsikan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan
publik. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan
yangbiasanya lebarnya sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan
umum yang sifatnya nonformal
3. Omah njero, kadang disebut juga
sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga
digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah
unit tempat tinggal.
4. Senthong-kiwa, dapat digunakan
sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat penyimpanan beras dan alat
bertani.
5. Senthong tengah (krobongan),
sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan. Dalam gugus
bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthong-tengah ini paling dalam, paling
jauh dari bagian luar. Senthong-tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat
dari seluruh bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi
keluarga penghuni rumah tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang
yang sakral yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga.
Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni
rumah.
6. Senthong-tengen, fungsinya sama
dengan sentong kiwa
7. Gandhok, bangunan tambahan yang
mengitari sisi samping dan belakang bangunan inti.
No comments:
Post a Comment