BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembaharuan pola pelaksanaan
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan dimulai sejak dilaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) tahun 1994, dan dilengkapi dengan sejumlah perangkat
pelaksanaannya. Perkembangan selanjutnya, pelaksanaan PKL lebih dimantapkan
lagi dengan menggunakan acuan yang lebih mendasar yaitu yang tertulis dalam
buku “Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Globalisasi” yang disusun oleh
satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997). Kemudian, penyelenggaraan PKL
dibakukan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 323/U/1997
tentang penyelenggaraan Sistim Ganda
pada Sekolah Menengah Kejuruan tanggal 31 Desember 1997, yang memuat komponen-komponen yang diperlukan
dalam penyelenggaraan PKL. Inti dari “gerakan” ini adalah upaya untuk
mendekatkan pendidikan kejuruan ke dunia usaha/industri.
Guna mendekatkan kesesuaian mutu
tamatan yang meliputi kemampuan kerja dan sikap professional, maka
diselenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang memuat aspek/ komponen
Praktik kerja lapangan (PKL), yang meliputi praktik kerja langsung di lini
produksi pada Dunia Usaha/ Dunia Industri.
Pekembangan IPTEK di perindustrian
diimbangi dengan kemajuan alat-alat industri. Dengan harapan alat-alat yang ada
tersebut dapat membantu proses industri. Hal itu berkesinambungan dengan bidang teknik mesin.
Salah satu jurusan teknik mesin adalah Mekanisasi Pertanian. Mekanisasi Pertanian Merupakan salah satu sasaran
pengembangan dan penggunaan proses industri, unit operasi dan perancangan dalam
skala besar. Peserta didik teknik mesin sebagai bagian dari sumber daya manusia
untuk menunjang hal itu.Maka SMK Negeri 1 Bawen mewajibkan peserta didik untuk
melaksanakan Praktik kerja lapangan sebagai kelengkapan dari ujian nasional
khususnya yang dipelajari di bangku Sekolah Menengah Kejuruan.
Sesuai dengan hal-hal yang
diperoleh penulis di dunia industri. Dunia industri penulis mendapatkan teori
maupun pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesin industri, seperti mesin Cold
Press, Hot Press, Double Saw, Glue Spider. Perbaikan dan perawatan tersebut
meliputi perbaikan bagian mesin yang rusak, perbaikan bagian mesin yang tidak
layak pakai karena usia maupun perawatan bagian mesin agar berumur panjang. Hal
itu sangat membantu dalam maksimalnya produksi.Namun penulis menitikberatkan
pada mesin Cold Press yang berfungsi untuk mengepres barcore yang sudah di
lapisi lem. Maka penulis mengambil judul“Perawatan Dan Perbaikan Mesin Glue
Spider Dalam Rangka Praktek Kerja Lapangan (PKL)”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, rumusan masalah pada laporan PKL ini adalah sebagai
berikut.
1.
Apa saja peralatan yang digunakan untuk
perawatan dan perbaikan mesin Cold Press?
2.
Apa saja komponen mesin Cold Press yang sering rusak?
3.
Bagaimana cara meminimalkan kesalahan
kerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja?
C. Tujuan
Praktik kerja lapangan (PKL)
Pelaksanaan
Praktik kerja lapangan (PKL) mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Meningkatkan, memperluas dan memantapkan
keterampilan dan etos kerja peserta didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan
kerja.
2.
Menumbuhkembangkan sikap profesionalisme
peserta didik sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
3.
Memberi kesempatan pada peserta didik
untuk memasyarakatkan diri pada suasana/ iklim kerja yang sebenarnya.
4.
Memperoleh masukan dan umpan balik guna
perbaikan dan pengembangan kesesuaian pendidikan kejuruan.
5.
Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki
keahlian profesional, yaitu tenaga yang memiliki tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
6.
Meningkatkan dan meperkokoh keterkaitan
dan kesepadanan (link and match)
antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dan dunia kerja.
7.
Meningkatkan efisiensi proses pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja berkualitas dan profesional.
8.
Member pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagai proses dari pendidikan.
9.
Menerapkan ilmu yang didapat dari bangku
SMK dalam dunia kerja.
10. Mendapatkan
gagasan-gagasan dari praktik secara langsung di dunia industri untuk membuat
inovasi dan laporan.
D. Hasil
Yang Diharapkan
Hasil
yang diharapkan diadakannya Praktik Kerja Lapangan(PKL) sebagai penambahan
belajar peserta didik di dunia industri secara langsung dapat praktik di
lapangan sehingga harapannya, peserta didik dengan mudah dapat memahami
kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan 3-4 bulan mulai dari 10
Agustus sampai dengan 14 November 2015. Berikut merupakan hasil yang diharapkan
diadakannya PKL.
1.
Peserta didik dapat melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang ada diperusahaan sehingga peserta didik dapat membuat
hasil laporan sebagai bukti bahwa peserta didik telah melaksanakan PKL.
2.
Bisa mengenal dunia industri dengan
jelas karena peserta didik praktik langsung di dunia industri.
3.
Sebagai pengalaman peserta didik. Jika
kelak akan meneruskan bekerja di perusahaan, peserta didik sudah memiliki
pengalaman.
4.
Peserta didik mempunyai wawasan kerja
dari dunia kerja yang sesungguhnya.
5.
Peserta didik belajar dengan melihat
langsung keadaan dunia industri.
6.
Peserta didik mendapatkan
gagasan-gagasan dari praktik secara langsung di dunia industri untuk membuat
inovasi dan laporan.
7.
Peserta didik mendapat gambaran dan
peluang merintis kerja.
8.
Melatih mental kerja peserta didik di
dunia industri.
9.
Peserta didik dapat menerapkan ilmu yang
didapat dari bangku SMK dalam dunia kerja.
10. Untuk
lebih mengenal dan mengetahui teori serta penerapan keteknikan di dunia
industri.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).Kayu digunakan untuk berbagai
keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan
(pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi.Kayu juga dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.Penyebab
terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel
berbagai jaringan di batang.Ilmu perkayuan (dendrologi) mempelajari berbagai
aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu
dalam berbagai kondisi penanganan.
1.
Macam-macam
kayu
a.
Kayu Jati
Gambar
2.1 Kayu Jati
Siapa orang Indonesia
yang tidak pernah mendengar nama Kayu Jati? Kayu yang memiliki predikat kayu
kuat ini sering kali menjadi patokan bahan kayu yang berkualitas bagi
banyak orang.Kayu yang memiliki warna umum coklat ini memiliki urat bewarna
coklat gelap yang berjarak antara satu dengan yang lainnya sedikit jarang.
Kayu Jati sebenarnya dibawa ke Indonesia sekitar
tahun 1800 oleh Belanda ke Indonesia dan tumbuh subur di beberapa daerah panas
di pulau Jawa, dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Kayu Jati yang berkualitas
tinggi biasanya di supply oleh daerah yang memiliki temperatur panas dan tanah
yang berkapur seperti di Jawa Tengah.
Kayu Jati terkenal akan
kekuatan dan kepadatannya, yang mempengaruhi durabilitas kayu ini. Minyak
didalam Kayu Jati dianggap membuatnya menjadi lebih tahan rayap, dan pori-pori
nya yang kecil menyebabkan kayu ini dapat di finishing sangat halus.
Kepadatan Kayu Jati membuatnya menjadi kayu favorit untuk dibuat
ukiran.Kayu jati memiliki kekerasan antara 630-720 Kgs/M3Kayu Jati saat ini
juga sering diburu bekas-nya untuk menghasilkan produk berkesan rustic, dan
dengan berbagai karakter yang disebutkan tadi Kayu Jati sangat cocok untuk di
jadikan furniture berkelas dan bahan bahan ukiran.
B. Kayu Meranti
Gambar
2.2 kayu meranti
Kayu Meranti atau sering
juga disebut Kayu Kalimantan merupakan kayu yang sering dipergunakan untuk
membuat kusen, furniture dan panel.Mendapat julukan Kayu Kalimantan karna
meskipun dapat tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai negara tropis,
Kayu Meranti tumbuh paling baik di daerah Kalimantan.Batang Kayu Meranti dapat
tumbuh hingga 70 meter dengan diameter bisa mencapai 4 meter lebih.Kayu Meranti
yang bahasa latinnya Mahoni Philipina sering kita temui berwarna coklat
kemerahan dan tanpa urat (grain), dijual di toko material sebagai papan atau
kaso.
Kayu Meranti memiliki tingkat kekerasan antara
580-770 Kgs/m.
Selain sebagai bahan bangunan dan furniture, Kayu
Meranti juga dapat di jadikan Pulp untuk kertas dan buah Tangkawang dari
beberapa jenis Meranti dapat dijadikan bahan baku untuk kosmetik.
Berdasarkan karakteristik dari Kayu Meranti, Kayu
ini lebih cocok digunakan untuk bahan bangunan atau furniture yang finishingnya
menggunakancat.
C. Kayu Merbau
Gambar 2.3 kayu merbau
Kayu yang berasal dari Maluku dan Papua ini merupakan jenis kayu keras
dan memiliki julukan sebagai Kayu Besi.Kayu Merbau telah menjadi primadona
lokal dan eksport sejak lama karna kualitasnya yang superior.Kayu Merbau
berwarna coklat abu gelap atau merah coklat gelap dengan arah serat yang hampir
lurus.
Kayu ini dapat tumbuh menjulang hingga 50 meter dengan diameter hingga 2
meter.Karna kekerasan dan durabilitasnya, Kayu Merbau banyak dijadikan sebagai
parkit untuk lantai, tiang bangunan, bak truk hingga digunakan sebagai bahan
konstruksi jembatan.Saat ini harga Kayu Merbau cukup bersaing dengan harga Kayu
Jati.
Daya tahan Kayu Merbau yang tinggi juga dapat diaplikasikan sebagai
material konstruksi laut.Dalam pengolahannya, Merbau tidak sulit untuk dipotong
dan di finishing, tapi cukup sulit untuk dibubut dan di paku karna meskipun
keras memiliki sifat getas karna serat-seratnya yang pendek.
Dengan karakteristiknya tersebut, Kayu Merbau dapat dijadikan andalan
sebagai bahan bangunan dan konstruksi.
D.
Kayu Sengon
Gambar
2.4 kayu sengon
Kayu Sengon atau Albasia merupakan kayu khas daerah tropis dan dapat
dengan mudah ditemui diberbagai toko material dalam bentuk kaso atau papan.Kayu
Albasia termasuk kayu yang lunak dan sulit untuk langsung di finishing,
karakternya yang berbulu dan berpori-pori besar dan mudah patah membuat Kayu
ini tidak dapat langsung dijadikan material pembuat produk.
E. Kayu Bangkirai
Gambar 2.5 kayu bangkirai
Kayu yang memiliki nama lain Yellow Balau atau Balau ini banyak
ditemukan di Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di Indonesia, Kayu ini banyak
dipasok dari hutan Kalimantan. Kayu Bangkirai dapat tumbuh hingga 40 meter
dengan diameter hingga 120 cm. Kayu ini bewarna kuning kecoklatan dengan
kekerasan antara 880-990 kg/m3 hingga 1050 kg/m3 pada kekeringan 12%. Pada suhu
normal Kayu Bangkirai dapat kering dalam waktu 12 hingga 1 bulan.Ikatan antar
serat yang kuat dan mudah diolah menjadikan kayu ini cocok untuk decking,
outdoor furniture, dan berbagai keperluan konstruksi lainnya namun pada
beberapa jenis bangkirai seratnya cenderung mudah terbuka dam mudah melintir
sehingga tidak disarankan dipergunakan pada konstruksi yang membutuhkan
kestabilan tinggi.
Kayu Bangkirai cukup terkenal didunia perkayuan dengan tingkat keawetan
dari kelas I hingga kelas III dan Kelas Kuat I dan II.Kayu Bangkirai memiliki
berat jenis rata-rata 0.91.
F.
Kayu Kamper
Gambar
2.6 kayu kamper
Dahulu kala penggunaan getah beberapa jenis Kayu Kamper menjadi kapur
barus merupakan kegiatan bisnis primadona yang membuat Sumatera menjadi
terkenal.Penggunaan kapur barus dapat ditemui pada buku History of Sumatera
(1783) yang ditulis oleh William Marsden, Kimiya’Al-‘Ltr (Abad ke-9) yang
ditulis oleh Al-Kindi dan Actius dari Amida (502-578) serta berbagai tulisan
lainnya yang mempropagandakan penggunakan kamper/kapur barus, bahkan disebutkan
pula bahwa pada abad ke 2 masehi terdapat bandar dagang yang terkenal menjual
kapur barus bernama Barosai. Kini penggunaan kapur barus semakin meluas dan
dibuat pula sintetisnya dengan terpentin. Selain wangi, kapur barus juga
dipergunakan untuk mengawetkan mayat dan tidak disukai oleh hama. Demikian pula
kayu kamper, kayu ini termasuk kayu yang tahan hama sehingga banyak diminati
banyak orang.
Kayu Kamper berwarna coklat muda hingga coklat kemerahan dan hampir
mirip dengan Kayu Mahoni. Kayu Kamper termasuk Kayu berkelas awet II, III
dengan kelas kuat I dan II, Meskipun Kamper dapat ditemui diberbagai daerah,
Kayu Kamper yang berasal dari Samarinda terkenal halus dibandingkan dengan
daerah yang lain. Selain Kamper Samarinda, dipasaran dikenal juga Kamper
Singkil, Kamper Kapur dan Kamper Banjar.
G.
Kayu
Sonokeling
Gambar
2.7 kayu sonokeling
Ini dia Rosewood-nya Indonesia, Sonokeling, Sonobrit, Sonosungu atau
Sanakeling merupakan kayu yang memiliki corak yang indah, bewarna coklat gelap
dengan alur-alur berwarna hitam membuat kayu ini terlihat sangat eksotis. Pohon
Kayu Sonokeling dapat tumbuh hingga 40 meter dengan diameter mencapai 2
meter.Pohon ini dapat ditemui di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur terutama
didaerah-daerah yang berbatu dan agak kering.
Kayu Sonokeling dimanfaatkan untuk membuat berbagai jenis produk, mulai
dari furniture, alat musik, hingga alat-alat olah raga. Dengan Berat jenis
0.77-0.86 dengan kadar air 15%, Kayu ini juga termasuk kayu indah kelas 1,
kelas awet I dan kelas kuat II. Karna Sonokeling termasuk kayu keras, maka kayu
ini dahulunya sering digunakan sebagai bahan konstruksi dan bahan pembuat
kusen-kusen mewah yang kuat. Kayu Sonokeling yang juga memiliki kadar air yang
rendah serta cukup menghasilkan minyak kayu juga terkenal tahan akan serangan
rayap dan jamur pembusuk kayu.
B.
Kelas
Keawetan kayu
Kelas keawetan kayu adalah tingkat keawetan suatu jenis kayu terhadap
organisme perusak seperti jamur serangga dan penggerek di laut.Keawetan kayu
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu karakteristik kayu dan lingkungan.
Faktor karakteristik kayu yaitu: kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian
kayu dalam batang (gubal dan teras), dan kecepatan tumbuh. Faktor lingkungan
yaitu: tempat di mana kayu dipakai, jenis organisme penyerang, keadaan suhu,
kelembaban udara dan lain-lainnya. Suatu jenis kayu yang awet terhadap serangan
jamur belum tentu akan tahan terhadap rayap atau penggerek kayu di laut, demikian
pula sebaliknya (Muslich,2011).
Keawetan kayu menjadi faktor utama penentu penggunaan kayu dalam
konstruksi. Bagaimanapun kuatnya suatu jenis kayu, penggunaannya tidak akan
berarti bila keawetannya rendah. Suatu jenis kayu yang memiliki bentuk dan Universitas Sumatera Utarakekuatan yang baik
untuk konstruksi bangunan tidak akan bisa dipakai bila kontruksi terebut akan
berumur beberapa bulan saja, kecuali bila kayu tersebut diawetkan terlebih
dahulu dengan baik. Karena itulah dikenal apa yang disebut dengan kelas pakai, yaitu komposisi antara
kelas awet dan kelas kuat, dengan kelas
awet dipakai sebagai penentu kelas pakai. Jadi, meskipun suatu jenis kayu memiliki kelas kuat yang tinggi, kelas
pakainya akan tetap rendah jika kelas awetnya rendah (Tim Elsppat, 1997).
Suranto (2002),
memaparkan bahwa tiap-tiap kelas keawetan itu memberi gambaran tentang umur
kayu dalam pemakaian.Secara utuh klasifikasi keawetan kayu dapat dilihat pada
Tabel 1.dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap umur pakai kayu pada setiap
kelas keawetan kayu dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengawetan adalah suatu
proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk
memperpanjang masa pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan rumah
dan gedung adalah kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III,
IV, V dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya.
Bahan kayu yang akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses
rendaman, permukaan kayu harus bersih dan siap pakai.
Peralatan yang digunakan
dalam pengawetan dengan proses vakum tekan adalah tangki pengawet, tangki
pengukus, tangki persediaan, tangki pencampur, pompa vacum, pompa tekan
hidrolik,bejana vakum, pompa pemindah larutan, kompresor, manometer,
termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman
diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki persediaan, bak pengawet,
pompa pemindah larutan, geas ukur, hidrometer termometer, timbangan, dan
manometer. Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan peralatan yang sama
seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah tungku panas. Cara
pengawetan sebagai berikut : Pembuatan bahan larutan, dan persiapan kayu yang
akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan cara vacum tekan, rendaman dingin
atau rendaman panas-dingin. Setelah kayu diawetkan maka kayu disusun secara
teratur dengan menggunakan ganjal yang seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm,
dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan matahari secara langsung sampai
kering udara.
Kelas Kekuatan dan keawetan
kayu yang diperdagangkan di kota Medan
No
|
Jenis Kayu
|
Nama Ilmiah
|
Kelas Awet
|
BJ
|
Kelas Kuat
|
Nilai MOE dan MOR
|
Penggunaan
|
1
|
Jati
|
Tectona grandis
|
II
|
0,70
|
I
|
MOE=53253,32 kg/cm2
MOR= 558,30 kg/cm2
|
Bangunan (Konstruksi), Veneer mewah, Perkakas (mebel),
Lantai (parket),
|
2
|
Damar Laut
|
Agathis sp
|
IV
|
0,49
|
III
|
MOE = 7592,3 kg/cm2
MOR=336,2
kg/cm2
|
Bangunan, kayu lapis, mebel, rangka pintu dan
jendela, bahan pembungkus, alat olahraga dan music, korek api, pulp.
|
3
|
Meranti
|
Shorea sp
|
III,IV
|
0,55
|
II,IV
|
MOE= 11200-13900 N/mm2
MOR=74-92 N/mm2
KTS= 38,80-52,90 N/mm2
KPT= 2,97-5,03 N/mm2
KS=8-11,40 N/mm2
|
Bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan
dinding, bahan pembungkus, pulp
|
4
|
Durian
|
D. zhibentinus
|
IV,V
|
0,64
|
II,III
|
MOE= 9500-15800 N/mm2
MOR=65-95 N/mm2
KTR= 1,3-2,4 kg/m3
KTP=1,6-4 kg/m3
|
Bangunan, Kayu lapis, bahan pembungkus
|
5
|
Mahoni
|
S, mahagoni
|
III
|
0,64
|
II,III
|
MOE= 968 kg/cm2
MOR= 77496 kg/cm2
KR=125,85 kg/cm2
|
Bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan
dinding, rangka pintu dan dinding, perkapalan
|
6
|
Mangga
|
Mangifera indica
|
IV
|
0,67
|
II, III
|
MOE=561.80 cm/kg2
MOR=854.01 kg/cm2
KTS= 357.84 kg/cm2
KTT= 293.19 kg
|
Table 2.1 KelasKekuatan
dan Keawetan yang diperdagangkan di Kota Medan
Keterangan :
KTS = Keteguhan tekan sejajar
KPT =
Keteguhan pukul tangensial
KS = Kekuatan serat
KPR =
Keteguhan pukul radial
KGS =
Keteguhan geser sejajar
KTT =
Keteguhan tekan tegak lurus serat
KG =
Kekuatan geser
KR =Keteguhan
rekat
a.
Proses
produksi barcore
kayu saat ini sudah sangat maju terbukti dengan semakin banyaknya jenis
dan penggunaan mesin-mesin perkayuan pada beberapa sektor industry kayu
salah satunya adalah industry Bare core, untuk mengetahui alur prosesnya ikuti
penjelasan berikut :
1.
Kayu balok
Dari kayu log /
glondongan selanjutnya diproses dengan menggunakan mesin Band Saw /Saw Mill,
sehingga dihasilkan balok-balok sesuai ukuran yang diinginkan, ada beberapa
jenis mesin Band Saw dan ukurannya. Dibeberapa daerah disebut juga gergaji
selendang karena pita gergajinya mirip selendang. Untuk penggeraknya bisa
menggunakan dynamo listrik ataupun mesin diesel.Untuk industry kayu lapis
biasanya menggunakan kayu-kayu yang ringan seperti jenis Albasia.Kalau untuk
industry pertukangan biasanya menggunakan kayu yang lebih keras seperti jenis
Mahoni, Akasia, ataupun Jati. Dalam proses produksi ini biasanya hanya membuat
bahan baku saja dalam bentuk balok-balok selanjutnya dikirim ke pabrik
pengolahan kayu lapis/Barecore.
Beberapa jenis ukuran mesin band saw :
a.
Ukuran 28” –
kemampuan belah hingga ketebalan 20cm
b.
Ukuran 36” –
kemampuan belah hingga ketebalan 30cm
c.
Ukuran 42” –
kemampuan belah hingga ketebalan 40cm
d.
Ukuran 44” –
kemampuan belah hingga ketebalan 50cm
e.
Ukuran 50” –
kemampuan belah hingga ketebalan 80cm
f.
Ukuran 60” –
kemampuan belah hingga ketebalan 100cm
Sesuai dengan kemampuan
belahnya, maka untuk mesin type 42” keatas proses kerjanya dilengkapi dengan
lori/kereta, karena kayu yang akan diproses sudah tidak bisa diangkat oleh
tenaga manusia. Di Klikteknik.com menjual mesin Band Saw merk Pandan Type YT36”
dan type yang lain bisa dipesan, untuk mesin penggeraknya juga tersedia berbagai
merk seperti : Dongfeng, Jiangdong, Inda, Jiangfa, Dico dari 24 Hp-30Hp.
Gambar 2.12 Mesin Band Saw yang dilengkapi dengan lori /
kereta
Gambar 2.13 Pembuatan balok kayu Albasia/Sengon sebagai bahan baku kayu lapis
(Barecore).
2. Proses pembuatan kayu
lapis (Bare core)
Industri kayu
lapis/barecore saat ini terus mengalami peningkatan untuk kebutuhan pasar
export terutama ke Taiwan dan Cina. Untuk skala pabrik besar hasil
produksinya bisa puluhan container setiap bulan karena sudah menggunakan mesin-mesin
modern. Berikut Proses - prosesnya :
a.
Kayu
albasiya (sengon) yang sudah digesek menggunakan benso atau yang disebut balken
dengan panjang dan lebar yang umum dan sering saya jumpai dengan panjang 130 cm
dan lebar 6 cm sampai 16 cm. Balken ini dikeringkan (dimasukkan open) agar
tidak lapuk atau busuk juga biar di lem bisa kokoh.
Gambar 2.14 Ruang Pemanas Kayu Balok/Barcore
Gambar 2.15 Balok kayu albasia yang sudah di keluarkan dari
Cedy(ruang proses pengeringan)
Gambar 2.16 Balok Kayu albasia yang siap di potong dengan
Mesin Jumping saw/table saw
b.
Setelah
balken tersebut kering lalu masuk tahap pemotongan dengan mesin yang sangat
tajam yaitu mesin Jumping saw. Cara memotongnya pun harus sesuai kelurusan kayu
atau mencari sisi yang terbaik. Maksudnya misalnya ada balken yang bengkok atau
rusak karna pelos /lapuk/kerap dll. Tujuannya agar mendapat hasil/grade yang
maksimal. Dan Memotongnya tidak harus sama panjangnya.
Gambar 2.17 Pemotongan dengan Mesin Jumping Saw
setelah pemotongan selesai baru potongan2 balken
tersebut diplener (diserut) dengan Mesin Double Planner atas dan bawahnya yang
berfungsi untuk menghaluskan semua sisi kayu,
sehingga menghasilkan batangan-batangan kayu yang sudah halus setiap sisinya.
Gambar 2.18 Mesin Double Planner
d.
Selanjutnya
potongan balken tersebut di potong potong dengan panjang dan lebar yang sama
agar ketika menggabungkan satu sama lain tidak sulit dan bisa rapat.
Gambar 2.19 Mesin Gang Ripsaw/Multi Ripsaw
Gambar 2.20 Memilih Hasil Strip yang baik untuk di pakai
e.
ketika sudah menjadi potongan strip - strip atau korpis lalu susun dengan
posisi korpis berdiri dan menyusun seperti orang memasang bata bangunan yang
bertujuan saling mengunci.
Gambar 2.21 Menyusun strip - strip Barcore
f.
Proses
selanjutnya adalah proses pengeleman yaitu menggabungkan potongan-potongan kayu
yang sudah dihaluskan tadi disatukan satu persatu supaya membentuk lembaran.
Untuk mendapatkan perekatan yang maxsimal diperlukan suatu alat pres dengan
hidrolik untuk menekan masing-masing sisi lembaran kayu tersebut.
Gambar 2.22 Proses Pengeleman
g.
Setelah
menjadi lembaran bare core kemudian ditumpuk dimasukkan mesin pres agar bisa
rapat dan kokoh. Kalo sudah kita lihat lembaran bare core apakah ada yang
berlubang atau pelos kalo ada kita polesi dengan dempul yang dibuat dengan lem
kayu yang dicampur dengan serbuk kayu sengon yang sangat halus agar bisa rapat.
Kemudian tunggu sampai kering tumpuk dan bungkus dengan plastik dan di ikat
yang kencang .bare core pun siap dipasarkan.
Gambar 2.23 Barcore yang mau di kemas
Gambar
2.24 barecore yang sudah dikemas
C.
Komponen-komponen
Mesin Glue
Spider
1.
Tungku
Pengapian (Furnace)
Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan
menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui
pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku
pembakaran.
2.
Steam
Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta
tempat terbentuknya uap.
3.
Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari
steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses
pemanasan lanjutan menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu
260°C sampai 350°C.
4.
Air
Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang
digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna.
5.
Dust
Collector (Pengumpul Abu)
Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada
pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang.
6.
Pengatur
Pembuangan Gas Bekas
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan)
melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap.
7.
Safety
Valve (Katup pengaman)
Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi
batas yang telah ditentukan.Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup
pengaman uap basah dan katup pengaman uap kering.
8.
Gelas
Penduga (Sight Glass)
Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk
mengetahui ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan
pengontrolan ketinggian air dalam ketel selama boiler sedang beroperasi.
9.
Pembuangan
Air Ketel
Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas.
Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut,
contoh sederhananya ialah munculnya busa yang dapat menganggu pengamatan
terhadap gelas penduga
D.
Faktor-faktor
Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja:
Peristiwa kecelakaan kerja merupakan suatu kondisi
yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Karena hal ini akan menimbulkan
kerugian dan pembiayaan yang besar. Untuk menghindari kecelakaan kerja, maka
kita perlu mempelajari sebab-sebab kecelakaan kerja, sehingga bisa mengeliminir
angka kecelakaan kerja.Kecelakaan kerja dapat bersumber dari faktor manusia
sendiri,alat,maupun dari faktor lingkungan.
1.
Faktor
manusia.
Kecelakaan
kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia diantaranya:
a.
Ketidaktahuan.
Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan
pengetahuan yang cukup oleh teknisi.Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab
kecelakaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan peralatan kerja,
memahami karakter dari masing-masing mesin dan sebagainya, menjadi hal yang sangat
penting, mengingat apabila hal tersebut asal-asalan, maka akan membahayakan
peralatan dan manusia itu sendiri.
b.
Kemampuan
yang kurang.
Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat
dibutuhkan untuk proses produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang
yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih baik serta
memperhatikan faktor keslamatan kerja pada pekerjannya. Oleh sebab itu, untuk
selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih baik.
c.
Ketrampilan
yang kurang.
Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan
secara terus-menerus.Hal ini untuk lebih selalu mengembangkan ketrampilan
gunasemakin meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan mengurangi angka
kecelakaan kerja.Di dunia keteknikan, kegiatan latihan ini sering disebut
dengan training.
d.
Konsentrasi
yang kurang Dalam melaksanakan pekerjaan dituntut konsentrasi tinggi.
Mesin-mesin yang beroperasi, berputar, atau bergerak tidak memiliki
toleransi apabila kita salah dalam mengoperasikan atau menjalankan mesin
tersebut.Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi
manusia, seperti masalah pribadi atau keluarga, tekanan ekonomi, maupun
faktor-faktor yang datangnya dari lingkungan seperti kondisi ruangan yang
panas, atau terlalu dingin, suara yang berisik, mesin yang bising dan lain
sebagainya.Oleh karena itu, faktor psikologis manusia dan lingkungan harus
dikondisikan agar manusia nyaman dalam bekerja sehingga mengurangi angka
kecelakaan kerja.
e.
Bermain-main.
Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa menjadi
salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja. Demikian juga dalam
bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa menyebabkan kecelakaan
kerja.Oleh karena itu, dalam setiap melakukan pekerjaan sebaiknya dilaksanakan
dengan cermat, teliti, dan hati-hati agar keselamatan kerja selalu bisa
terwujud.Terlebih lagi untuk pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian,
kesabaran dan kecermatan, tidak bisa dilaksanakan dengan berkerja sambil
bermain.
f.
Bekerja tanpa
peralatan keselamatan.
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan
keselamatan kerja.Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi
pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru
dilaksanakan.Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat peralatan
keselamatan yang nyaman dan aman ketika digunakan.Perlatan keselamatan tersebut
diantaranya pakaian kerja (wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las,
sarung tangan, sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga dari kebisingan,
tali pengaman untuk pekerja di ketinggian dan sebaginya.Terkadang orang yang
sudah merasa mahir justru tidak menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam
mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal ini sangatlah salah, pekerja yang
mahir dan profesional justru selalu menggunakan peralatan keselamatan kerja
untuk menjaga kualitas pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan kesehatan
dirinya selama bekerja.
g.
Mengambil
resiko yang tidak tepat.
Karena tidak mau repot dalam bekerja, orang kadang melakukan hal-hal
yang tidak mencerminkan tindakan yang selamat. Sebagai contoh, pekerja malas
mengambil topeng las di rak keselamatan kerja, langsung mengelas tanpa
pelindung mata. Tanpa di duga, ada percikan api las yang mengenai mata. Setelah
dilakukan pengobatan, ternyata besarnya biaya pengobatan tidak sebanding dengan
beberapa detik mengambil peralatan keselamatan kerja.Demikian juga dengan
mesin, sudah tahu bahwa oli sudah waktunya diganti, karena hanya menyisakan
pekerjaan sedikit saja, oli mesin tidak diganti. Ternyata dengan kualitas oli
yang jelek, justru mesin menjadi panas (overheating) dan harus turun
mesin,dengan biaya yang jauh lebih tinggi, ditambah tetap harus mengganti oli.
h.
Latar
Belakang Pendidikan.
Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam
bekerja. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir
lebih panjang atau dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai
segi. Misalnya dari segi keamanan alat atau dari segi keamanan diri.Lain halnya
dengan orang yang berpendidikan lebih rendah, cenderung akan berpikir lebih
pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam bertindak. Misalnya Ketika kita
melakukan pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita
tidak memakai peralatan safety dengan benar.Hal ini yang tentunya dapat
menimbulkan kecelakaan.
i.
Psikologis.
Faktor Psikologis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan
kerja.Psikologis seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan
suatu pekerjaan. Bila konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi
tindakan-tindakan yang akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja
sangat mungkin terjadi. Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
konsentrasi adalah :
j.
Masalah-masalah
dirumah yang terbawa ke tempat kerja.
k.
Suasana kerja
yang tidak kondusif.
l.
Adanya
pertengkaran dengan teman sekerja.
2.
Faktor
lingkungan
Kecelakaan
kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia diantaranya:
a.
Tempat kerja
yang tidak layak.
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti
ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja,
lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain
sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan,
maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
b.
Kondisi
peralatan yang berbahaya.
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan
menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja.Misalnya karena mesin atau peralatan
yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang
berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya. Oleh
karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan kerja
harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau ,manusia
c.
Bahan-bahan
dan peralatan yang bergerak.
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak,
pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan
terjadi kecelakaan kerja. Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu
dilakukan pemikiran dan perhitungan yang matang, baik metode memindahkannya,
alat yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan
lain sebagainya. Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan alat bantu
seperti forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti
benar cara menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan timbul
kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga kerja lainnya.
d.
Transportasi.
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga
cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang
berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin,
sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak baik,
semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Upaya
untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranyaadalah memastikan jenis
transportasi yang tepat dan aman, melaksanakan operasi sesuai dengan standart
operational procedure (SOP), jalan yang cukup, penambahan tanda-tanda
keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk transportasi (misal
dengan warna cat) dan lain sebagainya.
A.
Faktor Alat
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.Alat-alat yang sudah tua kemungkinan
rusak itu ada.Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat mengakibatkan
kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-alat yang sudah tua dan Melakukan
kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat kerja.Itu penting untuk
mencegah hal2 yang tidak kita inginkan.
Gambar 3.14 Barecore siap dikirim
E.
Perawatan dan
Perbaikan
1.
Jenis
Perawatan
a.
Perawatan yang bersifat preventif
Perawatan ini dimaksudkan
untuk menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu menjadi rusak atau dapat
disebut dengan pemeliharaan mesin guna mencegah semaksimal mungkin mesin
tersebut menjadi rusak. Pada dasarnya yang dilakukan adalah perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tak terduga dan
menentukan keadaan penyebab yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dalam prakteknya perawatan preventif yang dilakukan
oleh suatu perusahaan dapat dibedakan lagi sebagai berikut:
1)
Perawatan
rutin, yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawataan yang dilakukan secara rutin
(setiap hari). Menurut pengawas dalam bagian pemeliharaan, dalam perawatan
rutin seorang mekanik harus benar-benar memperhatikan bagaimana dan apa yang
akan dirawat secara rutin, jangan sampai kita merawat bagian yang tidak harus
dirawat secara rutin malah kita beri perawatan secara rutin.
2)
Perawatan
periodik, yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara
periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap 100 jam kerja mesin,
lalu meningkat setiap 500 jam sekali, dan seterusnya. Menurut pendapat pengawas
saya perawatan ini sangat penting dilakukan pada mesin yang membutuhkan
perawatan tersebut dan perawatan tersebut juga harus kita lakukan secara benar
jangan sampai memberlakukan perawatan periodik atau dalam jangka waktu tertentu
pada mesin yang harus dilakukan pada jangka waktu yang rutin.
b.
Perawatan yang bersifat korektif
Perawatan ini dimaksudkan untuk memperbaiki
perawatan yang rusak.Pada dasarnya aktivitas yang dilakukan adalah pemeliharaan
dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan
pada fasilitas atau peralatan.kegiatan ini sering disebut sebagai kegiatan
perbaikan atau reparasi. Kegiatan ini sangat penting terutama pada mesin multi
ripsaw, karena menurut pendapat para karyawan mesin cold press sangat penting dan harus secara
cepat untuk diperbaiki agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan
tidak terganggu.Hal itu ditambah jumlah mesin multi ripsaw yang relatif
sedikit.
2.
Pengertian Servis (Perbaikan)
Servis sering juga
disebut dengan istilah perbaikan(jasa).Pengertian dari perbaikan itu sendiri
adalah usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi dari suatu benda atau
alat yang rusak akibat pemakaian alat tersebut pada kondisi semula.
Proses perbaikan tidak menuntut penyamaan sesuai kondisi awal, yang diutamakan
adalah alat tersebut bisa berfungsi normal kembali. Perbaikan memungkinkan
untuk terjadinya pergantian bagian alat/spare
part.Terkadang dari beberapa produk yang ada dipasaran tidak menyediakan spare part untuk penggantian saat
dilakukan perbaikan, meskipun ada, harga spare
part tersebut hampir mendekati harga baru satu unit produk tersebut. Hal
ini yang memaksa user/pelanggan untuk membeli baru produk yang sama.
Tidak setiap perbaikan dapat
diselesaikan dengan mudah, tergantung tingkat kesulitan dan kerumitanassembling/perakitan
alat tersebut, mulai dari tingkatan jenis bahan hingga tingkat kecanggihan
fungsi alat tersebut.Tingkat kesulitan tersebutlah yang menumbuhkan perbedaan
jenis perbaikan, mulai jenis perbaikan ringan, perbaikan sedang dan perbaikan
yang sering dinamakan servis berat.Dari jenis servis diatas ditentukan biaya
perbaikan sesuai tingkat kesulitannya.
Service merupakan
satu hal yang sangat penting dalam dunia bisnis karena service merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada pelanggan.Service juga menjadi salah satu
pertimbangan seseorang untuk memutuskan membeli produk atau menggunakan jasa
dari sebua perusahaan.Service yang
buruk bisa membuat pelanggan lari dan beralih ke perusahaan pesaing.Mengingat
begitu pentingnya service bagi
kelangsungan usaha kita, sudah selayaknya bila kita selalu menjaga service kita kepada pelanggan.
F.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Bidang Industri
1. Definisi
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja adalah bagian dari sistim manjemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.
2.
Tujuan dan Sasaran K3
Menciptakan suatu sistim
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.
Sebagai mana yang telah tercantum didalam Undang Undang No. 1 Tahun 1970
Tentang: Keselamatan Kerja
b.
Setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional
c.
Setiap orang
lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya
d.
Sahwa setiap
sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien
e.
Bahwa
berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina norma-norma
perlindungan kerja
3.
Rambu - rambu keselamatan kerja
a. Larangan
Gambar 2.25 Contoh Larangan
Llingkaran dengan diagonal berwarna merah di atas
putih.Rambu-rambu tersebut berarti suatu larangan. Contoh: sebatang rokok
sedang menyala dengan warna hitam, berarti larangan merokok.
b.
Perintah
Gambar 2.26 Perintah
Putih di atas biru mempunyai arti suatu perintah
4.
Perlengkapan
K3
a.
Safety Helmets
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda
yang bisa mengenai kepala secara langsung.
Gambar 2.27 safety helm
b.
Sepatu Karet (sepatu boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang beperiksa ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dsb.
Gambar 2.28 sepatu karet
c.
Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada
saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.Bahan
dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
Gambar 2.29 sarung tangan
d.
Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
Gambar 2.30 masker
e.
Pelindung wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan
benda asing saat bekerja ( misal pekerjaan menggerinda ).
Gambar 2.31 pelindung wajah
5.
Akibat yang ditimbulkan apabila mengindahkan K3
Kecelakaan kerja tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena
tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman.Kelalaian sebagai sebab
kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian
dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Dari
hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai
ataupun kondisi kerja yang kurang aman.
Di dalam menganalisa
pekerjaan seorang pekerja, teknisi keselamatan dapat mengantisipasi kemungkinan
kesukaran dan ketergantungan di dalam bekerja. Sebagai contoh, jika analisanya
dapat berjalan dengan lancar untuk menjalankan roda gigi dan memakai tangannya
tanpa kesukaran, menunjukkan bahwa ia mampu mengoperasikan mesin dengan baik
meskipun mesin tadi dapat ditinggal-tinggal.
Dengan cara yang sama
bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap elemen-elemennya untuk
menganalisa gerak individu dan waktu masing-masing, atau dengan cara yang sama
menyelidiki analisa seperti aspek-aspek suatu tingkatan pekerjaan, tanggung
jawab dan juga pelatihan, analisa keselamatan juga melihat tugas dari seorang
operator untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Sebelum menyelesaikan
suatu studi kasus, analisa keselamatan harus bisa menentukan, tujuan setiap
pekerjaan.Jika fakta-fakta tersebut ditentukan sebelumnya, seleksi dan
penempatan, kedua perusahaan dan pekerja mendapatkan keuntungan.
6.
Penyelidikan Terhadap Kecelakaan
Walaupun analisa
keselamatan kerja dan penyelidikan terhadap pabrik dapat mencegah kecelakaan,
beberapa kecelakaan masih akan terjadi sebagai bukti kekurangan dari manusia.
Ketika kecelakaan terjadi, melalui penyelidikan mungkin akan mendeteksi bahaya
yang sering terjadi dan sebagai koreksi pekerjaan dalam suatu pabrik, kegagalan
penyelidikan dapat mengakibatkan kecelakan yang fatal hingga menimbulkan
kematian.
Tanpa alasan penyelidikan
kecelakaan seharusnya direncanakan dengan menunjukkan bagian pekerjaan ini yang
salah dalam bekerja.Tujuan penyelidikan adalah memberikan fakta-fakta agar
kecelakaan tidak terulang kembali. Lebih baik memberi peringatan daripada
setelah terjadinya suatu kecelakaan,Dan kenyataan bahwa kecelakaan tidak
terjadi selama beberapa kecelakaan yang ada, tidak menjamin bahwa kecelakan itu
tidak mungkin terjadi lagi.
BAB III
PELAKSANAAN
A.
Waktu Pelaksanaan
PKL di SMK Negeri 1 Bawen
pada tahun 2016 ini dilaksanakan selama 3 bulan atau setara dengan 800 jam x 45
menit (pembelajaran dilakukan di sekolah) atau 600 jam x 60 menit (pembelajaran
di dunia usaha atau dunia industri) dengan tanggal dan bulan yang ditentukan
oleh pihak sekolah dan juga harus di sepakati oleh pihak dunia usaha atau dunia
industri (DU/DI). Pelaksanaan PKL dilaksanakan pada tanggal 08 Agustus 2016
sampai dengan 15 November 2016.
B.
Tempat PKL :
COMPANY PROFILE
1.
Data Umum
Nama
DU/DI/Lembaga : PT. MATRATAMA MANUNGGAL
JAYA
Jenis : Perusahaan
Swasta
Bidang Usaha : Industri Kayu Barecore
& Plywood
Alamat : R.A Raya Magelang-Semarang KM 15,5 Pringsurat
Temanggungjawa Tengah
No.
Telp/Fax : 0293-3219977
2.
Data
Personalia
Nama
Pimpinan : Abdul Malik
Nama
Pembimbing : Waridin
Jabatan :Staf Teknik
No.
Telp/Hp : 085729388560
C.
Skala
Produksi Kayu Sengon/Barecore.
Munculnya pasar untuk
peralatan rumah tangga, peti kemas, pulp daln lain-lain telah mendorong
masyarakat di Jawa untuk membudidayakan kayu (hutan rakyat). Kayu yang banyak
dibudidayakan adalah kayu sengon, jati dan mahoni (Sumardjani dan Waluyo,
2007).
Kayu sengon banyak digunakan untuk peti kemas; pulp; perabot rumah
tangga (meja. kursi, dipan, almari); bahan bangunan (usuk, reng).Kayu jati atau
mahoni dan kayu keras lainnya lebih digunakan untuk perabot rumah tangga dan
bahan bangunan rumah yang tergolong mewah.
Keterbatasan kayu keras menjadikan industri kayu primer beralih bahan
baku dari kayu keras menjadi kayu lunak, terutama albasia (latin: Albizia
falcataria).
Pasokan kayu dari hutan rakyat telah membentuk pasar kayu albasia dan
industri pengolahan kayu albasia di daerah Jawa Tengah. Menurut Hery Santoso
(2006), potensi tanaman hutan rakyat di pulau Jawa sampai dengan 2005 sebagai
berikut:
Jenis Tanaman
|
Kuantitas
|
Jati
|
79,7 juta pohon
|
Sengon
|
59,8 juta pohon
|
Mahoni
|
45,3 juta pohon
|
Tabel 3.1 Potensi Hutan Rakyat di Pulau Jawa
tahun 2005
Dilihat dari jenisnya, kayu
jati merupakan kayu favorit pilihan hampir 3 juta rumah tangga, dengan
rata-rata pemilikan lebih dari 25 pohon per rumah tangga.Jenis berikutnya yang
banyak ditanam adalah sengon, yang ditanam oleh 2 juta rumah tangga, baru
kemudian mahoni, akasia dan pinus.
Jenis
Tanaman
|
Rumah
Tangga Pengelola (juta)
|
Jumlah
Pohon (juta)
|
Persentase
pohon siap tebang (%)
|
Konsentrasi
Wilayah
|
Jati
|
3,05
|
79,71
|
23,14
|
Jateng
|
Sengon
|
2,32
|
59,83
|
24,61
|
Jateng
|
Mahoni
|
2,31
|
45,26
|
41,11
|
Jateng,
Jabar
|
Akasia
|
1,20
|
32,20
|
37,69
|
Jatim,
Jateng
|
Pinus
|
0,16
|
5,82
|
46,12
|
Jatim,
Sumut
|
Tabel 3.2 Perbandingan Kayu Jati,Sengon,Mahoni,Alkasia,Pinus
Wonosobo terdiri atas 256 desa yang meliputi hampir 99.000
hektar.Kabupaten ini dihuni oleh 768.000 orang dan 80% diantaranya adalah
petani.Hutan rakyat meliputi sekitar 19.000 hektar (Asia Forest Network,
2006).Area hutan rakyat terbesar berada di Kaliwiro dan Sapuran. Di Indonesia,
albasia disamakan dengan tanaman pertanian sehingga peraturan mengenai
penanaman dan penebahan albasia dari hutan rakyat tidak seketat tanaman yang
tumbuh di hutan Negara seperti jati. Dengan demikian, pertanian albasia tidak
diawasi secara ketat oleh Departemen Kehutanan dan Departemen Lingkungan Hidup
karena tidak merusak hutan alam (illegal logging).
Menteri Kehutanan MS
Kaban memberikan apresiasi tinggi terhadap Gerakan Wonosobo Menanam tahap kedua
yang dicanangkan tanggal 21 November 2007 di kawasan Dieng Wonosobo (Radar
Semarang tanggal 22 November 2007). Sebanyak 1,25 juta bibit ditanam di 15
kecamatan dengan menghabiskan anggaran Rp 2 miliar yang berasal dari swadaya,
Pemkab Wonosobo, masyarakat dan sponsor. Gerakan Wonosobo Menanam diikuti
serentak oleh anak-anak sekolah dan berbagai komponen masyarakat di 15
kecamatan dan 265 desa kelurahan di Wonosobo. Bibit yang ditanam selain berasal
dari pemerintah , Perhutani, jajaran instansi Jateng juga swadaya anak-anak
sekolah dan dari sponsor. Seperti Geo Dipa Energi, PT Tirta Investama Wonosobo,
CV Mekar Abadi, Danon, SSWI, PT Djarum, Tunas Madukoro, Pemberdayaan Masyarakat
Bambu, PT Indonesia Power, Rotary Club Semarang Bojong, perbankan termasuk
BTPN.
Di Jawa
Tengah, terdapat 838 industri kayu primer yang terdiri dari industri kilang
gergaji (sawmill), industri papan laminasi (laminated board), industri cetakan
kayu (moulding), dan industri pengolahan kayu seperti halnya industri kayu
lapis (plywood).Industri kayu primer di Jawa Tengah didominasi oleh industri
kilang gergaji.(PT. Chazaro Gerbang International, 2006).
Industri
kilang gergaji untuk kayu albasia sebagian besar terkonsentrasi di pegunungan
Sindoro-Sumbing-Merbabu, Temanggung, Wonosobo dan Magelang. Di daerah tersebut
terdapat ratusan industri kilang gergaji skala kecil yang menghabiskan bahan
baku sampai 100 meter kubik per bulan.
Dari
data tahun 2005 yang dicatat oleh Kantor Kehutanan dan Kantor Industri,
Perdagangan & Koperasio (INDAKOP), di Jawa Tengah terdapat 2.954 industri
primer dan sekunder yang berbahan dasar kayu. Industri primer terdiri dari 40
industri papan laminasi dan papan penyambung-gerigian, 838 unit kilang gergaji,
450 pabrik kayu cetak dan 364 industri pengolahan kayu termasuk 2 industri kayu
lapis. Industri sekunder terutama terdiri dari furniture dan pekerjaan kayu
masing-masing sebesar 1.232 dan 28 unit.Produksi furniture terpusat di daerah
Jepara, Klaten, Sukoharjo dan Sragen.Sedangkan pekerjaan kayu, seperti galangan
kapal, berada di daerah Brebes.
Industri primer di Jawa Tengah didominasi industri kilang gergaji.Dari
survey lapangan di sepanjang Kabupaten Temanggung dan Wonosobo terdapat
sedikitnya 200 unit kilang gergaji yang beroperasi.Kilang gergaji tersebut
biasanya dimiliki oleh perorangan. Keterbatasan kayu keras membuiat industri
kayu mengubah bahan baku dari kayu keras menjadi kayu lunak seperti kayu
albasia. Potensi pasokan kayu albasia dari hutan rakyat telah menciptakan pasar
kayu albasia dan perkembangan industri pengolahan kayu di daerah Jawa Tengah.
Keberadaan industri kayu
berperan penting terhadap pengembangan ekonomi masyarakat sekitar.Sektor
industri ini telah membuka lapangan kerja bagi banyak orang.Industri kayu
mencakup kilang gergaji, kayu lapis, panel kayu, mebel, komponen bangunan,
bahan untuk lantai, papan partikel, kayu cetak, papan penyambung-gerigian, dan
kerajinan kayu.Industri kayu di Jawa Tengah tumbuh pesat di daerah Kabupaten
Ambarawa, Wonosobo dan Temanggung.
Permintaan kayu sebagai
bahan baku untuk industri kayu di Jawa Tengah telah meningkat seiring dengan
meningkatnya populasi dan kebutuhan manusia. Pada tahun 2006, tercatat ada
2.663 industri kayu yang terdiri dari 318 industri kayu skala besar dan 2.345
industri kayu skala kecil dengan total kebutuhan bahan baku sebanyak 6 juta
meter kubik per tahun (3,6 juta meter kubik untuk industri skala besar dan 2,4
juta meter kubik untuk industri skala kecil). Area hutan di Provinsi Jawa
Tengah meliputi sekitar 647.596 Ha yang dikelola oleh Perum Perhutani I
(perusahaan umum milik negara) dan hutan rakyat seluas 219.787 Ha. Perum
Perhutani I Jawa Tengah memasok sekitar 340.000 meter kubik per tahun,
sedangkan hutan rakyat memasok 1,7 juta meter kubik per tahun. Lainnya sebesar
3,98 juta meter kubik per tahun diperoleh dari provinsi lain seperti Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan sebagian diimpor dari negara lain. Kayu
impor sebagian besar untuk memasok kebutuhan kayu industri besar.
Produksi veneer (meter kubik) dari hutan alam di Jawa Tengah dan Nasional
tahun 2002 – 2006 sebagai berikut:
Keterangan
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
Jawa Tengah
|
19.911
|
15.439
|
*)
|
28.787
|
Nasional
|
289.191
|
155.374
|
*)
|
255.729
|
|
|
|
|
|
Tabel 3.3 Produksi Veneer
Produksi veneer menempati urutan kedua di antara produk kayu olahan
lainnya.
Nama Produk
|
Volume Produksi
|
Blockboard
|
3.826.455 m3
|
Veneer
|
10.314.398 m3
|
Particle Board
|
1.919.708 m3
|
Chipwood
|
2.653.468 m3
|
Pulp
|
18.869.111 ton
|
Moulding
|
3.945.878 m3
|
Dowel
|
20.140 m3
|
Woodworking
|
1.527.466 m3
|
Tabel. Volume Produksi Kayu Olahan 2006
Keterbatasan pasokan kayu
dari hutan alam dan distribusinya yang kerap menjadi persoalan menyebabkan
harga menjadi tinggi, sehingga perlu mencari sumber pasokan alternatif seperti
HTI, hutan hak/hutan rakyat, dan kayu eks perkebunan.
Peran bahan baku dari
hutan alam yang selama ini lebih mendominasi kebutuhan industri kayu
perlahan-lahan mulai beralih, karena beberapa tahun terakhir ini peran hutan tanaman
atau secara khusus hutan hak/hutan rakyat mulai meningkat. Bahkan ke depan
pasokan bahan baku dari hutan hak/hutan rakyat dapat menggantikan peran hutan
alam.
Bukti bahwa hutan rakyat
atau hutan hak mulai meningkat perannya terlihat dari produk-produk kayu
seperti Bayur, Durian, Jabon, Karet, Kemiri, Sengon, Suren, Sungkai, dll.yang
mulai banyak diminati oleh pasar. Sebut saja produk plywood telah
menggunakan Sengon, Durian, Jabon, Bayur sebagai core, juga untuk finger
joint laminating board, barecore, engineering doors, dan packaging
boxes.Peningkatan penggunaan bahan baku dari hutan rakyat terlihat dari data
Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) tahun 2004-2006 dimana persentase
ekspor produk kayu olahan yang menggunakan bahan baku dari hutan rakyat
berkisar antara 38-40%, berarti hampir separuh dari volume ekspor produk
kehutanan telah menggunakan bahan baku dari sumber-sumber alternatif.
Kayu
albasia (sengon) merupakan substitusi kayu keras terutama dari Kalimantan,
karena sedikitnya bahan baku kayu keras, umur panen albasia relatif pendek dan
harga yang bersaing.
Harga kayu albasia
relatif lebih murah dibandingkan dengan kayu lain seperti kayu jati atau kayu
mahoni (www.tasikmalaya.go.id tanggal 17 Maret 2008) , selain itu karena dalam
tempo lima tahun tanam sudah dapat ditebang, maka perputaran investasi pada
tanaman albasia relatif lebih cepat apabila dibandingkan dengan investasi pada
tanaman kayu jati dan sejenisnya.
D.
Sistem
Pelaksanaan PKL dan Kerja di PT. Matratama Manunggal Jaya.
1.
Jadwalpada saat
mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Putra Albasia Mandiri :
a.
Hari Masuk
PKL : Senin,Selasa,Rabu,Kamis,Sabtu.
b.
Jam kerja PKL
: Pukul 07.00 - 16.00 (senin s.d jumat) &
Pukul
07.00 - 12.00 (sabtu).
c.
Hari Libur
PKL :Minggu dan Hari – Hari Besar.
2.
Tata tertib
PKL di PT. Matratama Manunggal Jaya :
a.
Berpakaian
Rapi dan Sopan.
b.
Tidak Boleh
Mencuri Barang yang ada di Industri.
c.
Dilarang
Memakai Sandal Pada Saat PKL.
d.
Dilarang
membawa senjata tajam ke kantor DU/DI.
e.
Wajib datang
tepat pada waktunya ke Kantor DU/DI sesuai dengan jam yang telah ditentukan.
f.
Wajib memakai
seragam profesional dan tanda pengenal yang telah diberikan oleh Sekolah atau
seragam yang telah ditentukan oleh masing-masing kantor DU/DI.
g.
Dilarang
merokok baik didalam kantor maupun diluar jam Kantor.
h.
Wajib mengisi
daftar hadir pada setiap jam masuk Kantor.
i.
Apabila berhalangan
atau sakit atau mempunyai kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, harus
memberitahukan kepada instruktur atau pembimbing atau menyertakan surat
keterangan Dokter setempat.
j.
Dilarang
keluar kantor pada saat jam kantor kecuali setelah mendapat ijin dari instruktur
DU/DI.
k.
Wajib memakai
pakaian yang rapi dan sopan.
l.
Dilarang
pulang atau meninggalkan kantor kerja sebelum jam pulang kantor kecuali ada
kepentingan dan itupun harus mendapat ijin dan restu dari instruktur DU/DI.
m.
Apabila
mendapatkan masalah hendaknya konsultasi dengan pembimbing atau instruktur
DUDI.
n.
Apabila tidak
masuk terus menerus dengan tanpa alasan dan tidak memberitahukan kepada
instruktur atau pembimbing, maka dia akan diberi sanksi oleh sekolah sesuai
dengan hukuman yang berlaku dan akan diberikan nilai Nol.
o.
Dilarang
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan tata tertib di kantor DUDI.
p.
Dilarang
menerima tamu, kecuali setelah mendapat ijin dari instruktur DUDI.
q.
Apabila telah
selesai melaksanakan tugas, peserta wajib membuat laporan dan disetor ke pembimbing
dan sekolah atau ke ketua program masing-masing Jurusan.
3.
Jadwal
Karyawan Produksi di PT. Matratama Manunggal Jaya :
a.
Hari Masuk : Senin,Selasa,Rabu,Kamis,jumat,Sabtu.
b.
Jam Kerja :
1)
Shift Pagi :
Pukul 07.00 – 17.00 (senin, s.d kamis)
2)
Shift Malam :
Pukul 19.00 – 05.00 (senin s.d sabtu).
c.
Hari Libur : Minggu dan Hari – Hari Besar
4.
Tata Tertib
Karyawan Produksi di PT. Matratama Manunggal Jaya :
a.
memelihara
kerjasama yang baik diantara pegawai untuk menciptakan ketenangan kerja dan
memelihara ketertiban dalam perusahaan.
b.
Menggunakan,
menjalankan atau menyimpan dengan baik semua peralatan atau mesin-mesin,
bahan-bahan atau surat-surat berharga milik perusahaan yang dipercayakan
kepadanya.
c.
Bertanggung
jawab atas semua barang atau harta milik perusahaan yang dipercayakan kepadanya
dan harus segera melaporkan kehilangan atau kerusakan yang terjadi terhadap
barang-barang atau harta milik perusahaan tersebut kepada kepala kerjanya untuk
dipertimbangkan Mentaati ketentuan jam kerja.
d.
Melakukan
check in pada waktu masuk kerja dan check out pada waktu pulang kerja.
e.
Melaksanakan
tugas/pekerjaan dengan sebaik-baiknya, penuh pengabdian, kesadaran dan
bertanggung jawab.
f.
Bekerja
dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan perusahaan.
g.
Memelihara
dan meningkatkan keutuhan, kekompakan dan persatuan untuk menciptakan suasana
kerja yang baik sesuai dengan harapan perusahaan.
h.
Menyimpan
rahasia perusahaan dan/atau rahasia-rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya.
i.
Menggunakan
dan memelihara barang-barang milik perusahaan dengan sebaik-baiknya, serta
menjaga pemborosan waktu dan material.
j.
Segera
melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan
atau merugikan perusahaan, terutama dibidang keamanan, keuangan dan materiil.
k.
Bertindak dan
bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannnya.
l.
Menjadi dan
memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya.
m.
Memberikan
bimbingan kepada bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
n.
Memberikan
kesempatan dan dorongan kepada bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja dan
mengembangkan kariernya.
o.
Berpakain
rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat
dan sesama pegawai.
p.
Mentaati
perintah kedinasan dari atasan yang berwenang dan/atau orang lain yang ditunjuk
olehnya.
q.
Mentaati
segala peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan PT Standar Beton
Indonesia.
r.
Memperhatikan
dengan sebaik-baiknya setiap tindakan disipliner yang diterima.
s.
Datang
ditempat kerja sebelum jam kerja dan mulai bekerja tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
t.
Menggunakan/melalui
pintu yang telah ditentukan untuk masuk atau keluar kompleks perusahaan.
u.
Harus
memperlihatkan isi dari bungkusan yang dibawa masuk atau keluar kompleks
perusahaan.
v.
Selalu
menggunakan atau membawa kartu tanda pengenal pegawai dan harus dapat
menunjukkan jika diminta oleh petugas keamanan.
w.
Bersikap
sopan, jujur dan selalu mentaati perintah atasan dalam melakukan pekerjaannya
serta selalu meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
x.
Selalu
menggunakan alat-alat keselamatan kerja dan selalu mencegah terjadinya tindakan
atau keadaan yang dapat menimbulkan bahaya seperti misalnya kebakaran,
kecelakaan kerja dan sebagainya dalam perusahaan.
E.
Struktur Organisasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Mesin Cold Press
Gambar
4.1 Mesin Cold Press
Mesin ini adalah mesin yang digunakan dalam proses
pengeliman potongan-potongan kayu berbentuk peregi panjang kecil yang suah siap
untuk ditata secara rapi
B.
Komponen Mesin Glue Spider
1. 3 unit tabl lifter
2. 1 unit motor induksi 3 fhase
3. 1 unit gear box penggerak rantai
utama
4. 2 set join kopel
5. 1 set panl kontrol
C.
Alat yang digunakan pada saat Perawatan
dan Perbaikan Mesin Jumping Saw
Alat dan bahan perawatan
memang sangat dibutuhkan saat perawatan maka harus memiliki alat dan bahan yang
lengkap saat perawatan sehingga saat melakukan kegiatan tersebut tidak akan
terganggu karena kekurangan alat dan bahan.
1.
Kunci pas
2.
Kunci L
3.
Lampu kabel
4.
Tang
5.
Travo las
6.
Rol kabel
7.
Obeng – dan +
8.
Gerinda tangan
9.
Bor
10. Jangka
sorong
11. Penggaris
siku
12.
Meteran
D.
Bahan yang digunakan pada saat Perawatan
dan Perbaikan Mesin Jumping Saw
Bahan yang di butuhkan dalam
melakukan perawatan mesin Jumping Saw memerlukan bahan yang cocok dengan karakteristik mesin, hal ini
bertujuan agar mesin yang diberikan sentuhan perawatan dapat berfungsi kembali
dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya yang seharusnya.Berikut adalah
bahan yang di butuhkan.
Langkah
Kerja yang penulis maksud adalah bagaimana caranya seorang mekanik maintenance
bekerja di bagian mesin Jumping Saw. Cara kerja dibagi menjadi 2 yang harus
dikerjakan yaitu:
1.
Oli
2.
Solvent
3.
Gemuk (grease) atau Vaseline
4.
Elektroda las
E.
K3LH
K3 ini dibuat tentu mempunyai tujuan dibuatnya K3 secara tersirat tertera dalam undang–undangn omor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja tepatnya.Jadi alat keselamatan kerja mesin las adalah sangat fital untuk di gunakan.Berikut ini alat–alat
K3 yang di gunakan.
1.
Wearpack
2.
Masker mulut
3.
Topeng las
4.
Sepatu las/ kulit
F.
Prinsip Kerja
1setelah mesin hidup seting raber
gluee dan doctorol disesuaikan dengan bahan yang akan diproses
2. masukkan lm
ML dan lem UL yang sudah diaduk di mikser
3.setelah lem tercampur rata di
glue roll kemudian masukkan playwood/barecore yang ukuran tebal 2,5 ke glue
roll secara bertahap dan terus menerus
4.bahan yang sudah tercampur dengan
lem kemudian dilapisi sortcor/neener yang tipis untuk lapisan atas dan bawah
kemudian diyumpuk secara rapi di meja tablelifter secara teratur
G.
Analisa Usaha
Analisis usaha yang penulis dapatkan di PT.
Matratama Manunggal Jaya Pring Surat-Temanggung, mengenai perawatan mesin Cold Press adalah sebagai berikut:
NO
|
Alat / Bahan
|
Spesifikasi
|
Satuan
|
Kebutuhan
|
Harga Satuan
|
1
|
Mesin Las
|
|
1
|
1
|
Rp. 1.500.000
|
2
|
Tang
|
|
1
|
1
|
Rp.50.000
|
3
|
Kunci L
|
|
1
|
1
|
Rp.50.000
|
4
|
Kunci Inggris
|
|
1
|
1
|
Rp.50.000
|
5
|
Palu
|
|
1
|
1
|
Rp.50.000
|
6
|
Oli
|
|
2 L
|
2 L
|
Rp.100.000
|
7
|
Kayu
|
|
1
|
1
|
Rp.10.000
|
Tabel
4.1 Analisa Usaha
H.
Kesimpulan
Hasil akhir dari kegiatan
perawatan pada mesin Cold Press adalah pengeluaran sejumlah Rp. 1.810.000,- sedangkan pemasukan Rp. 2.000.000,-. Jadi Rp. 2.000.000-1.810.000 kegiatan perawatan
tersebut menguntungkan perusahaan sebesar Rp. 190.000,-.
Perawatan yang diberikan untuk
mesin Jumping Saw yaitu untuk perawatan, oli dan motor dapat membantu mesin
untuk proses produksi seperti keadaannya yang semula dan dapat menghasilkan
karung selebar 1000 meter yang dimana setengah meter harganya Rp. 1000,- jadi 1000 meter adalah Rp. 2.000.000,- sedangkan untuk pengeluaran atau untuk
membeli alat dan bahan menghabiskan 600.000,- yang lebih sedikit dibanding
dengan penghasilan
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
akhirnya saya mengetahui yang sebenarnya atas hasil yang diperoleh dari
sekolah, serta memperoleh pengetahuan tentang teori-teori, praktek dan
bahan-bahan atau benda yang belum pernah di pelajari di sekolah.
2. Disamping itu juga saya dapat mengetahui bagaimana
pengalaman bekerja di industri. Dengan hal tersebut, penyusun menjadi dewasa
dan lebih menghormati kerja keras orang tua. Karena mencari nafkah untuk
keluarga memanglah tidak mudah, butuh banyak pengorbanan.
3. Dapat memahami konsep-konsep non akademis dan
non-teknis di dunia kerja, seperti menjaga hubungan atasan dengan bawahan,
menjaga hubungan relasi dan sebagainya.
B. Saran
Pada akhir dari bagian
karya tulis ini, saya akan menyampaikan saran-saran, baik untuk pihak sekolah
maupun bagi pihak industri tentang pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
1.
Untuk
Perusahaan
a.
Diharapkan
agar kerjasama antara sekolah dengan perusahaan lebih ditingkatkan dengan
banyak memberi peluang kepada peserta didik/siswi SMK untuk Praktik Kerja
Lapangan (PKL).
b.
Untuk para
karyawan lebih ditingkatkan lagi motivasi dan kedisiplinannya dalam bekerja.
c.
Hubungan
karyawan dengan peserta didik/siswi PKL diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerjasama yang baik.
2.
Untuk Sekolah
a.
Pemantauan
terhadap peserta didik/siswi yang sedang PKL maupun yang baru akan melaksanakan
Prakerin agar lebih ditingkatkan lagi untuk menyakinkan pihak perusahaan
terhadap program PKL ini.
b.
Dalam
pembekalan materi fisik maupun mental agar lebih ditingkatkan terutama untuk
pembinaan mental peserta didik/siswi.
c.
Dan juga
guru-guru selalu memberikan motivasi, bimbingan dan keringanan pada peserta
didik/siswi yang sedang PKL.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
gambar 5.1
Foto hanya sebagai pemanis saja,
foto-foto kegiatan anda yang ada didalam kegiatan PKL dan beberapa foto-foto peralatan PKL bisa anda sesuaikan dengan kegiatan dan peralatan yang anda gunakan selama mengikuti PKL tersebut
selamat mengerjakan tugas