MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP UMUM DALAM BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu
saja tidak dapat dilakukan sembarangan,
tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar
bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, kita sebagai calon guru perlu mempelajari teori-teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat
membimbing aktivitas anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan
langkah prosedur pembelajaran , namun ia
bisa member arah-arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat
mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat
membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari
tindakan-tindakan yang kelihatannya baik, tetapi nyatanya tidak berhasil
meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu, dengan teori dan prinsip-prinsip
belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang
peningkatan belajar siswa.
Cara belajar siswa aktif (CBSA) bukanlah hal
baru dalam teori pengajaran (proses belajar mengajar) sebab merupakan
konsekuensi logis dari belajar mengajar disekolah. Hampir tidak terjadi adanya
proses belajar mengajar tanpa adanya keaktifan belajar siswa.
Optimalnya keaktifan belajar siswa dapat dikondisikan dari sudut siswa,
guru, program belajar, situasi belajar, dan dari sudut sarana belajar. Dalam
hal praktek atau tindakan mengajar, hendaknya diperhatikan prinsip belajar yang
memungkinkan timbulnya kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin. Prinsip
tersebut antara lain: perhatian dan motivasi, stimulus belajar, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan
selanjutnya yakni tentang prinsip-prinsip umum dalam belajar, maka dari
pemaparan diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Prinsip-prinsip umum apasaja yang mempengaruhi belajar?
2. Prinsip-prinsip belajar apasaja
yang mendapat dukungan para ahli
psikologi modern?
3. Apasaja prinsip-prinsip
psikologi dalam belajar?
4. Apasaja prinsip-prinsip umum
yang harus dijadikan pegangan dalam proses belajar mengajar?
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRINSIP-PRINSIP UMUM TENTANG BELAJAR
Menurut pandangan
awam, belajar adalah kegiatan seseorangyang tampak dalam wujud duduk didalam
kelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal sesuatu atau
mengerjakan kembali apa yang telah diperolehnya
disekolah. Tetapi, pandangan para ahli pendidikan tentang makna belajar lebih
luas lagi, misalnya dengan adanya konsep long-live education, bahwa
seluruh gerakan dan tempat hidup siswa merupakan kegiatan belajar.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar
yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan
dan juga perbedaan. Dari beberapa prinsip-prinsip belajar tersebut terdapat
beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu
berkaitan dengan perhatian dan motvasi, keaktivan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta
perbedaan individual.
1. Perhatian
dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat
utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil
belajar siswa tidak akan optimal. Perhatian mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan,diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Apabila perhatian alami ini tadak ada, maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai
peranan pentingdalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan
dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin
dan kemudi pada mobil. Motivasi dapat merupakan alat dan tujuan dalam
pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
belajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan
estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan
salah satu faktorseperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang
dapat menentukan hasil belajar siswa dalam bidangpengetahuan, nilai-nilai,
dan ketrampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan
minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang dianggap penting dalam
kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku
manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan
hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang dianut atau berlaku didalam masyarakat.
Sikap siswa, seperti halnya motif
menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa yang menyukai mate-matika dan
terdorong untuk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya ada
kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa
terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang
dari dirinya sendiri, dan dapat juga bersifat eksternal, yakni dating dari
orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Motivasi juga dapat
dibedakan atas motif instrinsik dan motif ekstrinsik. Motif instrinsik adalah
tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh,
seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran disekolah,
karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motif
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar
sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya,
melainkan didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Naik
kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
2.
Stimulus Belajar
Pesan yang diterima siswa dari gurumelalui
informasinya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berupa
verbal/bahasa, visual, taktik, dan lainnya. Stimulus hendaknya benar-benar
mengkomunikasikan informasi atau pesan yan ingin disampaikan guru kepada siswa.
Ada dua cara yang mungkin membantu siswa agar pesan tersebut mudah diterima.
Cara pertama perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat
pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan yang
disampaikan guru kepadanya. Cara pertama dilakukan oleh guru sedangkan cara
kedua menjadi tugas siswa melalui pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada
siswa. Kedua cara tersebut pada hakikatnya adalah stimulus belajar yang
diupayakan guru waktu ia mengajar.
3. Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini
menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk
berbuat sesuatu, mempunyai keinginanatau kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain. Belajar mungkin terjadi apabila
anak aktif mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakansiswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif
harus datang dari siswa sendiri sedangkan guru hanyalah sekedar pembimbing dan
pengarah (John Dewey 1926, dalam Davies, 1937:31).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan
jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak
sekedarmenyimpannya saja tanpa mengadakan teransformasi (Gage and Berliner,
1984:267). Menurut teori ini anak memiliki sikap aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan, dan menggunakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar, anak mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
Thorndike, mengemukakan keaktifan siswa
dalam belajar dengan hokum ‘’law of exercise’’-nya yang menyatakan bahwa
belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip
keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan ‘’manusia belajar yang aktif
selalu ingin tahu sosial’’ (Mc Keachie, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan
Munandir, 1991:105).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifan itu beraneka ragam benruknya. Mulai dari kegiatan fisik
yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik
dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan dan
lain sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengatahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis
yang lainnya.
4.
Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan oleh siswa
sendiri, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain. Belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam hal
ini siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung, dalam perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik adalah
terlibat langsung dalam pembuatan (direct performance), bukan sekedar
melihat orang membuat tempe (demonstrating), apalagi sekedar mendengar
seseorang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya keterlibatan lansung dalam
belajar, dikemukakan oleh John Dewey, dalam ‘’learning by doing’’-nya.
Bekajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilikukan
oleh seseorang yang aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara
memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing
dan fasilitator.
Keterlibatan siswa didalam belajar jangan
diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah
keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembenutukan sikap dan nilai, dan juga dalam saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan ketrampilan.
5. Pengulangan
Prinsip balajar yang menekankan perlunya
penekanan barang kali yang paling tau adalah yang dikemukakan oleh teori
psikologi daya. Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia, yang terdiri atas daya mengamati, menanggapi, mengingat,
menghafal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan melakukan pengulangan,
maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau, yang selalu
diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
Teori lain yang menekankan prinsip
pengulangan adalah teori Psikologi Asosiasi atau koneksionisme
dengan tokohnya yang terkenal adalah Thorndike. Berangkat dari salah satu hokum
belajarnya ‘’law of exercise’’, ia mengemukakan bahwa belajar adalah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons besar. Seperti
kata pepatah ‘’latihan membuat sempurna’’. Psikologi kondisioning yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme juga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan,
mengulang-ulang suatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan
tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh
stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebur menekankan pentingnya
prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang
pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan yang kedua dan
ketiga , pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan.
Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti
yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar,
namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam
belajar masih diperlukan latihan,/pengulangan. Metode drill dan stereotyping
adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner,
1984:259).
6.
Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin,
mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motivasi untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut. Tujuan belajar telah tercapai apabila hanbatan itu
telah diatasi, dengan demikian maka ia akan masuk kedalam medan baru dan tujuan
baru, demikian seterusnya. Agar anak timbul motivasi yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka bahan bahan belajar haruslah menantang. Tantangan
yang dihadapi dalam dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bhan belajar yang baru, yang mengandung masalah yang perlu
dipecahkan, membuat siswa tertantang untuk mengatasinya. Pelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang
telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja, tidak
akan menarik minat siswa kerena tidak ada tantangan yang harus ditakhlukkan
serta kurang menarik bagi siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri,
diskoveri, juga memberi tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat
dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negative juga akan menantang
siswa dan juga menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran, atau terhindar dari
hokum yang tidak menyenangkan.
7.
Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan yang berkaitan dengan
balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning
dari B.F Skinner. Kalau pada teori Conditioning yang diberi kondisi
adalah stimulusnya, maka pada Operant Conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya
Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapat
hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan menjadi balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh bagi usaha belajar selanjutnya. Nmun, dorongan
belajar itu menurut B.F Skinner tidak saja oleh pengyatan yang menyenangkan,
tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif
maupun negative dapat memperkuat belajar (Gage and Berliner, 1982:272).
Siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan
mendapat nilai yang baik dalam ujian. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk
belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik itu merupakan Operant Conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu
ulangan, akan merasa takut tidak naik kelas, kerenanya, ia terdodong untuk lebih
giat lagi agar naik kelas. Disini, nilai buruk dan takut tidak naik kelas juga
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.. Inilah yang disebut dngan
penguatan negative. Disini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak
menyenangkan, maka penguatan negative juga disebut escape conditioning. Format
sajian berupa Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan
penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui
penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih
giat dan berkelompok.
8.
Pemakaian dan Pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan
menyimpan informasi yang tak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan
informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Pengingatan
kembali informasi yang telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila
digunakan dalam situasi yang serupa.Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi.
Belajar dengan memperluas pembentukan
asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang telah
dipelajari kepada situasi lain yang serupa dimasa mendatang. Asosiasi dapat
dibentuk melalui pembentukan bahan yang bermakna, berorientasi kepada
pengetahuan yang dimiliki siswa, member contoh yang jelas, pemberi latihan yang
teratur, pemecahan masalah yang serupa, melakukan dalam situasi yang
menyenangkan. Siswa dihadapkan dalam situasi baru yang menuntut pemecahan
melalui informasi yang telah dimilikinya.
Prinsip-prinsip tersebut bukan hanya dapat
diketehui, tetapi yang lebih penting dilaksanakan pada waktu mengajar, sehingga
mendorong kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin.
9.
Perbedaan Individu
Siswa merupakan individu yang unik, artinya
tidak ada dua orang siswa yang sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu
dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh padfa
cara dan hasil belajar siswa. Perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru
dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan disekolah
kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual. Umumnya pelaksanaan
pembelajaran dikelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran yang bersifat klasikal yang
mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan berbagai cara, antara
lain penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi sehingga
perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media
instruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara
belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan
memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai,
dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang. Disamping itu
dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan
berhasil didalam pembelajaran. Sebagai unsur primer dan sekunder dalam pemealajaran,
maka dengan sendirinya siswa dan guru terimplikasi adanya prinsip-prinsip
belajar.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa
dan guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses
pembelajaran berlangsung. Namun demikian, perlu disadari bahwa implementasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tidak semuanya terwujud dalam
setiap proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip belajar yang mendapat
dukungan semua ahli psikologi modern ialah:
1.
Belajar selalu
dimulai dengan suatu masalah dan berlangsung sebagai usaha untuk memecahkan
masalah itu.
2.
Proses belajar
selalu merupakan usaha untuk selalu memecahkan masalah secara sungguh-sungguh
dengan menangkap atau memahami hubungan antara bagian-bagian masalah itu.
3.
Belajar itu
berhasil bila disadari telah ditemukan clue atau hubungan diantara unsure-unsur dalam
masalah itu sehingga diperoleh insight atau wawasan. Wawasan dapat
timbul dengan tiba-tiba, dapat pula secara berangsur-angsur atau dengan susah
payah.
Sejauh
ini setiap langkah dari tiap-tiap metode hanya merupakan suatu daya upaya.
Dengan itu pengajar berusaha untuk menggunakan prinsip-prinsip psikologi itu,
yang membantu untuk meningkatkan belajar. Supaya berhasil, tiap-tiap kegiatan pengajaran
dalam pada itu harus merangkum enam pokok, yaitu:
1.
Motivasi siswa
2.
Memelihara
perhatian sepenuhnya
3.
Memajukan
kegiatan mental (berpikir)
4.
Menciptakan
gambaran yang jelas dari bahan-bahan yang akan dipelajari
5.
Mengembangkan
pengertian tentang arti, pertalian-pertaliannya, dan penerapan praktis dari
bahan-bahan yang sedang disajikan
6.
Mengulang
kelima langkah diatas sampai tujuan belajar itu tercapai.
Prinsip-prinsip
umum yang harus dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar:
1.
Belajar-mengajar
menurut esensinya mempunyai tujuan
2.
Dasar proses
belajar-mengajar ialah sesuatuyang bersifat eksploratif serta menemukan, dan
bukan merupakan pengulangan rutin.
3.
Hasil
belajar-mengajar yang dicapai selalu memunculkan pemahaman atau pengertian,
atau menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapatdipahami dan masuk akal.
4.
Hasil belajar-mengajar
itu tidak terikat pada situasi ditempat mencapainya, tetapi dapat juga
digunakan didalam situasi yang lain.
5.
Proses
belajar-mengajar selamanya merupakan proses pengalaman, yaitu proses interaksiindividu
dengan lingkungannya.
6.
Hasil belajar-mengajar
itu harus segera siap pakai, artinya pengetahuan dan ketrampilan dapat segera
dalam situasi kehidupannya.
7.
Proses
belajar-mengajar harus selamanya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan
individubyang sedang belajar.
8.
Kematangan
belajar merupakan syarat bagi dimulainya mengajar.
9.
Agar terjadi
proses belajar-mengajar yang baik hendaknya tujuan belajar mengajar dirumuskan
secara spesifik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Prinsip-prinsip umum dalam belajar merupakan dasar dalam upaya
pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik, hendaknya kita mengetahui apasaja
yang termasuk dalam prinsip-prinsip umum tentang belajar, sehingga kita mampu
mengarahkan peserta didik memahami bagaimana belajar dapat berjalan secara
efektif dan efisien, serta terciptanya suasana belajar yang kondusif, yang
dapat mengoptimalkan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Rusyan, Tabrani, Atang
Kusdinar, dan Zainal Arifin.1989.Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:CV
Remadja Karya.
Dimyati dan Mudjiono.2002.Belajar
dan Pembelajaran.Jakarta:PT Asdi Mahasatya.
Slameto.1987. BELAJAR
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta.
MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP UMUM TENTANG BELAJAR
Guna Memenuhi Tugas Teori Pembelajaran
Dosen pengampu SUSILO, M. Ag
DIUSUN OLEH :
1.GULMAN SYARIF (144511036 )
2.VIVA AFIAH (14551012)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
STAIN SALATIGA
2025