Contoh Laporan PKL dengan judul perawatan dan perbaikan mesin industri, seperti mesin Cold Press, Hot Press, Double Saw, Glue Spider.

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pembaharuan pola pelaksanaan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan dimulai sejak dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tahun 1994, dan dilengkapi dengan sejumlah perangkat pelaksanaannya. Perkembangan selanjutnya, pelaksanaan PKL lebih dimantapkan lagi dengan menggunakan acuan yang lebih mendasar yaitu yang tertulis dalam buku “Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Globalisasi” yang disusun oleh satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997). Kemudian, penyelenggaraan PKL dibakukan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 323/U/1997 tentang  penyelenggaraan Sistim Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan tanggal 31 Desember 1997,  yang memuat komponen-komponen yang diperlukan dalam penyelenggaraan PKL. Inti dari “gerakan” ini adalah upaya untuk mendekatkan pendidikan kejuruan ke dunia usaha/industri.
Guna mendekatkan kesesuaian mutu tamatan yang meliputi kemampuan kerja dan sikap professional, maka diselenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang memuat aspek/ komponen Praktik kerja lapangan (PKL), yang meliputi praktik kerja langsung di lini produksi pada Dunia Usaha/ Dunia Industri.
Pekembangan IPTEK di perindustrian diimbangi dengan kemajuan alat-alat industri. Dengan harapan alat-alat yang ada tersebut dapat membantu proses industri. Hal itu  berkesinambungan dengan bidang teknik mesin. Salah satu jurusan teknik mesin adalah Mekanisasi Pertanian. Mekanisasi Pertanian Merupakan salah satu sasaran pengembangan dan penggunaan proses industri, unit operasi dan perancangan dalam skala besar. Peserta didik teknik mesin sebagai bagian dari sumber daya manusia untuk menunjang hal itu.Maka SMK Negeri 1 Bawen mewajibkan peserta didik untuk melaksanakan Praktik kerja lapangan sebagai kelengkapan dari ujian nasional khususnya yang dipelajari di bangku Sekolah Menengah Kejuruan.
Sesuai dengan hal-hal yang diperoleh penulis di dunia industri. Dunia industri penulis mendapatkan teori maupun pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesin industri, seperti mesin Cold Press, Hot Press, Double Saw, Glue Spider. Perbaikan dan perawatan tersebut meliputi perbaikan bagian mesin yang rusak, perbaikan bagian mesin yang tidak layak pakai karena usia maupun perawatan bagian mesin agar berumur panjang. Hal itu sangat membantu dalam maksimalnya produksi.Namun penulis menitikberatkan pada mesin Cold Press yang berfungsi untuk mengepres barcore yang sudah di lapisi lem. Maka penulis mengambil judul“Perawatan Dan Perbaikan Mesin Glue Spider Dalam Rangka Praktek Kerja Lapangan (PKL)”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada laporan PKL ini adalah sebagai berikut.
1.    Apa saja peralatan yang digunakan untuk perawatan dan perbaikan mesin Cold Press?
2.    Apa saja komponen mesin Cold Press  yang sering rusak?
3.    Bagaimana cara meminimalkan kesalahan kerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja?

C.     Tujuan Praktik kerja lapangan (PKL)
Pelaksanaan Praktik kerja lapangan (PKL) mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.         Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan dan etos kerja peserta didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja.
2.         Menumbuhkembangkan sikap profesionalisme peserta didik sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
3.         Memberi kesempatan pada peserta didik untuk memasyarakatkan diri pada suasana/ iklim kerja yang sebenarnya.
4.         Memperoleh masukan dan umpan balik guna perbaikan dan pengembangan kesesuaian pendidikan kejuruan.
5.         Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
6.         Meningkatkan dan meperkokoh keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dan dunia kerja.
7.         Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas dan profesional.
8.         Member pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai proses dari pendidikan.
9.         Menerapkan ilmu yang didapat dari bangku SMK dalam dunia kerja.
10.     Mendapatkan gagasan-gagasan dari praktik secara langsung di dunia industri untuk membuat inovasi dan laporan.

D.    Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan diadakannya Praktik Kerja Lapangan(PKL) sebagai penambahan belajar peserta didik di dunia industri secara langsung dapat praktik di lapangan sehingga harapannya, peserta didik dengan mudah dapat memahami kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan 3-4 bulan mulai dari 10 Agustus sampai dengan 14 November 2015. Berikut merupakan hasil yang diharapkan diadakannya PKL.
1.      Peserta didik dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada diperusahaan sehingga peserta didik dapat membuat hasil laporan sebagai bukti bahwa peserta didik telah melaksanakan PKL.
2.      Bisa mengenal dunia industri dengan jelas karena peserta didik praktik langsung di dunia industri.
3.      Sebagai pengalaman peserta didik. Jika kelak akan meneruskan bekerja di perusahaan, peserta didik sudah memiliki pengalaman.
4.      Peserta didik mempunyai wawasan kerja dari dunia kerja yang sesungguhnya.
5.      Peserta didik belajar dengan melihat langsung keadaan dunia industri.
6.      Peserta didik mendapatkan gagasan-gagasan dari praktik secara langsung di dunia industri untuk membuat inovasi dan laporan.
7.      Peserta didik mendapat gambaran dan peluang merintis kerja.
8.      Melatih mental kerja peserta didik di dunia industri.
9.      Peserta didik dapat menerapkan ilmu yang didapat dari bangku SMK dalam dunia kerja.
10.  Untuk lebih mengenal dan mengetahui teori serta penerapan keteknikan di dunia industri.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi.Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang.Ilmu perkayuan (dendrologi) mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi penanganan.
1.         Macam-macam kayu
a.              Kayu Jati
         Gambar 2.1 Kayu Jati

Siapa orang Indonesia yang tidak pernah mendengar nama Kayu Jati? Kayu yang memiliki predikat kayu kuat ini sering kali menjadi patokan bahan kayu yang berkualitas bagi banyak orang.Kayu yang memiliki warna umum coklat ini memiliki urat bewarna coklat gelap yang berjarak antara satu dengan yang lainnya sedikit jarang.
 Kayu Jati sebenarnya dibawa ke Indonesia sekitar tahun 1800 oleh Belanda ke Indonesia dan tumbuh subur di beberapa daerah panas di pulau Jawa, dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Kayu Jati yang berkualitas tinggi biasanya di supply oleh daerah yang memiliki temperatur panas dan tanah yang berkapur seperti di Jawa Tengah.
Kayu Jati terkenal akan kekuatan dan kepadatannya, yang mempengaruhi durabilitas kayu ini. Minyak didalam Kayu Jati dianggap membuatnya menjadi lebih tahan rayap, dan pori-pori nya yang kecil menyebabkan kayu ini dapat di finishing sangat halus.
Kepadatan Kayu Jati membuatnya menjadi kayu favorit untuk dibuat ukiran.Kayu jati memiliki kekerasan antara 630-720 Kgs/M3Kayu Jati saat ini juga sering diburu bekas-nya untuk menghasilkan produk berkesan rustic, dan dengan berbagai karakter yang disebutkan tadi Kayu Jati sangat cocok untuk di jadikan furniture berkelas dan bahan bahan ukiran.
B.  Kayu Meranti
               Gambar 2.2 kayu meranti

Kayu Meranti atau sering juga disebut Kayu Kalimantan merupakan kayu yang sering dipergunakan untuk membuat kusen, furniture dan panel.Mendapat julukan Kayu Kalimantan karna meskipun dapat tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai negara tropis, Kayu Meranti tumbuh paling baik di daerah Kalimantan.Batang Kayu Meranti dapat tumbuh hingga 70 meter dengan diameter bisa mencapai 4 meter lebih.Kayu Meranti yang bahasa latinnya Mahoni Philipina sering kita temui berwarna coklat kemerahan dan tanpa urat (grain), dijual di toko material sebagai papan atau kaso.
Kayu Meranti memiliki tingkat kekerasan antara 580-770 Kgs/m.
Selain sebagai bahan bangunan dan furniture, Kayu Meranti juga dapat di jadikan Pulp untuk kertas dan buah Tangkawang dari beberapa jenis Meranti dapat dijadikan bahan baku untuk kosmetik.
Berdasarkan karakteristik dari Kayu Meranti, Kayu ini lebih cocok digunakan untuk bahan bangunan atau furniture yang finishingnya menggunakancat.
C.  Kayu Merbau
            Gambar 2.3 kayu merbau

Kayu yang berasal dari Maluku dan Papua ini merupakan jenis kayu keras dan memiliki julukan sebagai Kayu Besi.Kayu Merbau telah menjadi primadona lokal dan eksport sejak lama karna kualitasnya yang superior.Kayu Merbau berwarna coklat abu gelap atau merah coklat gelap dengan arah serat yang hampir lurus.
Kayu ini dapat tumbuh menjulang hingga 50 meter dengan diameter hingga 2 meter.Karna kekerasan dan durabilitasnya, Kayu Merbau banyak dijadikan sebagai parkit untuk lantai, tiang bangunan, bak truk hingga digunakan sebagai bahan konstruksi jembatan.Saat ini harga Kayu Merbau cukup bersaing dengan harga Kayu Jati.
Daya tahan Kayu Merbau yang tinggi juga dapat diaplikasikan sebagai material konstruksi laut.Dalam pengolahannya, Merbau tidak sulit untuk dipotong dan di finishing, tapi cukup sulit untuk dibubut dan di paku karna meskipun keras memiliki sifat getas karna serat-seratnya yang pendek.
Dengan karakteristiknya tersebut, Kayu Merbau dapat dijadikan andalan sebagai bahan bangunan dan konstruksi.
D.      Kayu Sengon
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: sengon1
                        Gambar 2.4 kayu sengon

Kayu Sengon atau Albasia merupakan kayu khas daerah tropis dan dapat dengan mudah ditemui diberbagai toko material dalam bentuk kaso atau papan.Kayu Albasia termasuk kayu yang lunak dan sulit untuk langsung di finishing, karakternya yang berbulu dan berpori-pori besar dan mudah patah membuat Kayu ini tidak dapat langsung dijadikan material pembuat produk.

E.       Kayu Bangkirai
                                      Gambar 2.5 kayu bangkirai

Kayu yang memiliki nama lain Yellow Balau atau Balau ini banyak ditemukan di Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di Indonesia, Kayu ini banyak dipasok dari hutan Kalimantan. Kayu Bangkirai dapat tumbuh hingga 40 meter dengan diameter hingga 120 cm. Kayu ini bewarna kuning kecoklatan dengan kekerasan antara 880-990 kg/m3 hingga 1050 kg/m3 pada kekeringan 12%. Pada suhu normal Kayu Bangkirai dapat kering dalam waktu 12 hingga 1 bulan.Ikatan antar serat yang kuat dan mudah diolah menjadikan kayu ini cocok untuk decking, outdoor furniture, dan berbagai keperluan konstruksi lainnya namun pada beberapa jenis bangkirai seratnya cenderung mudah terbuka dam mudah melintir sehingga tidak disarankan dipergunakan pada konstruksi yang membutuhkan kestabilan tinggi.
Kayu Bangkirai cukup terkenal didunia perkayuan dengan tingkat keawetan dari kelas I hingga kelas III dan Kelas Kuat I dan II.Kayu Bangkirai memiliki berat jenis rata-rata 0.91.




F.        Kayu Kamper
                        Gambar 2.6 kayu kamper
Dahulu kala penggunaan getah beberapa jenis Kayu Kamper menjadi kapur barus merupakan kegiatan bisnis primadona yang membuat Sumatera menjadi terkenal.Penggunaan kapur barus dapat ditemui pada buku History of Sumatera (1783) yang ditulis oleh William Marsden, Kimiya’Al-‘Ltr (Abad ke-9) yang ditulis oleh Al-Kindi dan Actius dari Amida (502-578) serta berbagai tulisan lainnya yang mempropagandakan penggunakan kamper/kapur barus, bahkan disebutkan pula bahwa pada abad ke 2 masehi terdapat bandar dagang yang terkenal menjual kapur barus bernama Barosai. Kini penggunaan kapur barus semakin meluas dan dibuat pula sintetisnya dengan terpentin. Selain wangi, kapur barus juga dipergunakan untuk mengawetkan mayat dan tidak disukai oleh hama. Demikian pula kayu kamper, kayu ini termasuk kayu yang tahan hama sehingga banyak diminati banyak orang.
Kayu Kamper berwarna coklat muda hingga coklat kemerahan dan hampir mirip dengan Kayu Mahoni. Kayu Kamper termasuk Kayu berkelas awet II, III dengan kelas kuat I dan II, Meskipun Kamper dapat ditemui diberbagai daerah, Kayu Kamper yang berasal dari Samarinda terkenal halus dibandingkan dengan daerah yang lain. Selain Kamper Samarinda, dipasaran dikenal juga Kamper Singkil, Kamper Kapur dan Kamper Banjar.
G.      Kayu Sonokeling
                       Gambar 2.7 kayu sonokeling

Ini dia Rosewood-nya Indonesia, Sonokeling, Sonobrit, Sonosungu atau Sanakeling merupakan kayu yang memiliki corak yang indah, bewarna coklat gelap dengan alur-alur berwarna hitam membuat kayu ini terlihat sangat eksotis. Pohon Kayu Sonokeling dapat tumbuh hingga 40 meter dengan diameter mencapai 2 meter.Pohon ini dapat ditemui di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur terutama didaerah-daerah yang berbatu dan agak kering.
Kayu Sonokeling dimanfaatkan untuk membuat berbagai jenis produk, mulai dari furniture, alat musik, hingga alat-alat olah raga. Dengan Berat jenis 0.77-0.86 dengan kadar air 15%, Kayu ini juga termasuk kayu indah kelas 1, kelas awet I dan kelas kuat II. Karna Sonokeling termasuk kayu keras, maka kayu ini dahulunya sering digunakan sebagai bahan konstruksi dan bahan pembuat kusen-kusen mewah yang kuat. Kayu Sonokeling yang juga memiliki kadar air yang rendah serta cukup menghasilkan minyak kayu juga terkenal tahan akan serangan rayap dan jamur pembusuk kayu.

B.       Kelas Keawetan kayu
Kelas keawetan kayu adalah tingkat keawetan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak seperti jamur serangga dan penggerek di laut.Keawetan kayu dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu karakteristik kayu dan lingkungan. Faktor karakteristik kayu yaitu: kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang (gubal dan teras), dan kecepatan tumbuh. Faktor lingkungan yaitu: tempat di mana kayu dipakai, jenis organisme penyerang, keadaan suhu, kelembaban udara dan lain-lainnya. Suatu jenis kayu yang awet terhadap serangan jamur belum tentu akan tahan terhadap rayap atau penggerek kayu di laut, demikian pula sebaliknya (Muslich,2011).
Keawetan kayu menjadi faktor utama penentu penggunaan kayu dalam konstruksi. Bagaimanapun kuatnya suatu jenis kayu, penggunaannya tidak akan berarti bila keawetannya rendah. Suatu jenis kayu yang memiliki bentuk dan  Universitas Sumatera Utarakekuatan yang baik untuk konstruksi bangunan tidak akan bisa dipakai bila kontruksi terebut akan berumur beberapa bulan saja, kecuali bila kayu tersebut diawetkan terlebih dahulu dengan baik. Karena itulah dikenal apa yang disebut  dengan kelas pakai, yaitu komposisi antara kelas awet dan kelas kuat, dengan  kelas awet dipakai sebagai penentu kelas pakai. Jadi, meskipun suatu jenis kayu  memiliki kelas kuat yang tinggi, kelas pakainya akan tetap rendah jika kelas awetnya rendah (Tim Elsppat, 1997).
Suranto (2002), memaparkan bahwa tiap-tiap kelas keawetan itu memberi gambaran tentang umur kayu dalam pemakaian.Secara utuh klasifikasi keawetan kayu dapat dilihat pada Tabel 1.dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap umur pakai kayu pada setiap kelas keawetan kayu dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengawetan adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk memperpanjang masa pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan rumah dan gedung adalah kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III, IV, V dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya. Bahan kayu yang akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses rendaman, permukaan kayu harus bersih dan siap pakai.
Peralatan yang digunakan dalam pengawetan dengan proses vakum tekan adalah tangki pengawet, tangki pengukus, tangki persediaan, tangki pencampur, pompa vacum, pompa tekan hidrolik,bejana vakum, pompa pemindah larutan, kompresor, manometer, termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki persediaan, bak pengawet, pompa pemindah larutan, geas ukur, hidrometer termometer, timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan peralatan yang sama seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah tungku panas. Cara pengawetan sebagai berikut : Pembuatan bahan larutan, dan persiapan kayu yang akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan cara vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panas-dingin. Setelah kayu diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal yang seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan matahari secara langsung sampai kering udara.
Kelas Kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan di kota Medan
No
Jenis Kayu
Nama Ilmiah
Kelas Awet
BJ
Kelas Kuat
Nilai MOE dan MOR
Penggunaan
1
Jati
Tectona grandis
II
0,70
I
MOE=53253,32 kg/cm2
MOR= 558,30 kg/cm2
Bangunan (Konstruksi), Veneer mewah, Perkakas (mebel), Lantai (parket),
2
Damar Laut
Agathis sp
IV
0,49
III
MOE = 7592,3 kg/cm2
MOR=336,2  kg/cm2
Bangunan, kayu lapis, mebel, rangka pintu dan jendela, bahan pembungkus, alat olahraga dan music, korek api, pulp.
3
Meranti
Shorea sp
III,IV
0,55
II,IV
MOE= 11200-13900 N/mm2
MOR=74-92 N/mm2
KTS= 38,80-52,90 N/mm2
KPT= 2,97-5,03 N/mm2
KS=8-11,40 N/mm2
Bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan dinding, bahan pembungkus, pulp
4
Durian
D. zhibentinus
IV,V
0,64
II,III
MOE= 9500-15800 N/mm2
MOR=65-95 N/mm2
KTR= 1,3-2,4 kg/m3
KTP=1,6-4 kg/m3
Bangunan, Kayu lapis, bahan pembungkus
5
Mahoni  
S, mahagoni
III
0,64
II,III
MOE= 968 kg/cm2
MOR= 77496 kg/cm2
KR=125,85 kg/cm2
Bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan dinding, rangka pintu dan dinding, perkapalan
6
Mangga
Mangifera indica
IV
0,67
II, III
MOE=561.80 cm/kg2
MOR=854.01 kg/cm2
KTS= 357.84 kg/cm2
KTT= 293.19 kg
Table 2.1 KelasKekuatan dan Keawetan yang diperdagangkan di Kota Medan
Keterangan :
KTS     = Keteguhan tekan sejajar
KPT     = Keteguhan pukul tangensial
KS       = Kekuatan serat
KPR    = Keteguhan pukul radial
KGS    = Keteguhan geser sejajar
KTT     = Keteguhan tekan tegak lurus serat 
KG      = Kekuatan geser
KR      =Keteguhan rekat

a.         Proses produksi barcore
kayu saat ini sudah sangat maju terbukti dengan semakin banyaknya jenis dan penggunaan mesin-mesin perkayuan  pada beberapa sektor industry kayu salah satunya adalah industry Bare core, untuk mengetahui alur prosesnya ikuti penjelasan berikut :

1.      Kayu balok
Dari kayu log / glondongan selanjutnya diproses dengan menggunakan mesin Band Saw /Saw Mill, sehingga dihasilkan balok-balok sesuai ukuran yang diinginkan, ada beberapa jenis mesin Band Saw dan ukurannya. Dibeberapa daerah disebut juga gergaji selendang karena pita gergajinya mirip selendang. Untuk penggeraknya bisa menggunakan dynamo listrik ataupun mesin diesel.Untuk industry kayu lapis biasanya menggunakan kayu-kayu yang ringan seperti jenis Albasia.Kalau untuk industry pertukangan biasanya menggunakan kayu yang lebih keras seperti jenis Mahoni, Akasia, ataupun Jati. Dalam proses produksi ini biasanya hanya membuat bahan baku saja dalam bentuk balok-balok selanjutnya dikirim ke pabrik pengolahan kayu lapis/Barecore.
Beberapa jenis ukuran mesin band saw :
a.       Ukuran 28” – kemampuan belah hingga ketebalan 20cm
b.      Ukuran 36” – kemampuan belah hingga ketebalan 30cm
c.       Ukuran 42” – kemampuan belah hingga ketebalan 40cm
d.      Ukuran 44” – kemampuan belah hingga ketebalan 50cm
e.       Ukuran 50” – kemampuan belah hingga ketebalan 80cm
f.       Ukuran 60” – kemampuan belah hingga ketebalan 100cm
Sesuai dengan kemampuan belahnya, maka untuk mesin type 42” keatas proses kerjanya dilengkapi dengan lori/kereta, karena kayu yang akan diproses sudah tidak bisa diangkat oleh tenaga manusia. Di Klikteknik.com menjual mesin Band Saw merk Pandan Type YT36” dan type yang lain bisa dipesan, untuk mesin penggeraknya juga tersedia berbagai merk seperti : Dongfeng, Jiangdong, Inda, Jiangfa, Dico dari 24 Hp-30Hp.
Gambar 2.12 Mesin Band Saw yang dilengkapi dengan lori / kereta

Gambar 2.13 Pembuatan balok kayu Albasia/Sengon sebagai bahan baku kayu lapis (Barecore).

2.    Proses pembuatan kayu lapis (Bare core)
Industri kayu lapis/barecore saat ini terus mengalami peningkatan untuk kebutuhan pasar export terutama ke Taiwan dan Cina. Untuk skala pabrik besar hasil produksinya bisa puluhan container setiap bulan karena sudah menggunakan mesin-mesin modern. Berikut Proses - prosesnya :
a.       Kayu albasiya (sengon) yang sudah digesek menggunakan benso atau yang disebut balken dengan panjang dan lebar yang umum dan sering saya jumpai dengan panjang 130 cm dan lebar 6 cm sampai 16 cm. Balken ini dikeringkan (dimasukkan open) agar tidak lapuk atau busuk juga biar di lem bisa kokoh.
Gambar 2.14 Ruang Pemanas Kayu Balok/Barcore

Gambar 2.15 Balok kayu albasia yang sudah di keluarkan dari Cedy(ruang proses pengeringan)

Gambar 2.16 Balok Kayu albasia yang siap di potong dengan Mesin Jumping saw/table saw

b.      Setelah balken tersebut kering lalu masuk tahap pemotongan dengan mesin yang sangat tajam yaitu mesin Jumping saw. Cara memotongnya pun harus sesuai kelurusan kayu atau mencari sisi yang terbaik. Maksudnya misalnya ada balken yang bengkok atau rusak karna pelos /lapuk/kerap dll. Tujuannya agar mendapat hasil/grade yang maksimal. Dan Memotongnya tidak harus sama panjangnya.

Gambar 2.17 Pemotongan dengan Mesin Jumping Saw

c.       setelah pemotongan selesai baru potongan2 balken tersebut diplener (diserut) dengan Mesin Double Planner atas dan bawahnya yang
berfungsi untuk menghaluskan semua sisi kayu, sehingga menghasilkan batangan-batangan kayu yang sudah halus setiap sisinya.
Gambar 2.18 Mesin Double Planner
d.      Selanjutnya potongan balken tersebut di potong potong dengan panjang dan lebar yang sama agar ketika menggabungkan satu sama lain tidak sulit dan bisa rapat.
Gambar 2.19 Mesin Gang Ripsaw/Multi Ripsaw

Gambar 2.20 Memilih Hasil Strip yang baik untuk di pakai

e.       ketika sudah menjadi potongan strip - strip atau korpis lalu susun dengan posisi korpis berdiri dan menyusun seperti orang memasang bata bangunan yang bertujuan saling mengunci.

Gambar 2.21 Menyusun strip - strip Barcore

f.       Proses selanjutnya adalah proses pengeleman yaitu menggabungkan potongan-potongan kayu yang sudah dihaluskan tadi disatukan satu persatu supaya membentuk lembaran. Untuk mendapatkan perekatan yang maxsimal diperlukan suatu alat pres dengan hidrolik untuk menekan masing-masing sisi lembaran kayu tersebut.
Gambar 2.22 Proses Pengeleman

g.      Setelah menjadi lembaran bare core kemudian ditumpuk dimasukkan mesin pres agar bisa rapat dan kokoh. Kalo sudah kita lihat lembaran bare core apakah ada yang berlubang atau pelos kalo ada kita polesi dengan dempul yang dibuat dengan lem kayu yang dicampur dengan serbuk kayu sengon yang sangat halus agar bisa rapat. Kemudian tunggu sampai kering tumpuk dan bungkus dengan plastik dan di ikat yang kencang .bare core pun siap dipasarkan.

Gambar 2.23 Barcore yang mau di kemas

Gambar 2.24 barecore yang sudah dikemas

C.     Komponen-komponen Mesin Glue Spider
1.                   Tungku Pengapian (Furnace)
Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran.
2.                   Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat terbentuknya uap.
3.                   Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C.
4.                   Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna.
5.                   Dust Collector (Pengumpul Abu)
Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang.
6.                   Pengatur Pembuangan Gas Bekas
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap.


7.                   Safety Valve (Katup pengaman)
Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi batas yang telah ditentukan.Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup pengaman uap basah dan katup pengaman uap kering.
8.                   Gelas Penduga (Sight Glass)
Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk mengetahui ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengontrolan ketinggian air dalam ketel selama boiler sedang beroperasi.
9.                   Pembuangan Air Ketel
Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas. Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya busa yang dapat menganggu pengamatan terhadap gelas penduga
D.      Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja:
Peristiwa kecelakaan kerja merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Karena hal ini akan menimbulkan kerugian dan pembiayaan yang besar. Untuk menghindari kecelakaan kerja, maka kita perlu mempelajari sebab-sebab kecelakaan kerja, sehingga bisa mengeliminir angka kecelakaan kerja.Kecelakaan kerja dapat bersumber dari faktor manusia sendiri,alat,maupun dari faktor lingkungan.
1.      Faktor manusia.
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia diantaranya:
a.       Ketidaktahuan.
Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup oleh teknisi.Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan peralatan kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut asal-asalan, maka akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendiri.
b.    Kemampuan yang kurang.
Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih baik serta memperhatikan faktor keslamatan kerja pada pekerjannya. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih baik.
c.       Ketrampilan yang kurang.
Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan secara terus-menerus.Hal ini untuk lebih selalu mengembangkan ketrampilan gunasemakin meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan mengurangi angka kecelakaan kerja.Di dunia keteknikan, kegiatan latihan ini sering disebut dengan training.
d.      Konsentrasi yang kurang Dalam melaksanakan pekerjaan dituntut konsentrasi tinggi.
Mesin-mesin yang beroperasi, berputar, atau bergerak tidak memiliki toleransi apabila kita salah dalam mengoperasikan atau menjalankan mesin tersebut.Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi manusia, seperti masalah pribadi atau keluarga, tekanan ekonomi, maupun faktor-faktor yang datangnya dari lingkungan seperti kondisi ruangan yang panas, atau terlalu dingin, suara yang berisik, mesin yang bising dan lain sebagainya.Oleh karena itu, faktor psikologis manusia dan lingkungan harus dikondisikan agar manusia nyaman dalam bekerja sehingga mengurangi angka kecelakaan kerja.
e.       Bermain-main.
Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja. Demikian juga dalam bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa menyebabkan kecelakaan kerja.Oleh karena itu, dalam setiap melakukan pekerjaan sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan hati-hati agar keselamatan kerja selalu bisa terwujud.Terlebih lagi untuk pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian, kesabaran dan kecermatan, tidak bisa dilaksanakan dengan berkerja sambil bermain.
f.       Bekerja tanpa peralatan keselamatan.
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan keselamatan kerja.Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru dilaksanakan.Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat peralatan keselamatan yang nyaman dan aman ketika digunakan.Perlatan keselamatan tersebut diantaranya pakaian kerja (wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las, sarung tangan, sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja di ketinggian dan sebaginya.Terkadang orang yang sudah merasa mahir justru tidak menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal ini sangatlah salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk menjaga kualitas pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan kesehatan dirinya selama bekerja.
g.      Mengambil resiko yang tidak tepat.
Karena tidak mau repot dalam bekerja, orang kadang melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan tindakan yang selamat. Sebagai contoh, pekerja malas mengambil topeng las di rak keselamatan kerja, langsung mengelas tanpa pelindung mata. Tanpa di duga, ada percikan api las yang mengenai mata. Setelah dilakukan pengobatan, ternyata besarnya biaya pengobatan tidak sebanding dengan beberapa detik mengambil peralatan keselamatan kerja.Demikian juga dengan mesin, sudah tahu bahwa oli sudah waktunya diganti, karena hanya menyisakan pekerjaan sedikit saja, oli mesin tidak diganti. Ternyata dengan kualitas oli yang jelek, justru mesin menjadi panas (overheating) dan harus turun mesin,dengan biaya yang jauh lebih tinggi, ditambah tetap harus mengganti oli.
h.      Latar Belakang Pendidikan.
Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang atau dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi keamanan alat atau dari segi keamanan diri.Lain halnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah, cenderung akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam bertindak. Misalnya Ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita tidak memakai peralatan safety dengan benar.Hal ini yang tentunya dapat menimbulkan kecelakaan.
i.        Psikologis.
Faktor Psikologis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.Psikologis seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan. Bila konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi. Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi adalah :
j.        Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja.
k.      Suasana kerja yang tidak kondusif.
l.        Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.

2.      Faktor lingkungan
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia diantaranya:
a.       Tempat kerja yang tidak layak.
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
b.      Kondisi peralatan yang berbahaya.
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja.Misalnya karena mesin atau peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau ,manusia
c.       Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak.
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja. Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan yang matang, baik metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain sebagainya. Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan alat bantu seperti forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti benar cara menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan timbul kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga kerja lainnya.
d.      Transportasi.
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranyaadalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman, melaksanakan operasi sesuai dengan standart operational procedure (SOP), jalan yang cukup, penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.

A.    Faktor Alat
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada.Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-alat yang sudah tua dan Melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat kerja.Itu penting untuk mencegah hal2 yang tidak kita inginkan.

Gambar 3.14 Barecore siap dikirim

E.       Perawatan dan Perbaikan
1.      Jenis Perawatan
a.    Perawatan yang bersifat preventif
Perawatan ini dimaksudkan untuk menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu menjadi rusak atau dapat disebut dengan pemeliharaan mesin guna mencegah semaksimal mungkin mesin tersebut menjadi rusak. Pada dasarnya yang dilakukan adalah perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tak terduga dan menentukan keadaan penyebab yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dalam prakteknya perawatan preventif yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dibedakan lagi sebagai berikut:
1)        Perawatan rutin, yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawataan yang dilakukan secara rutin (setiap hari). Menurut pengawas dalam bagian pemeliharaan, dalam perawatan rutin seorang mekanik harus benar-benar memperhatikan bagaimana dan apa yang akan dirawat secara rutin, jangan sampai kita merawat bagian yang tidak harus dirawat secara rutin malah kita beri perawatan secara rutin.
2)        Perawatan periodik, yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap 100 jam kerja mesin, lalu meningkat setiap 500 jam sekali, dan seterusnya. Menurut pendapat pengawas saya perawatan ini sangat penting dilakukan pada mesin yang membutuhkan perawatan tersebut dan perawatan tersebut juga harus kita lakukan secara benar jangan sampai memberlakukan perawatan periodik atau dalam jangka waktu tertentu pada mesin yang harus dilakukan pada jangka waktu yang rutin.
b.      Perawatan yang bersifat korektif
Perawatan ini dimaksudkan untuk memperbaiki perawatan yang rusak.Pada dasarnya aktivitas yang dilakukan adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan.kegiatan ini sering disebut sebagai kegiatan perbaikan atau reparasi. Kegiatan ini sangat penting terutama pada mesin multi ripsaw, karena menurut pendapat para karyawan mesin  cold press sangat penting dan harus secara cepat untuk diperbaiki agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tidak terganggu.Hal itu ditambah jumlah mesin multi ripsaw yang relatif sedikit.

2.      Pengertian Servis (Perbaikan)
Servis sering juga disebut dengan istilah perbaikan(jasa).Pengertian dari perbaikan itu sendiri adalah usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi dari suatu benda atau alat yang rusak akibat pemakaian alat tersebut pada kondisi semula. Proses perbaikan tidak menuntut penyamaan sesuai kondisi awal, yang diutamakan adalah alat tersebut bisa berfungsi normal kembali. Perbaikan memungkinkan untuk terjadinya pergantian bagian alat/spare part.Terkadang dari beberapa produk yang ada dipasaran tidak menyediakan spare part untuk penggantian saat dilakukan perbaikan, meskipun ada, harga spare part tersebut hampir mendekati harga baru satu unit produk tersebut. Hal ini yang memaksa user/pelanggan untuk membeli baru produk yang sama. 
Tidak setiap perbaikan dapat diselesaikan dengan mudah, tergantung tingkat kesulitan dan kerumitanassembling/perakitan alat tersebut, mulai dari tingkatan jenis bahan hingga tingkat kecanggihan fungsi alat tersebut.Tingkat kesulitan tersebutlah yang menumbuhkan perbedaan jenis perbaikan, mulai jenis perbaikan ringan, perbaikan sedang dan perbaikan yang sering dinamakan servis berat.Dari jenis servis diatas ditentukan biaya perbaikan sesuai tingkat kesulitannya.
Service merupakan satu hal yang sangat penting dalam dunia bisnis karena service merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada pelanggan.Service juga menjadi salah satu pertimbangan seseorang untuk memutuskan membeli produk atau menggunakan jasa dari sebua perusahaan.Service yang buruk bisa membuat pelanggan lari dan beralih ke perusahaan pesaing.Mengingat begitu pentingnya service bagi kelangsungan usaha kita, sudah selayaknya bila kita selalu menjaga service kita kepada pelanggan.
     
F.        Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Bidang Industri
1.    Definisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah bagian dari sistim manjemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif. 
2.      Tujuan dan Sasaran K3
Menciptakan suatu sistim keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.
Sebagai mana yang telah tercantum didalam Undang Undang No. 1 Tahun 1970
Tentang: Keselamatan Kerja
b.    Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional
c.    Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya
d.   Sahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien
e.    Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja


3.    Rambu - rambu keselamatan kerja
a.    Larangan
Gambar 2.25 Contoh Larangan
Llingkaran dengan diagonal berwarna merah di atas putih.Rambu-rambu tersebut berarti suatu larangan. Contoh: sebatang rokok sedang menyala dengan warna hitam, berarti larangan merokok.
b.    Perintah 
Gambar 2.26 Perintah
Putih di atas biru mempunyai arti suatu perintah

4.        Perlengkapan K3
a.    Safety Helmets
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
Gambar 2.27 safety helm

b.    Sepatu Karet (sepatu boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang beperiksa ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Gambar 2.28 sepatu karet
c.    Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
Gambar 2.29 sarung tangan
d.   Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). 
Gambar 2.30  masker
e.    Pelindung wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja ( misal pekerjaan menggerinda ).

Gambar 2.31 pelindung wajah
5.    Akibat yang ditimbulkan apabila mengindahkan K3
Kecelakaan kerja tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman.Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman.
Di dalam menganalisa pekerjaan seorang pekerja, teknisi keselamatan dapat mengantisipasi kemungkinan kesukaran dan ketergantungan di dalam bekerja. Sebagai contoh, jika analisanya dapat berjalan dengan lancar untuk menjalankan roda gigi dan memakai tangannya tanpa kesukaran, menunjukkan bahwa ia mampu mengoperasikan mesin dengan baik meskipun mesin tadi dapat ditinggal-tinggal.
Dengan cara yang sama bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap elemen-elemennya untuk menganalisa gerak individu dan waktu masing-masing, atau dengan cara yang sama menyelidiki analisa seperti aspek-aspek suatu tingkatan pekerjaan, tanggung jawab dan juga pelatihan, analisa keselamatan juga melihat tugas dari seorang operator untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Sebelum menyelesaikan suatu studi kasus, analisa keselamatan harus bisa menentukan, tujuan setiap pekerjaan.Jika fakta-fakta tersebut ditentukan sebelumnya, seleksi dan penempatan, kedua perusahaan dan pekerja mendapatkan keuntungan.

6.      Penyelidikan Terhadap Kecelakaan
Walaupun analisa keselamatan kerja dan penyelidikan terhadap pabrik dapat mencegah kecelakaan, beberapa kecelakaan masih akan terjadi sebagai bukti kekurangan dari manusia. Ketika kecelakaan terjadi, melalui penyelidikan mungkin akan mendeteksi bahaya yang sering terjadi dan sebagai koreksi pekerjaan dalam suatu pabrik, kegagalan penyelidikan dapat mengakibatkan kecelakan yang fatal hingga menimbulkan kematian.
Tanpa alasan penyelidikan kecelakaan seharusnya direncanakan dengan menunjukkan bagian pekerjaan ini yang salah dalam bekerja.Tujuan penyelidikan adalah memberikan fakta-fakta agar kecelakaan tidak terulang kembali. Lebih baik memberi peringatan daripada setelah terjadinya suatu kecelakaan,Dan kenyataan bahwa kecelakaan tidak terjadi selama beberapa kecelakaan yang ada, tidak menjamin bahwa kecelakan itu tidak mungkin terjadi lagi.



BAB III
PELAKSANAAN

A.      Waktu Pelaksanaan
PKL di SMK Negeri 1 Bawen pada tahun 2016 ini dilaksanakan selama 3 bulan atau setara dengan 800 jam x 45 menit (pembelajaran dilakukan di sekolah) atau 600 jam x 60 menit (pembelajaran di dunia usaha atau dunia industri) dengan tanggal dan bulan yang ditentukan oleh pihak sekolah dan juga harus di sepakati oleh pihak dunia usaha atau dunia industri (DU/DI). Pelaksanaan PKL dilaksanakan pada tanggal 08 Agustus 2016 sampai dengan 15 November 2016.

B.       Tempat PKL :
COMPANY PROFILE
1.      Data Umum
Nama DU/DI/Lembaga    : PT. MATRATAMA MANUNGGAL JAYA
Jenis                                  : Perusahaan Swasta
Bidang Usaha                   : Industri Kayu Barecore & Plywood
Alamat                              : R.A Raya Magelang-Semarang KM 15,5 Pringsurat Temanggungjawa Tengah
Email                                 :mmjtmg@gmail.com
No. Telp/Fax                     : 0293-3219977
2.      Data Personalia
Nama Pimpinan                 : Abdul Malik
Nama Pembimbing            : Waridin
       Jabatan :Staf Teknik
No. Telp/Hp                      : 085729388560

C.        Skala Produksi Kayu Sengon/Barecore.
Munculnya pasar untuk peralatan rumah tangga, peti kemas, pulp daln lain-lain telah mendorong masyarakat di Jawa untuk membudidayakan kayu (hutan rakyat). Kayu yang banyak dibudidayakan adalah kayu sengon, jati dan mahoni (Sumardjani dan Waluyo, 2007).
Kayu sengon banyak digunakan untuk peti kemas; pulp; perabot rumah tangga (meja. kursi, dipan, almari); bahan bangunan (usuk, reng).Kayu jati atau mahoni dan kayu keras lainnya lebih digunakan untuk perabot rumah tangga dan bahan bangunan rumah yang tergolong mewah.
Keterbatasan kayu keras menjadikan industri kayu primer beralih bahan baku dari kayu keras menjadi kayu lunak, terutama albasia (latin: Albizia falcataria).
Pasokan kayu dari hutan rakyat telah membentuk pasar kayu albasia dan industri pengolahan kayu albasia di daerah Jawa Tengah. Menurut Hery Santoso (2006), potensi tanaman hutan rakyat di pulau Jawa sampai dengan 2005 sebagai berikut:
Jenis Tanaman
Kuantitas
Jati
79,7 juta pohon
Sengon
59,8 juta pohon
Mahoni
45,3 juta pohon
Tabel 3.1 Potensi Hutan Rakyat di Pulau Jawa tahun 2005

Dilihat dari jenisnya, kayu jati merupakan kayu favorit pilihan hampir 3 juta rumah tangga, dengan rata-rata pemilikan lebih dari 25 pohon per rumah tangga.Jenis berikutnya yang banyak ditanam adalah sengon, yang ditanam oleh 2 juta rumah tangga, baru kemudian mahoni, akasia dan pinus.
Jenis Tanaman
Rumah Tangga Pengelola (juta)
Jumlah Pohon (juta)
Persentase pohon siap tebang (%)
Konsentrasi Wilayah
Jati
3,05
79,71
23,14
Jateng
Sengon
2,32
59,83
24,61
Jateng
Mahoni
2,31
45,26
41,11
Jateng, Jabar
Akasia
1,20
32,20
37,69
Jatim, Jateng
Pinus
0,16
5,82
46,12
Jatim, Sumut
Tabel 3.2 Perbandingan Kayu Jati,Sengon,Mahoni,Alkasia,Pinus

Wonosobo terdiri atas 256 desa yang meliputi hampir 99.000 hektar.Kabupaten ini dihuni oleh 768.000 orang dan 80% diantaranya adalah petani.Hutan rakyat meliputi sekitar 19.000 hektar (Asia Forest Network, 2006).Area hutan rakyat terbesar berada di Kaliwiro dan Sapuran. Di Indonesia, albasia disamakan dengan tanaman pertanian sehingga peraturan mengenai penanaman dan penebahan albasia dari hutan rakyat tidak seketat tanaman yang tumbuh di hutan Negara seperti jati. Dengan demikian, pertanian albasia tidak diawasi secara ketat oleh Departemen Kehutanan dan Departemen Lingkungan Hidup karena tidak merusak hutan alam (illegal logging).
Menteri Kehutanan MS Kaban memberikan apresiasi tinggi terhadap Gerakan Wonosobo Menanam tahap kedua yang dicanangkan tanggal 21 November 2007 di kawasan Dieng Wonosobo (Radar Semarang tanggal 22 November 2007). Sebanyak 1,25 juta bibit ditanam di 15 kecamatan dengan menghabiskan anggaran Rp 2 miliar yang berasal dari swadaya, Pemkab Wonosobo, masyarakat dan sponsor. Gerakan Wonosobo Menanam diikuti serentak oleh anak-anak sekolah dan berbagai komponen masyarakat di 15 kecamatan dan 265 desa kelurahan di Wonosobo. Bibit yang ditanam selain berasal dari pemerintah , Perhutani, jajaran instansi Jateng juga swadaya anak-anak sekolah dan dari sponsor. Seperti Geo Dipa Energi, PT Tirta Investama Wonosobo, CV Mekar Abadi, Danon, SSWI, PT Djarum, Tunas Madukoro, Pemberdayaan Masyarakat Bambu, PT Indonesia Power, Rotary Club Semarang Bojong, perbankan termasuk BTPN.
Di Jawa Tengah, terdapat 838 industri kayu primer yang terdiri dari industri kilang gergaji (sawmill), industri papan laminasi (laminated board), industri cetakan kayu (moulding), dan industri pengolahan kayu seperti halnya industri kayu lapis (plywood).Industri kayu primer di Jawa Tengah didominasi oleh industri kilang gergaji.(PT. Chazaro Gerbang International, 2006).
Industri kilang gergaji untuk kayu albasia sebagian besar terkonsentrasi di pegunungan Sindoro-Sumbing-Merbabu, Temanggung, Wonosobo dan Magelang. Di daerah tersebut terdapat ratusan industri kilang gergaji skala kecil yang menghabiskan bahan baku sampai 100 meter kubik per bulan.
Dari data tahun 2005 yang dicatat oleh Kantor Kehutanan dan Kantor Industri, Perdagangan & Koperasio (INDAKOP), di Jawa Tengah terdapat 2.954 industri primer dan sekunder yang berbahan dasar kayu. Industri primer terdiri dari 40 industri papan laminasi dan papan penyambung-gerigian, 838 unit kilang gergaji, 450 pabrik kayu cetak dan 364 industri pengolahan kayu termasuk 2 industri kayu lapis. Industri sekunder terutama terdiri dari furniture dan pekerjaan kayu masing-masing sebesar 1.232 dan 28 unit.Produksi furniture terpusat di daerah Jepara, Klaten, Sukoharjo dan Sragen.Sedangkan pekerjaan kayu, seperti galangan kapal, berada di daerah Brebes.
Industri primer di Jawa Tengah didominasi industri kilang gergaji.Dari survey lapangan di sepanjang Kabupaten Temanggung dan Wonosobo terdapat sedikitnya 200 unit kilang gergaji yang beroperasi.Kilang gergaji tersebut biasanya dimiliki oleh perorangan. Keterbatasan kayu keras membuiat industri kayu mengubah bahan baku dari kayu keras menjadi kayu lunak seperti kayu albasia. Potensi pasokan kayu albasia dari hutan rakyat telah menciptakan pasar kayu albasia dan perkembangan industri pengolahan kayu di daerah Jawa Tengah.
Keberadaan industri kayu berperan penting terhadap pengembangan ekonomi masyarakat sekitar.Sektor industri ini telah membuka lapangan kerja bagi banyak orang.Industri kayu mencakup kilang gergaji, kayu lapis, panel kayu, mebel, komponen bangunan, bahan untuk lantai, papan partikel, kayu cetak, papan penyambung-gerigian, dan kerajinan kayu.Industri kayu di Jawa Tengah tumbuh pesat di daerah Kabupaten Ambarawa, Wonosobo dan Temanggung.
Permintaan kayu sebagai bahan baku untuk industri kayu di Jawa Tengah telah meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dan kebutuhan manusia. Pada tahun 2006, tercatat ada 2.663 industri kayu yang terdiri dari 318 industri kayu skala besar dan 2.345 industri kayu skala kecil dengan total kebutuhan bahan baku sebanyak 6 juta meter kubik per tahun (3,6 juta meter kubik untuk industri skala besar dan 2,4 juta meter kubik untuk industri skala kecil). Area hutan di Provinsi Jawa Tengah meliputi sekitar 647.596 Ha yang dikelola oleh Perum Perhutani I (perusahaan umum milik negara) dan hutan rakyat seluas 219.787 Ha. Perum Perhutani I Jawa Tengah memasok sekitar 340.000 meter kubik per tahun, sedangkan hutan rakyat memasok 1,7 juta meter kubik per tahun. Lainnya sebesar 3,98 juta meter kubik per tahun diperoleh dari provinsi lain seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan sebagian diimpor dari negara lain. Kayu impor sebagian besar untuk memasok kebutuhan kayu industri besar.
Produksi veneer (meter kubik) dari hutan alam di Jawa Tengah dan Nasional tahun 2002 – 2006 sebagai berikut:
Keterangan
2003
2004
2005
2006
Jawa Tengah
19.911
15.439
*)
28.787
Nasional
289.191
155.374
*)
255.729





Tabel 3.3 Produksi Veneer

Produksi veneer menempati urutan kedua di antara produk kayu olahan lainnya.
Nama Produk
Volume Produksi
Blockboard
3.826.455 m3
Veneer
10.314.398 m3
Particle Board
1.919.708 m3
Chipwood
2.653.468 m3
Pulp
18.869.111 ton
Moulding
3.945.878 m3
Dowel
20.140 m3
Woodworking
1.527.466 m3




Tabel. Volume Produksi Kayu Olahan 2006


Keterbatasan pasokan kayu dari hutan alam dan distribusinya yang kerap menjadi persoalan menyebabkan harga menjadi tinggi, sehingga perlu mencari sumber pasokan alternatif seperti HTI, hutan hak/hutan rakyat, dan kayu eks perkebunan.
Peran bahan baku dari hutan alam yang selama ini lebih mendominasi kebutuhan industri kayu perlahan-lahan mulai beralih, karena beberapa tahun terakhir ini peran hutan tanaman atau secara khusus hutan hak/hutan rakyat mulai meningkat. Bahkan ke depan pasokan bahan baku dari hutan hak/hutan rakyat dapat menggantikan peran hutan alam.
Bukti bahwa hutan rakyat atau hutan hak mulai meningkat perannya terlihat dari produk-produk kayu seperti Bayur, Durian, Jabon, Karet, Kemiri, Sengon, Suren, Sungkai, dll.yang mulai banyak diminati oleh pasar. Sebut saja produk plywood telah menggunakan Sengon, Durian, Jabon, Bayur sebagai core, juga untuk finger joint laminating board, barecore, engineering doors, dan packaging boxes.Peningkatan penggunaan bahan baku dari hutan rakyat terlihat dari data Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) tahun 2004-2006 dimana persentase ekspor produk kayu olahan yang menggunakan bahan baku dari hutan rakyat berkisar antara 38-40%, berarti hampir separuh dari volume ekspor produk kehutanan telah menggunakan bahan baku dari sumber-sumber alternatif.
Kayu albasia (sengon) merupakan substitusi kayu keras terutama dari Kalimantan, karena sedikitnya bahan baku kayu keras, umur panen albasia relatif pendek dan harga yang bersaing.
Harga kayu albasia relatif lebih murah dibandingkan dengan kayu lain seperti kayu jati atau kayu mahoni (www.tasikmalaya.go.id tanggal 17 Maret 2008) , selain itu karena dalam tempo lima tahun tanam sudah dapat ditebang, maka perputaran investasi pada tanaman albasia relatif lebih cepat apabila dibandingkan dengan investasi pada tanaman kayu jati dan sejenisnya.

D.      Sistem Pelaksanaan PKL dan Kerja di PT. Matratama Manunggal Jaya.
1.      Jadwalpada saat mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Putra Albasia Mandiri  :
a.       Hari Masuk PKL : Senin,Selasa,Rabu,Kamis,Sabtu.
b.      Jam kerja PKL : Pukul 07.00 - 16.00 (senin s.d jumat) &
Pukul 07.00 - 12.00 (sabtu).
c.       Hari Libur PKL :Minggu dan Hari – Hari Besar.
2.      Tata tertib PKL di PT. Matratama Manunggal Jaya :
a.       Berpakaian Rapi dan Sopan.
b.      Tidak Boleh Mencuri Barang yang ada di Industri.
c.       Dilarang Memakai Sandal Pada Saat PKL.
d.      Dilarang membawa senjata tajam ke kantor DU/DI.
e.       Wajib datang tepat pada waktunya ke Kantor DU/DI sesuai dengan jam yang telah ditentukan.
f.       Wajib memakai seragam profesional dan tanda pengenal yang telah diberikan oleh Sekolah atau seragam yang telah ditentukan oleh masing-masing kantor DU/DI.
g.      Dilarang merokok baik didalam kantor maupun diluar jam Kantor.
h.      Wajib mengisi daftar hadir pada setiap jam masuk Kantor.
i.        Apabila berhalangan atau sakit atau mempunyai kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, harus memberitahukan kepada instruktur atau pembimbing atau menyertakan surat keterangan Dokter setempat.
j.        Dilarang keluar kantor pada saat jam kantor kecuali setelah mendapat ijin dari instruktur DU/DI.
k.      Wajib memakai pakaian yang rapi dan sopan.
l.        Dilarang pulang atau meninggalkan kantor kerja sebelum jam pulang kantor kecuali ada kepentingan dan itupun harus mendapat ijin dan restu dari instruktur DU/DI.
m.    Apabila mendapatkan masalah hendaknya konsultasi dengan pembimbing atau instruktur DUDI.
n.      Apabila tidak masuk terus menerus dengan tanpa alasan dan tidak memberitahukan kepada instruktur atau pembimbing, maka dia akan diberi sanksi oleh sekolah sesuai dengan hukuman yang berlaku dan akan diberikan nilai Nol.
o.      Dilarang melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan tata tertib di kantor DUDI.
p.      Dilarang menerima tamu, kecuali setelah mendapat ijin dari instruktur DUDI.
q.      Apabila telah selesai melaksanakan tugas, peserta wajib membuat laporan dan disetor ke pembimbing dan sekolah atau ke ketua program masing-masing Jurusan.
3.      Jadwal Karyawan Produksi di PT. Matratama Manunggal Jaya :
a.       Hari  Masuk : Senin,Selasa,Rabu,Kamis,jumat,Sabtu.
b.      Jam Kerja :
1)        Shift Pagi : Pukul 07.00 – 17.00 (senin, s.d kamis)
2)        Shift Malam : Pukul 19.00 – 05.00 (senin s.d sabtu).
c.       Hari Libur : Minggu dan Hari – Hari Besar

4.      Tata Tertib Karyawan Produksi di PT. Matratama Manunggal Jaya :
a.       memelihara kerjasama yang baik diantara pegawai untuk menciptakan ketenangan kerja dan memelihara ketertiban dalam perusahaan.
b.      Menggunakan, menjalankan atau menyimpan dengan baik semua peralatan atau mesin-mesin, bahan-bahan atau surat-surat berharga milik perusahaan yang dipercayakan kepadanya.
c.        Bertanggung jawab atas semua barang atau harta milik perusahaan yang dipercayakan kepadanya dan harus segera melaporkan kehilangan atau kerusakan yang terjadi terhadap barang-barang atau harta milik perusahaan tersebut kepada kepala kerjanya untuk dipertimbangkan Mentaati ketentuan jam kerja.
d.      Melakukan check in pada waktu masuk kerja dan check out pada waktu pulang kerja.
e.       Melaksanakan tugas/pekerjaan dengan sebaik-baiknya, penuh pengabdian, kesadaran dan bertanggung jawab.
f.       Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan perusahaan.
g.      Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan dan persatuan untuk menciptakan suasana kerja yang baik sesuai dengan harapan perusahaan.
h.      Menyimpan rahasia perusahaan dan/atau rahasia-rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya.
i.        Menggunakan dan memelihara barang-barang milik perusahaan dengan sebaik-baiknya, serta menjaga pemborosan waktu dan material.
j.        Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan perusahaan, terutama dibidang keamanan, keuangan dan materiil.
k.      Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannnya.
l.        Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya.
m.    Memberikan bimbingan kepada bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
n.      Memberikan kesempatan dan dorongan kepada bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja dan mengembangkan kariernya.
o.      Berpakain rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat dan sesama pegawai.
p.      Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang dan/atau orang lain yang ditunjuk olehnya.
q.      Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan PT Standar Beton Indonesia.
r.        Memperhatikan dengan sebaik-baiknya setiap tindakan disipliner yang diterima.
s.       Datang ditempat kerja sebelum jam kerja dan mulai bekerja tepat pada waktu yang telah ditentukan.
t.        Menggunakan/melalui pintu yang telah ditentukan untuk masuk atau keluar kompleks perusahaan.
u.      Harus memperlihatkan isi dari bungkusan yang dibawa masuk atau keluar kompleks perusahaan.
v.      Selalu menggunakan atau membawa kartu tanda pengenal pegawai dan harus dapat menunjukkan jika diminta oleh petugas keamanan.
w.    Bersikap sopan, jujur dan selalu mentaati perintah atasan dalam melakukan pekerjaannya serta selalu meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
x.      Selalu menggunakan alat-alat keselamatan kerja dan selalu mencegah terjadinya tindakan atau keadaan yang dapat menimbulkan bahaya seperti misalnya kebakaran, kecelakaan kerja dan sebagainya dalam perusahaan.






















E.       Struktur Organisasi
Bevel: PIMPINAN
HADI
Bevel: MANDOR
WARIDIN / WAHYUDI
Bevel: MANAGER
ABDUL MALIK
 





 

























BAB IV
                                                         PEMBAHASAN

A. Mesin Cold Press
Gambar 4.1 Mesin Cold Press

Mesin ini adalah mesin yang digunakan dalam proses pengeliman potongan-potongan kayu berbentuk peregi panjang kecil yang suah siap untuk ditata secara rapi

B.       Komponen Mesin Glue Spider
1. 3 unit tabl lifter
2. 1 unit motor induksi 3 fhase
3. 1 unit gear box penggerak rantai utama
4. 2 set join kopel
5. 1 set panl kontrol

C.     Alat yang digunakan pada saat Perawatan dan Perbaikan Mesin Jumping Saw
Alat dan bahan perawatan memang sangat dibutuhkan saat perawatan maka harus memiliki alat dan bahan yang lengkap saat perawatan sehingga saat melakukan kegiatan tersebut tidak akan terganggu karena kekurangan alat dan bahan.        
1.    Kunci pas
2.    Kunci L
3.    Lampu kabel
4.    Tang
5.    Travo las
6.    Rol kabel
7.    Obeng – dan +
8.    Gerinda tangan
9.    Bor
10.  Jangka sorong
11.  Penggaris siku
12.  Meteran
                                   
D.    Bahan yang digunakan pada saat Perawatan dan Perbaikan Mesin Jumping Saw
Bahan yang di butuhkan dalam melakukan perawatan mesin Jumping Saw memerlukan bahan yang cocok dengan karakteristik mesin, hal ini bertujuan agar mesin yang diberikan sentuhan perawatan dapat berfungsi kembali dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya yang seharusnya.Berikut adalah bahan yang di butuhkan.
Langkah Kerja yang penulis maksud adalah bagaimana caranya seorang mekanik maintenance bekerja di bagian mesin Jumping Saw. Cara kerja dibagi menjadi 2 yang harus dikerjakan yaitu:
1.   Oli
2.   Solvent
3.      Gemuk (grease) atau Vaseline
4.      Elektroda las

E.     K3LH
K3 ini dibuat tentu mempunyai tujuan dibuatnya K3 secara tersirat tertera dalam undang–undangn omor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja tepatnya.Jadi alat keselamatan kerja mesin las adalah sangat fital untuk di gunakan.Berikut ini alat–alat K3 yang di gunakan.
1.         Wearpack
2.         Masker mulut
3.         Topeng las
4.         Sepatu las/ kulit

F.        Prinsip Kerja
1setelah mesin hidup seting raber gluee dan doctorol disesuaikan dengan bahan yang akan diproses
2. masukkan lm ML dan lem UL yang sudah diaduk di mikser
3.setelah lem tercampur rata di glue roll kemudian masukkan playwood/barecore yang ukuran tebal 2,5 ke glue roll secara bertahap dan terus menerus
4.bahan yang sudah tercampur dengan lem kemudian dilapisi sortcor/neener yang tipis untuk lapisan atas dan bawah kemudian diyumpuk secara rapi di meja tablelifter secara teratur
G.      Analisa Usaha
Analisis usaha yang penulis dapatkan di PT. Matratama Manunggal Jaya Pring Surat-Temanggung, mengenai perawatan mesin Cold Press adalah sebagai berikut:
NO
Alat / Bahan
Spesifikasi
Satuan
Kebutuhan
Harga Satuan
1
Mesin Las

1
1
Rp. 1.500.000
2
Tang

1
1
Rp.50.000
3
Kunci L

1
1
Rp.50.000
4
Kunci Inggris

1
1
Rp.50.000
5
Palu

1
1
Rp.50.000
6
Oli

2 L
2 L
Rp.100.000
7
Kayu

1
1
Rp.10.000
Tabel 4.1 Analisa Usaha



H.      Kesimpulan
Hasil akhir dari kegiatan perawatan pada mesin Cold Press adalah pengeluaran sejumlah Rp. 1.810.000,- sedangkan pemasukan Rp. 2.000.000,-. Jadi Rp. 2.000.000-1.810.000 kegiatan perawatan tersebut menguntungkan perusahaan sebesar Rp. 190.000,-.
Perawatan yang diberikan untuk mesin Jumping Saw yaitu untuk perawatan, oli dan motor dapat membantu mesin untuk proses produksi seperti keadaannya yang semula dan dapat menghasilkan karung selebar 1000 meter yang dimana setengah meter harganya Rp. 1000,- jadi 1000 meter adalah Rp. 2.000.000,- sedangkan untuk pengeluaran atau untuk membeli alat dan bahan menghabiskan 600.000,- yang lebih sedikit dibanding dengan penghasilan

























BAB V
                                                         PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.       Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) akhirnya saya mengetahui yang sebenarnya atas hasil yang diperoleh dari sekolah, serta memperoleh pengetahuan tentang teori-teori, praktek dan bahan-bahan atau benda yang belum pernah di pelajari di sekolah.
2.       Disamping itu juga saya dapat mengetahui bagaimana pengalaman bekerja di industri. Dengan hal tersebut, penyusun menjadi dewasa dan lebih menghormati kerja keras orang tua. Karena mencari nafkah untuk keluarga memanglah tidak mudah, butuh banyak pengorbanan.
3.       Dapat memahami konsep-konsep non akademis dan non-teknis di dunia kerja, seperti menjaga hubungan atasan dengan bawahan, menjaga hubungan relasi dan sebagainya.
B.     Saran

Pada akhir dari bagian karya tulis ini, saya akan menyampaikan saran-saran, baik untuk pihak sekolah maupun bagi pihak industri tentang pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
1.      Untuk Perusahaan
a.       Diharapkan agar kerjasama antara sekolah dengan perusahaan lebih ditingkatkan dengan banyak memberi peluang kepada peserta didik/siswi SMK untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL).
b.      Untuk para karyawan lebih ditingkatkan lagi motivasi dan kedisiplinannya dalam bekerja.
c.       Hubungan karyawan dengan peserta didik/siswi PKL diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerjasama yang baik.
2.      Untuk Sekolah
a.       Pemantauan terhadap peserta didik/siswi yang sedang PKL maupun yang baru akan melaksanakan Prakerin agar lebih ditingkatkan lagi untuk menyakinkan pihak perusahaan terhadap program PKL ini.
b.      Dalam pembekalan materi fisik maupun mental agar lebih ditingkatkan terutama untuk pembinaan mental peserta didik/siswi.
c.       Dan juga guru-guru selalu memberikan motivasi, bimbingan dan keringanan pada peserta didik/siswi yang sedang PKL.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

gambar 5.1
Foto hanya sebagai pemanis saja, 
foto-foto kegiatan anda  yang ada didalam kegiatan PKL dan beberapa foto-foto peralatan PKL bisa anda sesuaikan dengan kegiatan dan peralatan yang anda gunakan selama mengikuti PKL tersebut 
selamat mengerjakan tugas 

1 comment:

DUŠKA ALŽBĚTA said...

Saya akan sangat merekomendasikan layanan pendanaan meridian Le_ kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan keuangan dan mereka akan membuat Anda tetap di atas direktori tinggi untuk kebutuhan lebih lanjut. Sekali lagi saya memuji diri sendiri dan staf Anda untuk layanan luar biasa dan layanan pelanggan, karena ini merupakan aset besar bagi perusahaan Anda dan pengalaman yang menyenangkan bagi pelanggan seperti saya. Semoga Anda mendapatkan yang terbaik di masa depan. Layanan pendanaan meridian adalah cara terbaik untuk mendapatkan pinjaman mudah, di sini ada email .. lfdsloans@lemeridianfds.com. Atau bicara dengan Mr Benjamin On WhatsApp Via_ + 1-989-394-3740 Terima kasih telah membantu saya dengan pinjaman sekali lagi dalam hati yang tulus, saya selamanya bersyukur.