PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA TERPADU PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)




PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA TERPADU
 


Latar Belakang dan Tujuan
Sebelum anak-anak mulai bersekolah, mereka belajar bahasa dengan mengamati orang-orang di sekitar mereka menggunakan bahasa dan dengan mencobanya dalam situasi yang alami. Ketika mereka memasuki sekolah, guru dapat mengembangkan pembelajaran bahasa dengan menciptakan suasana yang membuat anak-anak melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bahasa tertulis.
Suatu program pembelajaran bahasa secara efektif tidak mungkin terlaksana tanpa perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan penggunaan sumber-sumber secara hati-hati. Pendidik yang baik mengetahui kebutuhn dan kemampuan murid-muridnya, menentukan tujuan-tujuan untuk mengembangkan bahasa anak, dan menerapkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
Dalam merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, guru sekoah dasar perlu menekankan pada prinsip keterpaduan atau integrasi. Hal ini disebabkan anak-anak lebih mudah menguasai keseluruhan lebih dahulu, baru kemudian memahami detail.
Setelah mempelajari bab ini, Anda seharusnya mampu:
1.      memahami hubungan antara menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam program pembelajaran bahasa terpadu;
2.      mengenal dengan baik berbagai model pembelajaran bahasa terpadu;
3.      mengetahui sumber-sumber yang tersedia untuk program pembelajaran bahasa;
4.      memahami hubungan antara bidang studi bahasa dengan bidang-bidang studi yang lain;
5.      merancang dan melaksanakan pembelajaran bahasa secara terpadu; dan
6.      menyadari pentingnya pembelajaran bahasa secara terpadu.

A. Hubungan Antara Empat Keterampilan Berbahasa
Empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, meski masing-masing memiliki ciri yang tertentu. Karena adanya hubungan yang sangat erat, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya keterampilan membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca juga meningkatkan keterampilan menulis.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosakata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.

1. Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan, keduanya membutuhkan menyandikan kembali simbol-simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan yang mereka pahami tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Hal ini mengharuskan orangtua dan guru menjadi model berbahasa yang baik.
2. Hubungan Antara Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain. Dalam menyimak maupun membaca dibutuhkan penyandian simbol-simbol, menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat menulis.
Penyandian kembali simbol-simbol menyimak hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Sedangkan penyandian kembali simbol-simbol tertulis melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi sumbernya.
3. Hubungan Antara Berbicara dan Menulis
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis. Dalam kegiatan berbicara maupun menulis, pengorganisasian pikiran sangat penting. Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis karena informasi dapat disusun kembali sebelum disampaikan kepada oranglain.
4. Hubungan Antara Membaca dan  Menulis
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Keduanya merupakan ketermpilan bahasa tertulis, dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat.
Dalam menulis orang sering menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik. Namun banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisan.


B. Prinsip-prinsip Untuk Mencapai Keterpaduan
Menurut Busching dan Schwartaz ada berbagai prinsip yang harus dianut untuk mencapai keterpaduan.
1. Keefektifan komunikasi secara luas sebagai tujuan pembelajaran bahasa di sekolah dasar
Anak-anak membutuhkan keterampilan berbahasa yang dapat diterapakan dalam kehidupannya agar dapat berkomunikasi. Pengguna bahasa yang baik dapat memiliki secara tepat bentuk-bentuk bahasa yang harus digunakan, disesuaikan dengan konteks berbahasa. Dalam situasi resmi harus menggunakan ragam bahasa baku, sedangkan dalam situasi tidak resmi menggunakan ragam bahasa tak baku. Pilihan tersebut muncul dari kepekaan sosial dan linguistik.
Kemampuan berkomunikasi secara efektif merupakan tujuan utama pembelajaran bahasa yang merupakan kriteria dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.
2. Situasi pembelajaran bahasa menurut konteks
Prinsip keterpaduan yang paling mendasar ialah bahwa pembelajaran bahasa akan menjadi optimal jika berada daam konteks yang bermakna. Apabila pembelajaran bahasa tidak bermakna bagi anak-anak atau tidak memiliki tujuan yang jelas, anak akan gagal dalam belajar. Belajar bahasa merupakan proses coba-coba dan proses pemecahan masalah.
Pemilihan konteks secara hati-hati dan sistematis sangat penting dalam mengembangkan program pembelajaran bahasa yang efektif di sekolah. Kegiatan pembelajaran perlu menggunakan tiga macam konteks yang berbeda yaitu ekspresif, kognitif, dan sosial.
Konteks ekspresif ialah situasi tang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat atau perasaan pribadi atau menanggapi yang diungkapakan oranglain. Konteks kognitif merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Konteks sosial tidak dapat dipisahkan dari penggunaan bahasa. Anak-anak menggunakan  bahasa untuk membangun dan meneruskan hubungan sosial. Komunikasi dalam konteks sosial cenderung memadukan bahasa karena secara alami memang terjadi pertukaran antara dua pihak.
3. Memaksimalkan hubungan antar keterampilan  berbahasa
Untuk mencapai keterpaduan ialah memaksimalkan hubungan antara berbagai cara berkomunikasi. Penggunakan bahasa yang bersifat produktif (berbicara dan menulis) dan reseptif ( menyimak dan membaca) menciptakan satu dasar keterpaduan.
Program pembelajaran bahasa terpadu menguntungkan karena dapat memanfaatkan persamaan-persamaan dalam penggunaan bahasa yang bersifat reseptif. Persamaan-persamaan dalam penggunaan bahasa yang bersifat produktif akan mendorong pengalihan keterampilan mendeskripsikan secara lisan ke keterampilan mendeskripsikan secara tertulis.
Menurut pandangan Whole Language, belajar bahasa itu mudah jika bersifat utuh atau menyeluruh, sesuai dengan kenyataan, dan relevan.

C. Keterpaduan Pembelajaran Bahasa
1. Keterpaduan dalam satu keterampilan bahasa
Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam mencapai keterpaduan dalam satu keterampilan berbahasa, yaitu modal kegiatan tunggal rancangan guru dan model lokakarya.
Model Kegiatan Tunggal Rancangan Guru
Guru yang memilih tujuan pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya kegiatan terpadu. Misal guru kelas dua menggunakan model ini untuk menciptakan situasi yang dapat memenuhi tujuan-tujuan khusus menulis di kelas dua. Guru tersebut memusatkan pada menulis ekspresif.
Model Lokakarya
Dalam loka karya menulis, tugas-tugas yang diberikan guru berasal dari gagasan dan minat anak. Guru menentukan jadwal waktu dan jenis kegiatan yang harus dilakukan anak (menulis), tapi anak tidak harus berada dalam tahapan yang sama dalam proses menulis. Berbagai keterampilan terintegrasi ketika anak mengalami proses menulis: cara menulis huruf, cara memisahkan kata, penggunaan ejaan, pemilihan dan pengembangan isi karangan, cara mengantisipasi tanggapan pembaca.    
2. Keterpaduan Antarketerampilan Berbahasa
Ada berbagai pendekatan yang disarankan oleh Busching dan Schwartz, antara lain model pertukaran komunikasi dan model pemecahan masalah pribadi. Semua pendekatan tersebut melibatkan anak-anak dalam semua konteks bahasa.
Model Pertukaran Komunikasi
Banyak kegiatan yang berupa percakapan secara spontan dengan saling memberikan informasi. Misalnya dalam bertanya jawab, merencanakan suatu kegiatan.

Model Pemecahan Masalah Pribadi
Anak-anak sering merasa tidak tenang, karena masalah yang dihadapi misalnya kehilangan pensil, penggaris, dsb. Guru dapat mengadakan diskusi tidak resmi untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Keterpaduan Lintas Kurikulum
Busching dan schwartz mengemukakan beberapa petunjuk untuk memilih materi pembelajaran secara terpadu.
a. pelajaran yang dipadukan harus yang benar-benar berguna bagi anak
b. hubungan antara bidang-bidang studi yang dipadukan harus bernilai
4. keterpaduan bahasa dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Tugas guru dalam pembelajaran terpadu antara bahasa dan IPS antara lain mendorong anak-anak belajar menggunakan kosakata dalam bidang IPS secara tepat. Berikut ini tugas-tugas yang harus dilakukan guru yang terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yaitu:
a. memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berfikir secara kritis mengenai materi IPS.
b. memancing pendapat anak
c. menolong anak-anak membuat pertanyaan
d. menyediakan sumber-sumber yang dapat digunakan oleh anak-anak untuk berinkuiri
5. Keterpaduan bahasa dengan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Pembelajaran IPA mengandung empat hal:
a)      IPA sebagai cara berpikir
b)      IPA sebagai ilmu yang mencoba menerangkan gejala fisik, biologis, dan kimiawi
c)      IPA memasukkan komponen teknologi
d)      IPA melibatkan perilaku pendidikan IPA antara lain menghubungkan antara pengetahuan dan perilaku





6. Keterpaduan Bahasa dengan Matematika
Dalam proses mempelajari konsep-konsep matematika, bahasa memegang peran yang penting. Bahkan dalam mencapai tujuan utama pendidikan matematika menurut pandangan baru, peran bahasa tetap penting. Tujuan utama tersebut yaitu:
1. menghargai matematika
2. menjadi yakin akan kemampuan diri mengerjakan soal-soal matematika
3. mampu memecahkan masalah matematika
4. belajar berkomunikasi secara matematis
5. belajar berpikir secara matematis
Bahasa Literasi (melek aksara), dan Matematika
Keterpaduan Bahasa Lisan dengan Matematika
Penambahan, pengurangan, perkalian, penggolongan, pecahan, desimal, dll tidak dipelajari sebagai pengetahuan secara terpisah, tetapi dihubungkan dengan situasi kehidupan sebenarnya. Bersamaan dengan itu berkembang juga kemampuan berbicara dan menyimak.
Keterpaduan Literasi (Melek Aksara) dengan Matematika
Banyak kesempatan membaca dan menulis tentang matematika yang mungkin dapat dipadukan denagn pelajaran bahasa di kelas. Membaca dan menulis terjadi apabila anak-anak ditugasi mencatat hasil pengamatan.
7. Keterpaduan Bahasa dengan Seni Rupa, Musik, dan Tari
Bahasa dan seni merupakan sarana yang manusiawi untuk menyatakan dan menyampaikan makna. Bahasa yang bersifat linier dan seni yang nonlinier. Bahasa merupakan cara memberi nama sedangkan seni cara mengetahui. Gardner menyatakan bahwa lewat bahasa dan seni pikiran manusia dapat menciptakan, merevisi, memindahkan, dan menciptakan kembali suatu makna.
Program pendidikan seni hendaknya memberikan pengalaman dalam empat bidang: pembuatan karya seni, sejarah seni, kritik seni, dan estetika. Empat kegiatan ini memungkinkan anak untuk membuat, memahami, menilai, dan menghargai karya seni.

No comments: