Makalah Evaluasi Dalam Pembelajaran Membaca Dan Menulis di Kelas-kelas Rendah



Evaluasi Dalam Pembelajaran Membaca Dan Menulis di Kelas-kelas Rendah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu Badron Kamal, M.Pd.



Disusun oleh :
1.      Hanik                    (115811445)
2.      Alam Semesta       (115542212)
3.    Yurika Pratiwi         (114770433)
4.      Hamdan ATT         (115588035)
5.      Mansyur S             (115555886)



PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
STAIN SALATIGA
2016
Latar Belakang
Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar.sebagai suatu komponen evaluasi tidak dapat dipisahkan dari komponen-komponen yang lain.Artinya,setiap kali kegiatan itu diselenggarakan maka evaluasi itu juga diadakan.  
Dalam kegiatan belajar mengajar evaluasi sangat penting karena untuk mengetahui keberhasilan ataupun kegagalan kegiatan yang diselenggarakan sehingga ia dapat memikirkan tindakan selanjutnya dengan arah yang jelas..evaluasi yang perlu dilakukan oleh guru misalnya evaluasi terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui kemajuan siswa dan evaluasi terhadap program pembelajaran.
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini diharapkan siswa dapat
1.      Menyusun alat evaluasi membaca permulaan untuk kelas 1 dan 2
2.      Menyusun alat evaluasi menulis permulaan untuk kelas 1 dan 2
3.      Mengevaluasi program pembelajaran bahasa indonesia
A.Evaluasi dalam pembelajaran membaca permulaan
1.Pengertian Evaluasi
Evaluasi juga sering disebut penilaian yaitu alat atau kegiatan untuk mengukur tingkat keberhasilan  dalam mencapai tujuan.
Dalam pembelajaran bahasa evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu :
·         teknik tes  digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan kognitif siswa yang bersifat kuantitatif
·         teknik non tes digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan psikomotor,afektif,dan lain-lain yang tidak secara langsung berkaitan dengan kemampuan kognitif   berupa informasi kualitatif seperti pengamatan,daftar cek,diskusi,pemberian tugas dll.
Dalam mengevaluasi kemampuan membaca guru dapat memberikan tugas-tugas membaca kalimat sederhana.dari hasil pemberian tugas itu guru memperoleh data tentang kemampuan siswa.setelah data diperoleh guru dapat memberikan evaluasi tentang tingkat kemampuan siswa dalam hal membaca kalimat
2. Evaluasi dalam pembelajaran Membaca di Kelas 1 dan 2 SD   
a. Evaluasi dalam pembelajaran Membaca di Kelas  1 SD
Pembelajaram membaca pada kelas 1 SD adalah pembelajaran membaca permulaan.tujuannya ditekankan pada kemampuan membaca teknik yang masih terbatas  pada kewajaran lafal dan intonasi sesuai GBPP bahasa Indonesia kurikulum SD 1994 yang tertuang sebagai berikut:
“siswa mampu membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang wajar”
Yang perlu diperhatikan dalam evaluasi pembelajaran membaca di kelas 1 SD antara lain:
1.ketepatan menyuarakan tulisan
2.kewajaran lafal
3.kewajaran intonasi
4.kelancaran
5.kejelasan suara
6.pemahaman isi/makna bacaan
Untuk menjaring tahap 1-5 siswa diberi tugas membaca nyaring sedangkan data ke 6 dapat dijaring melalui pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan.                      
b. Evaluasi dalam Pembelajaran Membaca di Kelas 2 SD
tujuan pembelajaran membaca di kelas 2 SD meliputi:
1.siswa mampu membaca bacaan pendek dengan lafal dan intonasi yang wajar
2.siswa mampu memahami cerita yang dibacadan dapat mengajukan atau menjawab pertanyaan,serta dapat menceritakan kembali.
3.siswa mampu membaca puisi yang sesuai dengan anak
Untuk mengevaluasikan tingkat keberhasilan anak dalam mencapai tujuan nomor 1 guru dapat menggunakan pengukuran seperti pada evaluasi membaca di kelas 1 sedangkan tujuan nomor 2 dievaluasi dengan cara memberikan bacaan berupa cerita yang sesuai dengan anak.
Evaluasi dapat dilakukan melalui pertanyaan dari tugas tentang isi bacaan,tugas menveritakan kembali bacaan yang dibaca secara lisan dan memberikan tugas membuat pertanyaan berdasarkan bacaan.
c.Evaluasi dalam menulis di kelas 1 dan 2 SD
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis permulaan seperti tercantum dalam GBPP bahasa Indonesia,Kurikulum SD 1994 ialah:
a.Tujuan pembelajaran menulis di kelas 1
1.siswa mampu menuliskan kata-kata dan kalimat sederhana
2.siswa mampu menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana
3.siswa mampu menceritakan dan menulis tentang benda-benda yang ada disekitarnya dengan kalimat sederhana.
Untuk mengevaluasikan tingkat ketercapaian tujuan nomor 1 dapat dijaring melalaui:
·         dikte :
       (1) siswa diminta menuliskan kata-kata yang diucapkan atau didektekan guru
     (2) siswa diminta menuliskan kalimat-kalimat sederhana yang didekte oleh guru   untuk      caturwulan 3 perlu diperhatikan penggunaan huruf capital pada awal kalimat,nama
        tuhan,agama,nama orang,serta tanda baca titik pada akhir kalimat.
·         tugas    :
             (1).Siswa diberikan tugas untuk menulis  nama binatang,bunga,kendaraan atau  
              Benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.                  
(2).siswa diminta menuliskan kalimat sesuai dengan gambar yang ditunjukkan guru.dalam hal ini penggunaan huruf kapital pada awal dan tanda baca titik pada akhir kalimat perlu diperhatikan,demikian pula keseuaian isi kalimat dengan  bergambar

Untuk malaksanakan dikte guru perlu memilih kata-kata dan kalimat sederhana yang akan didektekan dengan memperhatikan tema,sub tema dan tujuan pembelajaran khusus.sedangkan untuk melaksanakan penugasan butir 1-3 guru perlu menyiapkan gambar-gambar sesuai dengan tema dan tujuan pembelajaran.
b. tujuan pembelajaran menulis di kelas 2 SD
untuk peningkatan pada tujuan pembelajaran menulis di kelas 2 dicantumkan tujuan yang lebih mendekati penggunaan secara praktis yakni penggunaan pragmatic.sehubungan dengan hal itu maka dalam rumusan tujuan untuk kelas 2 dicantumkan tujuan berikut:
“siswa mampu menuliskan perasan dan keinginannya”
Tingkat ketercapaian tersebut dapat dievaluasikan dengan pemberian tugas membuat kalimat-kalimat sederhana untuk menyatakan perasaan,pesan,keinginan,atau dapat juga siswa diminta membuat atau menuliskan suatu dialog dengan kalimat dan isi sesuai dengan kemampuan
Yang perlu diperhatikan dalam penilaian :
·         kesesuaian isi(misalnya rentangan nilai) ( 2,5-5)
·         ketepatan penggunaan kata dan kalimat  (1,5-3)
·         ketepatan dan penulisan kata dalam kalimat (1-2)
nilai  tertinggi yang dapat dicapai siswa 10 dan nilai terendah 5


B. Evaluasi bentuk lain
Evaluasi yang tepat untuk pembelajaran bahasa ialah evaluasi yang bersifat menyeluruh,Routman(lewat zuchdi,1994:5)menyatakan bahwa gambar yang lengkap dan tepat mengenai kemajuan,kelebihan dan kebutuhan siswa hanya dapat diperoleh melalui berbagai pengukuran yang mempelajari secara seksama dalam suatu periode.
Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa pengukuran terhadap kemajuan,kelebihan dan kebutuhan siswa harus dilakukan selama kurun waktu tertentu,dan melalui pengkajian yang seksama.pengukuran yang dilakukan secara terpotong-potong tidak akan lengkap.
Untuk melaksanakan pengukuran yang dimaksud ada beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain:
1.      pengamatan dan evaluasi informal (oleh guru)
pengamatan dan keputusan yang dibuat oleh guru,terutama mengenai proses pembelajaran merupakan alat yang paling sahih(valid) untuk mengumpulkan dan menganalisis data pembelajaran siswa(Routman,lewat Zuhdi,1994)
2.      wawancara (oleh guru)
wawancara dengan  siswa satu demi satu merupakan cara yang ideal untuk mengetahui keadaan mereka.siswa cenderung member tanggapan tertulis secara minimal.dengan wawancara secara pribadi guru dapat memancing tanggapan dan memperoleh informasi yang mencerminkan sikap,strategi,kesenangan dan tingkat kepercayaan diri siswa dalam waktu singkat.
Contoh pertanyaan:
·         Kalau dirumah dimana kamu membaca?
·         Apakah setiap orang di rumahmu gemar membaca?
Dari jawaban siswa dapat diperoleh informasi mengenai bagaimana keadaan siswa di rumah dan bagaimana pun keluarganya,yang mungkin dapat membantu peningkatan kemampuan berbahasa siswa.
3.      Diskusi (guru dan siswa)
Diskusi merupakan alat evaluasi yang cukup baik.dengan mengikuti keinginan siswa,dan guru tidak memaksakan kehendaknya sendiri,diskusi memungkinkan guru memahami siswa-siswanya sebagai pembelajar dan membimbing mereka menghubung-hubungkan kemampuan berbahasa mereka.disamping diskusi dalam menulis juga perlu diadakan diskusi dalam membaca secara individual.
4.      Daftar cek
Untuk kelas 1,guru yang melakukan cek sesuai dengan jawaban siswa.daftar cek biasa dikombinasikan dengan komentar hasil pengamatan untuk mengecek kemampuan baca-tulis  awal/permulaan :penngetahuan tentang bunyi tulisan,kata-kata yang dikenal siswa,dan konsep tentang tulisan.
Misalny:
·         Siswa dapat menemukan letak suatu huruf,kemudian dua huruf,
·         Siswa dapat menemukan letak satu kata,kemudian dua kata
·         Siswa dapat menemukan huruf pertama dan huruf terakhir pada kata
·         Siswa dapat menunjukkan huruf kapital,kemudian huruf kecil
·         Siswa dapat menemukan kata tertentu
Tanda V ditempatkan pada tempatnya(….),apabila tindakan siswa sesuai dengan pernyataan yang mendahului(…) tersebut.untuk siswa kelas 1 pemberian/penempatan tanda V dilakukan oleh gur,berdasarkan hasil pengamatan guru terhadap apa yang dilkukan siswa.
5.Tugas membaca buku (untuk kelas 11)
  Salah satu cara mengevaluasi membaca nyaring ialah meminta siswa  memilih bgian   buku yang disenangi yang baru saja mereka baca,untuk dibacakan di depan kelas.guru dapat pula membuat fotokopi bagian suatu buku yang telah dibaca oleh siswa,kemudian meminta siswa membacanya di depan kelas(zuchdi,1994)
Menurut Murkhan (1995:7-8), ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan program,yakni alokasi waktu dan identifikasi bahan pembelajaran.
a. Alokasi waktu
Untuk setiap tema/ subtema alokasi waktu ditentukan berdasarkan jumlah hari efektif pada kalender pendidikan
b. Identifikasi bahan pembelajaran
1 penentuan/pemilihan bahan pembelajaran dilakukan ddengan cara:
a. Menentukan tema,sesuai dengan situasi dan minat siswa(dari GBPP)
b. Memilih/menentukan tujuan kelas yang akan dicapai (GBPP)
c.   Menentukan butir-butir pembelajaran yang sesuai(GBPP)
d. Menentukan lampiran Yang sesuai dan terpadu(GBPP)
2. Persiapan mengajar
Penyusunan persiapan mengajar harus didasarkan GBPP.dalam hal ini ada dua yang harus dilakukan yaitu analisi materi pembelajaran (AMP) dan penjabaran GBPP.
a. Langkah-langkah AMP
1.merencanakan tema berdasarkan GBPP dan menjabarkannya menjadi subtema
2.merencanakan tujuan kelas yang akan dicapai seperti yang tercantum dalam GBPP
3. merencanakan butir pembelajaran dan menjabarkannya menjadi materi pembelajaran sesuai dengan lampiran dan terpadu yang tercantum dalam GBPP
4. merencanakan waktu dan sumber bahan
b. langkah penjabaran
1. menjabarkan tema menjadi subtema
2.menjabarkan tujuan kelas (TK) menjadi tujuan pembelajaran khusus (TPK)
3. merencnakan langkah-langkah KBM
4. merencnakan lampiran yang sesuai dan terpadu dengan [embelajaran,
5.merencanakan langkah-langkah alokasi waktu,metode,sumber,alat/media,evaluasi.
c. Evaluasi program
evaluasi program dilakukan melalui penilaian mengenai;
1.kesesuaian antara tema dan subtema
2.kesesuaian antara TK,TPU,dan TPK
3.kesesuaian antara butir pembelajaran dan TPK
4.kesesuaian dan keterpaduan antara lampiran dan pembelajaran TPK
5.kesesuaian antara KBM dan materi pembelajaran,dan
6.kesesuaian antara alokasi waktu dengan materi pembelajaran dan TPK.
















Penutup
Kesimpulan
Evaluasi merupakan alat untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan. Evaluasi berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui hasil belajar atau kemajuan siswa dan keberhasilan program pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dikelas rendah menitik beratkan pada aspek-aspek yang bersifat teknis, seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal, intonasi, kelancaran dan kejelasan suara. Aspek yang bersifat nonteknis, yakni memahami makna yang dilakukan melalui tanya jawab tentang isi. Sedangkan pembelajaran menulis dikelas rendah dapat dilakukan melalui dikte, pemberian tugas, menulis kembali cerita yang didengar atau yang bibaca dan pembuatan karangan sederhana.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA TERPADU PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)




PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA TERPADU
 


Latar Belakang dan Tujuan
Sebelum anak-anak mulai bersekolah, mereka belajar bahasa dengan mengamati orang-orang di sekitar mereka menggunakan bahasa dan dengan mencobanya dalam situasi yang alami. Ketika mereka memasuki sekolah, guru dapat mengembangkan pembelajaran bahasa dengan menciptakan suasana yang membuat anak-anak melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bahasa tertulis.
Suatu program pembelajaran bahasa secara efektif tidak mungkin terlaksana tanpa perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan penggunaan sumber-sumber secara hati-hati. Pendidik yang baik mengetahui kebutuhn dan kemampuan murid-muridnya, menentukan tujuan-tujuan untuk mengembangkan bahasa anak, dan menerapkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
Dalam merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, guru sekoah dasar perlu menekankan pada prinsip keterpaduan atau integrasi. Hal ini disebabkan anak-anak lebih mudah menguasai keseluruhan lebih dahulu, baru kemudian memahami detail.
Setelah mempelajari bab ini, Anda seharusnya mampu:
1.      memahami hubungan antara menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam program pembelajaran bahasa terpadu;
2.      mengenal dengan baik berbagai model pembelajaran bahasa terpadu;
3.      mengetahui sumber-sumber yang tersedia untuk program pembelajaran bahasa;
4.      memahami hubungan antara bidang studi bahasa dengan bidang-bidang studi yang lain;
5.      merancang dan melaksanakan pembelajaran bahasa secara terpadu; dan
6.      menyadari pentingnya pembelajaran bahasa secara terpadu.

A. Hubungan Antara Empat Keterampilan Berbahasa
Empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, meski masing-masing memiliki ciri yang tertentu. Karena adanya hubungan yang sangat erat, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya keterampilan membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca juga meningkatkan keterampilan menulis.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosakata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.

1. Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan, keduanya membutuhkan menyandikan kembali simbol-simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan yang mereka pahami tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Hal ini mengharuskan orangtua dan guru menjadi model berbahasa yang baik.
2. Hubungan Antara Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain. Dalam menyimak maupun membaca dibutuhkan penyandian simbol-simbol, menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat menulis.
Penyandian kembali simbol-simbol menyimak hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Sedangkan penyandian kembali simbol-simbol tertulis melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi sumbernya.
3. Hubungan Antara Berbicara dan Menulis
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis. Dalam kegiatan berbicara maupun menulis, pengorganisasian pikiran sangat penting. Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis karena informasi dapat disusun kembali sebelum disampaikan kepada oranglain.
4. Hubungan Antara Membaca dan  Menulis
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Keduanya merupakan ketermpilan bahasa tertulis, dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat.
Dalam menulis orang sering menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik. Namun banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisan.


B. Prinsip-prinsip Untuk Mencapai Keterpaduan
Menurut Busching dan Schwartaz ada berbagai prinsip yang harus dianut untuk mencapai keterpaduan.
1. Keefektifan komunikasi secara luas sebagai tujuan pembelajaran bahasa di sekolah dasar
Anak-anak membutuhkan keterampilan berbahasa yang dapat diterapakan dalam kehidupannya agar dapat berkomunikasi. Pengguna bahasa yang baik dapat memiliki secara tepat bentuk-bentuk bahasa yang harus digunakan, disesuaikan dengan konteks berbahasa. Dalam situasi resmi harus menggunakan ragam bahasa baku, sedangkan dalam situasi tidak resmi menggunakan ragam bahasa tak baku. Pilihan tersebut muncul dari kepekaan sosial dan linguistik.
Kemampuan berkomunikasi secara efektif merupakan tujuan utama pembelajaran bahasa yang merupakan kriteria dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.
2. Situasi pembelajaran bahasa menurut konteks
Prinsip keterpaduan yang paling mendasar ialah bahwa pembelajaran bahasa akan menjadi optimal jika berada daam konteks yang bermakna. Apabila pembelajaran bahasa tidak bermakna bagi anak-anak atau tidak memiliki tujuan yang jelas, anak akan gagal dalam belajar. Belajar bahasa merupakan proses coba-coba dan proses pemecahan masalah.
Pemilihan konteks secara hati-hati dan sistematis sangat penting dalam mengembangkan program pembelajaran bahasa yang efektif di sekolah. Kegiatan pembelajaran perlu menggunakan tiga macam konteks yang berbeda yaitu ekspresif, kognitif, dan sosial.
Konteks ekspresif ialah situasi tang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat atau perasaan pribadi atau menanggapi yang diungkapakan oranglain. Konteks kognitif merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Konteks sosial tidak dapat dipisahkan dari penggunaan bahasa. Anak-anak menggunakan  bahasa untuk membangun dan meneruskan hubungan sosial. Komunikasi dalam konteks sosial cenderung memadukan bahasa karena secara alami memang terjadi pertukaran antara dua pihak.
3. Memaksimalkan hubungan antar keterampilan  berbahasa
Untuk mencapai keterpaduan ialah memaksimalkan hubungan antara berbagai cara berkomunikasi. Penggunakan bahasa yang bersifat produktif (berbicara dan menulis) dan reseptif ( menyimak dan membaca) menciptakan satu dasar keterpaduan.
Program pembelajaran bahasa terpadu menguntungkan karena dapat memanfaatkan persamaan-persamaan dalam penggunaan bahasa yang bersifat reseptif. Persamaan-persamaan dalam penggunaan bahasa yang bersifat produktif akan mendorong pengalihan keterampilan mendeskripsikan secara lisan ke keterampilan mendeskripsikan secara tertulis.
Menurut pandangan Whole Language, belajar bahasa itu mudah jika bersifat utuh atau menyeluruh, sesuai dengan kenyataan, dan relevan.

C. Keterpaduan Pembelajaran Bahasa
1. Keterpaduan dalam satu keterampilan bahasa
Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam mencapai keterpaduan dalam satu keterampilan berbahasa, yaitu modal kegiatan tunggal rancangan guru dan model lokakarya.
Model Kegiatan Tunggal Rancangan Guru
Guru yang memilih tujuan pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya kegiatan terpadu. Misal guru kelas dua menggunakan model ini untuk menciptakan situasi yang dapat memenuhi tujuan-tujuan khusus menulis di kelas dua. Guru tersebut memusatkan pada menulis ekspresif.
Model Lokakarya
Dalam loka karya menulis, tugas-tugas yang diberikan guru berasal dari gagasan dan minat anak. Guru menentukan jadwal waktu dan jenis kegiatan yang harus dilakukan anak (menulis), tapi anak tidak harus berada dalam tahapan yang sama dalam proses menulis. Berbagai keterampilan terintegrasi ketika anak mengalami proses menulis: cara menulis huruf, cara memisahkan kata, penggunaan ejaan, pemilihan dan pengembangan isi karangan, cara mengantisipasi tanggapan pembaca.    
2. Keterpaduan Antarketerampilan Berbahasa
Ada berbagai pendekatan yang disarankan oleh Busching dan Schwartz, antara lain model pertukaran komunikasi dan model pemecahan masalah pribadi. Semua pendekatan tersebut melibatkan anak-anak dalam semua konteks bahasa.
Model Pertukaran Komunikasi
Banyak kegiatan yang berupa percakapan secara spontan dengan saling memberikan informasi. Misalnya dalam bertanya jawab, merencanakan suatu kegiatan.

Model Pemecahan Masalah Pribadi
Anak-anak sering merasa tidak tenang, karena masalah yang dihadapi misalnya kehilangan pensil, penggaris, dsb. Guru dapat mengadakan diskusi tidak resmi untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Keterpaduan Lintas Kurikulum
Busching dan schwartz mengemukakan beberapa petunjuk untuk memilih materi pembelajaran secara terpadu.
a. pelajaran yang dipadukan harus yang benar-benar berguna bagi anak
b. hubungan antara bidang-bidang studi yang dipadukan harus bernilai
4. keterpaduan bahasa dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Tugas guru dalam pembelajaran terpadu antara bahasa dan IPS antara lain mendorong anak-anak belajar menggunakan kosakata dalam bidang IPS secara tepat. Berikut ini tugas-tugas yang harus dilakukan guru yang terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yaitu:
a. memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berfikir secara kritis mengenai materi IPS.
b. memancing pendapat anak
c. menolong anak-anak membuat pertanyaan
d. menyediakan sumber-sumber yang dapat digunakan oleh anak-anak untuk berinkuiri
5. Keterpaduan bahasa dengan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Pembelajaran IPA mengandung empat hal:
a)      IPA sebagai cara berpikir
b)      IPA sebagai ilmu yang mencoba menerangkan gejala fisik, biologis, dan kimiawi
c)      IPA memasukkan komponen teknologi
d)      IPA melibatkan perilaku pendidikan IPA antara lain menghubungkan antara pengetahuan dan perilaku





6. Keterpaduan Bahasa dengan Matematika
Dalam proses mempelajari konsep-konsep matematika, bahasa memegang peran yang penting. Bahkan dalam mencapai tujuan utama pendidikan matematika menurut pandangan baru, peran bahasa tetap penting. Tujuan utama tersebut yaitu:
1. menghargai matematika
2. menjadi yakin akan kemampuan diri mengerjakan soal-soal matematika
3. mampu memecahkan masalah matematika
4. belajar berkomunikasi secara matematis
5. belajar berpikir secara matematis
Bahasa Literasi (melek aksara), dan Matematika
Keterpaduan Bahasa Lisan dengan Matematika
Penambahan, pengurangan, perkalian, penggolongan, pecahan, desimal, dll tidak dipelajari sebagai pengetahuan secara terpisah, tetapi dihubungkan dengan situasi kehidupan sebenarnya. Bersamaan dengan itu berkembang juga kemampuan berbicara dan menyimak.
Keterpaduan Literasi (Melek Aksara) dengan Matematika
Banyak kesempatan membaca dan menulis tentang matematika yang mungkin dapat dipadukan denagn pelajaran bahasa di kelas. Membaca dan menulis terjadi apabila anak-anak ditugasi mencatat hasil pengamatan.
7. Keterpaduan Bahasa dengan Seni Rupa, Musik, dan Tari
Bahasa dan seni merupakan sarana yang manusiawi untuk menyatakan dan menyampaikan makna. Bahasa yang bersifat linier dan seni yang nonlinier. Bahasa merupakan cara memberi nama sedangkan seni cara mengetahui. Gardner menyatakan bahwa lewat bahasa dan seni pikiran manusia dapat menciptakan, merevisi, memindahkan, dan menciptakan kembali suatu makna.
Program pendidikan seni hendaknya memberikan pengalaman dalam empat bidang: pembuatan karya seni, sejarah seni, kritik seni, dan estetika. Empat kegiatan ini memungkinkan anak untuk membuat, memahami, menilai, dan menghargai karya seni.