Makalah Kelemahan Manusia



A.    Latar Belakang

Dalam pembahasan makalah kali ini, berangkat dari judul makalah yang mencakup sub pokok bahasan ruang lingkup ayat-ayat Tarbawi dalam Al-Qur’an, yang dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ‘Kelemahan Manusia’, kami akan mencoba menjelaskan  hal-hal yang berhubungan dengan Tafsir Tarbawi yang merupakan salah satu mata kuliah di semester ini.

 Seiring bergantinya zaman, Ilmu Tafsir yang merupakan salah satu ilmu yang mempermudah kita dalam memahami Al-Qur’an secara mendetail. Oleh karena itu, marilah kita mengenal lebih jauh tentang sebenarnya apa yang menjadi objek Ilmu Tafsir. Dengan adanya pembahasan ini kita sebagai generasi muda islam supaya lebih mengenal, memahami dan mempelajari Ilmu Tafsir karena dengan mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan lebih mengetahui siapa diri kita dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini.

B.  Rumusan Masalah
 1.  Bagaimana kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran ?
 2.  Apa amanat Allah yang diberikan kepada manusia ?
 3.  Apa saja  Sifat manusia menurut Al-Qur’an ?

C. Tujuan
 1.  Untuk mengetahui kelemahan manusia dalam pandangan Al-Quran.
 2.  Untuk mengetahui amanat Allah yang diberikan kepada manusia.
 3.  Untuk mengetahui sifat manusia menurut Al-Qur’an.






D.    Sentral Kajian

Q.S. Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27

إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا ¤ إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا ¤ وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا ¤ إِلا الْمُصَلِّينَ ¤ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ ¤ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ ¤ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ ¤ وَالَّذِينَ يُصَدِّقـــُونَ بِيَوْمِ الد ِّيــن ¤ ِ وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِرَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ ¤

Artinya :
19.  Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20.  Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21.  Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
22.  Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
23.  Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
24.  Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25.  Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa         (yang tidak mau meminta),
26.  Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
27.  Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.

Q.S. Ar-Ruum (30) : Ayat  54

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

Artinya :
”Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Q.S. Yasin (36) : Ayat 77
أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
Artinya :
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

Q.S. Al-Ahzab (33) : Ayat 72

إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا

Artinya :
”Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[1] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Q.S Al-Balad (190): 4-8

   


Artinya :
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
6. Dia mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak”.
7. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,

Q.S. An-Nisa (4) : Ayat 28 - 29


يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا ¤ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا


Artinya :
28.  Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[3], dan manusia dijadikan bersifat lemah.
29.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

E.     Asbabun Nuzul

 Untuk lebih memahami al-Qur’an, perlu diketahui latar belakang turunnya atau sering juga disebut ‘asbab nuzulnya’. Dengan mengetahui asbab nuzulnya ayat-ayat al-Qur’an, kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan hilanglah keraguan dalam menafsirkannya.
 Betapa banyak ulama yang menganggap penting pengetahuan asbab nuzul ayat itu, dan berbagai usaha telah dilakukan untuk meneliti dan mengumpulkan bahannya. Tetapi para ulama menjelaskan, bahwa tidak setiap ayat-ayat didalam al-Qur’an terdapat asbab nuzul yang sesuai dengan peristiwa atau kejadian ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, kami tidak mencantumkan asbab nuzul ayat-ayat al-Qur’an yang ada dalam makalah kami ini.




F.     Tafsir dan Penjelasan

Q.S. Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27

Tafsir / Penjelasan :
”Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah”. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Menurut Al-Dhahhak, manusia disini khusus orang kafir. Dalam ayat-ayat yang menjadi materi pengecualian (mustatsna) atau yang menjadi mukhashshish dari keumuman lafal al-Insan tersebut. Kelompok manusia yang pertama menjadi mukhashshish adalah orang-orang yang mendirikan sholat (al-mushallin), dimana sholat merupakan pembeda pokok antara seorang Muslim dengan seorang Kafir. Jadi, jika pendapat al-Dhahhak ini diikuti, maka tafsiran ayat ini adalah “sesungguhnya orang kafir diciptakan dalam keadaan bersifat keluh kesah”. Mafhum mukholafahnya adalah, orang Islam yang mendirikan sholat tidaklah bersifat demikian.
            Maksud dari  kata “Halu’a”  (Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu Kisan menafsirkan ayat ini dengan ; “Allah menciptakan manusia dengan sifat selalu menyukai perkara-perkara yang menyenangkan, dan selalau tidak menyukai perkara-perkara yang tidak menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu yang disenanginya dan tidak sabar atas sesuatu yang dibencinya.”
            Ayat berikutnya yaitu : Al-Syarr  (‘kejelekan’, ‘kesusahan’, ‘kerugian’), adalah sesuatau yang dibenci dan sangat tidak dikehendaki oleh manusia. Sedangkan Al-Khair ( ‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’), merupakan sesuatau yang dikehendaki dan diinginkan oleh manusia.namun demikian suka atau tidak suka, keduanya yang sangat bertentangan itu merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia yang mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan, kesenangan, dan keuntungan yang merupakan bagian dari anugerah Allah hendaknya diterima dengan hati penuh syukur kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebaliknya, keburukan, kesusahan, dan kerugian, hendaknya disikapi dengan jiwa yang penuh kesabaran dan ketabahan disertai tawakal kepada-Nya.
”Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”. Ini adalah ayat yang mentakhshishkeumuman lafal al-Insan. Artinya, bahwa orang-orang yang tetap mengerjakan sholattidak termasuk manusia yang menolak kebaikan dengan tidak mensyukurinya dan menyesali kejelekan dengan tidak sanggup bersikap sabar menghadapinya. Orang yang selalu mendirikan sholat memiliki hubungan dan ketergantungan vertikal yang sangat kuat kepada Allah SWT. dan akan selalu memposisikan kebaikan dan keburukan yang menimpanya sebagai batu ujian keimanan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 35 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ


 Artinya :
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.”

 Klausa da-imun dalam ayat diatas menegaskan bahwa shalat yang akan menetralisir manusia sebagai mahluk yang berkeluh kesah adalah sholat yang dilakukan secara terus menerus. Shalat da-im ialah shalata yang dialksanakan selamanya dan tanpa henti. Shalat da-im maksudnya melaksanakan dan mengaplikasikan ruh dan nilai-nilai dari ajaran ritualitas shalat kedalam gerakan hidup sehari-hari sejak bangun pagi hingga beranjak tidur.
 Menurut penjelasan dari ayat diatas, bahwa orang yang setia melaksanakan shalat dan berusaha menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang tidak akan berkeluh kesah menghadapi sesulit apapun kehidupan ini.
 Kelompok orang yang tidak akan mengalami keluh kesah, yaitu
 (1) orang-orang yang memberikan sebagian hak kekayaannya kepada fakir miskin,
(2) orang-orang yang membenarkan akan datangnya hari pembalasan,
 (3) orang-orang yang merasa takut akan siksaaan Allah,
(4) orang-orang yang memelihara kemaluannya selain kepada istri-istrinya,
 (5) orang-orang yang memelihara amanat,
 (6) orang-orang yang selalu memberikan kesaksian yang benar.
 Dikatakan juga bahwa shalat ideal ialah shalat yang amampu membentuk akhlaq al-karimah bagi pelakunya baik secara individual maupun secara social. Shalat yang seperti inilah yang secara psikologis akan mampu melahirkan keseimbangan batin dan ketahanan mental dalam menghadapi situasi kehidupan sesulit apapun.
 Kelemahan manusia sebagai mahluk yang suka berkaluh kesah yang digambarkan dalam ayat diatas, sebetulnya sekaligus juga menjadi kelebihannya. Sebab, melalui kelemahan tersebut manusia mampu melakukan introspeksi diri dan akan selalu berusaha menutupi kelemahannya.
 Karena itu, kelemahan ini tidak harus menjadi penghalang bagi manusia dalam memproses dirinya menuju ‘kesempurnaan’ dan kematangan sebagai mahluk yang telah dipercaya memikul amanat khilafah di muka bumi. Pesan substantifdarai ayat-ayat tersebut, Allah SWT. tidak bermaksud ‘mempermalukan’ manusia melalui sifat keluh kesahnya, melainkan bahwa shalat berikut indicator-indikator yag ditimbulkannya, adalah sebagai mi’raj mu’minin, sesuai nama surahnya, Al-Ma’arij. Selebohnya melalui ayat-ayat ini Allah SWT. mengajarkan kepada manusia tentang sifat sportif dan berlapang dada untuk menunujukan kelemahan dan kekuranagn serta menerima masukan dan kritikan dari orang lain sebagaian dari proses perbaikan dirinya.


Q.S. Ar-Ruum (30) : Ayat  54

Tafsir / Penjelasan :
 Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Pernahkah kita berpikir, mengapa meski memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia memiliki tubuh yang sangat rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari luar dan dalam? Mengapa begitu mudah terserang mikroba atau bakteri, yang begitu kecil bahkan tidak tertangkap oleh mata telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan waktu tertentu setiap harinya untuk menjaga dirinya bersih? Mengapa ia membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan mengapa ia bertambah usia sepanjang waktu?
 Manusia bukan makhluk super, walaupun manusia makhluk yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, tetapi manusia adalah makhluk yang paling lemah diantara makhluk-makhluk lainnya. Dengan makhluk yang tidak bernyawa seperti angin,air,tanah dan api pun manusia tidak bisa melawannya. Angin jika telah menjadi angin puting beliung akan mengancam jiwa manusia. Air jika menjadi air bah dan tsunami akan melenyapkan peradaban manusia. Tanah jika bergunjang dan longsor akan mengubur manusia. dan api jika telah berkobar membara akan menghanguskan manusia. Tak ada yang patut disombongkan pada diri manusia. La haula wala quwata illah Billah. Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah.


Q.S. Yasin (36) : Ayat 77

Tafsir/Penjelasan:
Yaasin ayat 77 Allah swt. Menjelaskan bahwa pada kenyataannya manusia diciptakan dalam keadaan lemah.Karena adanya sebagian manusia tidak percaya tentang adanya hari berbangkit, maka dalam ayat ini Allah swt. mengingatkan mereka kepada kekuasaan Nya dalam menciptakan manusia, sebagai bagian dari seluruh makhluk Nya. Ini dikemukakan dengan nada keheranan atas sikap sebagian manusia itu. Yaitu: apakah manusia itu tidak memikirkan dan tidak memperhatikan bahwa Allah telah menciptakannya dari setetes air mani, tetapi kemudian setelah ia lahir ke dunia dan menjadi dewasa, tiba-tiba lalu menjadi orang yang bersikap memusuhi Allah dan Rasul Nya? Sikap semacam ini benar-benar tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat.
Apabila manusia menginsafi bahwa Allah kuasa menciptakannya, bahkan dari setetes air mani, kemudian menjadikan makhluk yang paling baik di bumi ini, pastilah ia yakin, bahwa Allah kuasa pula mengembalikannya kepada asal kejadiannya itu, dan Ia kuasa pula untuk mengulangi kembali penciptaan Nya itu, yakni pada hari berbangkit.
Dalam redaksi surah Yaasin ayat 77
Ayat yang lalu melarang baginda Nabi larut dalam kesedihan akibat mendengar ucapan dan cemohan kaum Musyrikin, manusia yang durhaka itu dikecam ayat ini dalam semua ucapannya yang buruk, sambil memintanya berfikir tentang asal kejadiannya, ayat di atas menyatakan ;
dan apakah ia buta, sehingga manusia yang durhaka dan banyak bicara itu tidak melihat dan memperhatikan dengan mata hatinya “.
Bahwa Kami telah menciptakannya dari nutfah yakni dari setetes air mani, yang mengandung ribuan sel. Begitu remeh nutfah tersebut dan begitu menjijikan, namun, berkat kuasa dan kehendak Allah swt. Kemudian ia menjadikan mahluk yang mempunyai kelebihan dan keistime waan dibanding mahluk yang lain dari sekian juta mahluk ciptaan-Nya yang lain. lalu tiba-tiba ia lupa asal kejadiannya serta lupa kuasa Kami atas dirinya, dan ia benar-benar menjadi penentang yang nyata, selalu bersikap angkuh, suka menumpahkan darah atas sesamanya, pada hal sebenar nya ia bersukur dan patuh terhadap ayat-ayat Kami, apakah tidak memikirkan hal itu ? dan kemudian iapun berpaling dari Kami sehingga Kami menurunkan adzab yang sangat pedih untuknya.
Kata ( al insan ) yang dimaksud dengan diatas adalah menunjuk kepada seorang tertentu beberapa riwayat menyebutkan beberapa nama seperti Ubay bin Ka’ab, al Ash, ibnu Wail, abu Jahal dan tokoh-tokoh penentang yang lain. Siapapun orangnya, dari perspektif ayat ini mencakup semua orang yang durhaka yang enggan percaya lagi banyak membantah peringatan dari Allah swt.
Ayat ini ditujukan kepada orang-orang musyrik yang mengingkari adanya hari berbangkit. dengan mengatakan “Kamu hai orang-orang musyrik diciptakan dalam keadaan lemah; kamu berasal dari air mani, kemudian menetap dalam rahim ibumu, kemudian lahir ke dunia. Pada saat-saat yang demikian kamu dalam keadaan lemah, tidak berdaya, dan memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain, terutama ibu dan bapakmu sendiri. Dia menjadikan bagi kamu telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hati untuk merasakan sesuatu dan sebagainya, sehingga kamu menjadi dewasa dan kuat. Dalam keadaan dirimu merasa kuat dan berkuasa kamu perserikatkan Dia dengan sesuatu yang lain, sampai pada waktu yang ditentukan. Kemudian kamu menjadi lemah kembali, setelah mencapai umur lanjut dalam keadaan tua bangka, tidak berdaya. Jika kamu mau memperhatikan yang demikian itu, yaitu pada permulaannya kamu lemah, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi lemah kembali, tentulah kamu akan sampai kepada kesimpulan bahwa Dia yang kuasa dan menentukan proses kejadianmu itu, kuasa pula membangkitkan kamu kembali pada hari kiamat. Dialah yang menciptakan segala sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya, Dialah yang berkuasa mengatur dan mengurus hamba-hamba Nya dan Dia pulalah yang berkuasa mematikan, menghidupkan dan menentukan segala sesuatu. Dalam surah Yaasin tersebut diatas menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu yang tidak ada nilainya dan bahkan itu adalah sesuatu yang sangat nista yakni berupa nutfah dengan perinciannya sebagai berikut ;
Perkembangan Janin Janin sebelum sempurna menjadi janin melalui 3 fase, yaitu: air mani, segumpal darah, kemudian segumpal daging. Masing-masing lamanya 40 hari. Janin sebelum berbentuk manusia sempurna juga mengalami 3 fase, yaitu: 1. Taswir, yaitu digambar dalam bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari. 2. Al-Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya. 3. Al-Barú, yaitu penyempurnaan.
Namun ketika setelah Allah tiupkan ruh kepada janin yang sempurna membentuk segumpal daging itu dan kemudian setelah melalui proses yang bertahap kemudian manusia telah di-design oleh Alah menjadi mahluk yang sempurna dengan diberikannya hardware yang paling canggih berupa otak sekaligus perangkat softwarenya berupa akal kebanyakan mayoritas manusia yang telah sempurna mem bentuk tahapannya mereka menjadi ingkar dan tidak mau mengingat tentang awal mula penciptaannya sebagai khalifah yang mengemban amanah Allah dimuka bumi ini yang tentunya hal itu harus mereka aplikasikan dalam bentuk pengabdian kepada sang Penciptanya

Q.S. Al-Ahzab (33) : Ayat 72

Tafsir / Penjelasan :
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah melakukan komunikasi dengan menawarkan al-Amanat kepada langit, bumi dan gunung sebelum kemudian diterima oleh manusia. Dalam Mufradat fi Ghorib Al-Qur’an, Raghib al-Isfahany mengartikan al-Amanat dengan akal, karena dengan akallah pengertia tauhid, keadilan, pelajaran huruf-huruf hijaiyah, segala yang dapat diketahui dan diperbuat manusia tentang keindahan. Dengan akal, manusia diunggulkan diatas mahluk-mahluk lain. Sedangkan al-Zamakhsyari lebih memilih makna ketaatan sambil mentakwilkan kata al-haml dalam rangka penolakan. Sementara Ibn Jarir al-Thabrani, didalam tafsirnya, memilih memaknai amanat didalam agama, dan amanat-amanat dalam kehidupan manusia.
Kata amanat alam bentuk tunggal muncul dalam Al-Qur’an hanya satu kali, yaitu pada QS. Al-Baqarah : 283, dalam kaitannya dengan pencatatan hutang:
”Kalau kamu dalam perjalanan dan kamu tidak menemukan seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang, tetapi bila kedua belah pihak sudah saling mempercayai, hendaklah yang dipercayai menunaikan amanatnya.”
 Apabila ktia memperhatikan kata amanat dengan kaitan kontekstualnya pada surat Al-Ahzab :72, ada beberapa qarinah yang membedakan artinya dengan arti amanat, yaitu : Pertama, sebagaiamana telah sering disinggung bahwa kata amanat pada ayat ini dalam bentuk tunggal dan diawali dengan al yang menunjukan kekhususan. Kedua, kata al-amanat dikaitkan dengan kata al-insan , bahwa al-amant itu ditawarkan kepada manusia dalam pengertian al-Insan dimana ia sendiri sanggup menerima dan memikulnya. Dan ketiga, langit, bumi, dan gunung-gunung yang untuk pertama kalinya menerima tawaran tersebut, semua menolaknya.
Setiap alam semesta selain manusia, berjalan dengan hokum alamnya secara terpaksa dan penuh kepatuhan, tanpa harus menanggung resiko dari apa yang telah diperbuatnya. Seandainya langit menghujani bumi dengan gemuruh petirdan menahan turunnya hujan sehingga bumi rusak kekeringan tidak ada tanaman, atau seandainya langit berbaik hati menyirami bumi sehingga hidup kembali, maka langit sama sekali tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
 Sama halnya seandainya bumi berguncang merusak pemukiman dan segenap hidup, kemudian memuntahkan lahar panas dan mengahncurkan yang ada, atau dia berbaik hati dengan mengeluarkan barang-barang tambang yang berharga dan minyak yang melimpah sehingga penduduknya makmur sejahtera.
            Hanya manusialah yang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, yang menghasilkan pahala atau siksa. Tak seorang pun yang menanggung akibat perbuatan orang lain. Dan tidak satupun perbuatan yang tanpa balasan. In khairan fa khairan wa in syarran fa syarrun !.

Q.S. Maryam (19) : Ayat 4 – 8

Tafsir / Penjelasan :
            Ayat diatas menjelaskan bahwa Nabi Zakaria as. berdoa kepada Allah SWT. dengan suara lemah lembut. Inti doa Nabi Zakaria as. diatas adalah memohon dianugerahi seorang anak sebagai pewaris. Namun beliau memulai dengan mukadimah. Yaitu ; Pertama, menjelaskan keadaannya yang sudah demikian lemah dan tua, sehingga beliau benar-benar membutuhkan seorang anak. Beliau bagaikan menyatakan bahwa ia berada dalam keadaan darura, dan Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Kasih pasti membantu siapapun  yang beraada dalam keadaan darurat. Kedua, Nabi Zakaria as. menggambarkan optimismenya dengan mengakui selama ini do’anya telah dikabulkan Allah SWT. sehingga Allah tidak pernah mengecewakannya. Ketiga, beliau mengajukan alas an mengapa beliau bermohon anak bukan selainnya, yakni karena rasa khawatir menghadapi masa depan.
            Disisi lain beliau juga sadar, bahwa permohonan itu jika diukur dengan kebiasaan dan logika manusia, maka ia adalah sesuatu yang sangat jauhuntuk dapat diraih. Ini dicerminkan oleh pengakuannya bahwa istrinya mandul –sejak dahulu, yakni muda- sebagaimana dipahami dari kata  kanat yang digunakan melukiskan keadaan istrinya. Namun demikian ia tidak berputus asa dari rahmatNya dan bahwa Allah kuasa mewujudkannya dengan cara-cara yang tidak terjangkau oleh nalar manusia, sebagaimana dipahami dari kata min ladunka, dari sisi-Mu.
            Kata mawaliy adalah bentuk jamak dari kata maula yang terambil dari kata waliya, yang pada mulanya bermakna dekat. Dari sini lahir aneka makna untuk kata tersebut antara lain penolong, dan kerabat. Yang dimaksud disini adalah kerabat dekat. Pewarisan yang dimaksud bukamlah warisan harta benda, tetapi pengetahuan. Bukankah para Nabi tidak mewariskan harta untuk keluarga mereka, dan apa yang mereka tinggalkan adalah untuk umatnya. Nabi Muhammad saw. bersabda :
” Para ulama adalah pewaris nabi ”
 Pada ayat selanjutnya, terdapat kata samiyyan terambil dari kata as-simah, yakni tanda. Nama sesuatau adalah yang dijadikan tanda baginya, dari sini kata ism begitu pula kata samiya dipahami oleh banyak ulama dalam arti nama. Yakni Allah SWT. menyampaikan kepada Zakariya as. bahwa dia akan memperoleh seorang anak yang akan diberi nama oleh Allah dengan nama Yahya, suatu nama yang belum pernah dikenal sebelumnya sebagai nama seorang manusia.
            Penamaan anak nabi Zakaria as. itu Yahya dalam bentuk kata kerja masa kini dan dating serta berarti hidup, mengandung isyarat bahwa sang anak akan hidup abadi selamanya, walau setelah wafat.  
Q.S. Al-Balad (90) : Ayat 4 – 8
Tafsir / Penjelasan :
(كَبَدٍ فِي الْإِنسَانَ خَلَقْنَا لَقَدْ)
Sesungguhnya allah SWT. Menciptakan kehidupan manusia dalam satu alur silsilah yang berkesinambungan. Dimulai dengan keadaan susah payah pada awal pertumbuhannya dan diakhiri pula dengan kesusahpayahan. Dalam pertumbuhannya, manusia mengalami berbagai macam penderitaan hingga ia menjadi besar dan dewasa. Seperti halnya tatkala ia masih barada dalam perut ibunya. Makin bertambah besar makin bertambah pula kesusahan dan penderitaan yang dialaminya. Setelah dewasa dan menjadi orang tua ia membutuhkan biaya untuk mendidik anak-anaknya. Untuk itu ia harus bergelut dengan berbagai macam godaan dan rintangan. Pada sisi lain ia di tuntut untuk patuh dan taat kepada Allah Yang Maha Esa. Setelah itu ia akan menganal sakit, kemudian mati dan dikuburkan. Di akhirat kelak ia akan menjumpai kesusahan dan penderitaan yang tidak bias kita gambarkan, kecuali jika ia mendapat taufik dari allah. Maka slamatlah ia dari penderitaan.
Akan halnya rahasia yang terkandung dalam peringatan yang menyatakan bahwa manusia diciptakn dalam keadaan susah payah, merupakan hiburan bagi Rasullullah saw. Dan anjuran agar gigih dalam mengamalkan kebaikan serta tetap berperilaku sabar dalam menjalankanya. Dan handaknya tidak menhiraukan segala rintangan dan tantangan yang dijumpai dalam melaksanakan kebaikan tersebut. Karena sesungguhnya manusia tidak akan luput dari keadaan semacam itu.
Ayat ini juga mengandung peringatan bagi mereka yang merasa dirinya kuat, sehingga dengan kekuatanya bias mengalah kan semua lawan. Seolah-olah ayat ini mengatakan kepan mereka, “Janganlah kalian berlebih-lebih dalam membanggakan diri, dan janganlah pula terus menerus berada dalam kekerasan dan ketakaburan. Sebab manusia tidak akan luput dari penderitaan dalam melakukan segala urusan pribadi dan keluarganya betapapun tinggi pangkat dan pengaruhnya. Ia tidak akan bisa lepas dari penderitaan ini.”
Dalam ayat ini Allah mengabungkan kota yang digunakan (Makkah) dengan yang melahirkan dan yang dilahirkan. Maksudnya, untuk menjelaskan bahwa kota Makkah dan amal perbuatan yang dilakukan oleh penduduknya akan melahirkan sesuatu yang agung dan menjadi mahkota keagungan bagi jenis manusia, yaitu agama islam yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW. Penderitaan beliau dalam menyampaikan ajaranya, bagaikan penderitaan orang tua dalam mendidik anaknya dan mengantarkanya hingga mencapai masa dewasa dan mampu berdiri sendiri. Ayat ini juga mengandung janji Allah yang akan menyempurnakan agamNya sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya.

(أَحَدٌ عَلَيْهِ يَقْدِرَ لَّن نأَ أَيَحْس)
Apakah orang yang berbanga dari dan terbuai oleh nikmat yang telah aku limpahkan kepadanya mengnggap bahwa kekuatan dan kekuasaanya tidak seorang pun mampu mengalahkanya ? apakah bodohnya dia jika memiliki anggapan yang demikian. Sesungguhnya pada alamini terdapat kekuatan diatas segala kekuatan. Kekuatan inilah yang menguasai semua kekuatan dan mendominasi seluruh kemampuan. Itulah kekuatan yang telah ku ciptakan dan itulah kemampuan yang telah ku takdirkan untuknya.
Kemudian Allah menceritakan golongan lain, yaitu orang- orang yang bakhil gemar pamer kekayaan memalui firman-Nya :
(لُّبَدًا مَالًا أَهْلَكْتُ يَقُولُ)
Sesungguhnya jika mereka diminta untuk beramal kebajikan, mereka mengatakan, “sesungguhnya kami telah membelanjakan banyak harta untuk tujuan mulia dan dibanggakan”mereka tidak menyadari bahwa kemuliaan itu ap yang dianggap mulia oleh Allah, dan amal kebajikan adalah apa yang dianggap baik oleh Allah. Jadi membelanjakan harta untuk menentang Allah dan Rasull-Nya sama sekali bukan amal baik. Demikian pula harta benda yang dibelanjakan untuk merintangi jalan Allah dan Rasul-Nya.
(أَحَدٌ يَرَهُ أَن لَّمْ أَيَحْسَبُ)
Apakah mereka yang berbangga diri dengan harta benda dan mengaku telah menyumbangkan hartanya untuk jalan kebaikan tidak berpikir dan dan berperasaan sedikitpun bahwa sesungguhnya Allah meneliti tingkah laku mereka dan mengetahui apa yang menjadi tujuan sebenarnya dari sumbangan tersebut. Seharusnya mereka memiliki perasaan ini. Sebab yang maha pencipta selalu mengetahui apa yang ada dalam jiwa mereka, dan ia maha mengetahui apa yang tersimpan dalam hati mereka. Tidak ada suatupun yang dibumi maupun dilangit , luput dari pengawasan-Nya. Ia mengetahui bahwa mereka tidak menafkahkan hartanya untuk tujuan kebajikan yang diperintahkan atau kebaikan yang terpuji melainkan untuk sekedar pamer dan gengsi, atau untuk menentang Allah dan Rasul-Nya, atau untuk tujan-tujuan lain yang dalam sangkaan mereka baik, padahal semua itu hakekatnya kerugian dan kesesatan yang nyata bagi mereka.
Pada ayat selanjutnya Allah menunjukkan bukti kekuasaan-Nya yang menunjukkan bahwa dialam semesta ini terdapat kekuasaan melebihi kekuatan mereka dan hal ini mereka saksikan sendiri. Untuk itu Allah berfirman :
(عَيْنَيْنِ لَّهُ نَجْعَل أَلَمْ)
Manusia bisa melihat oleh karena kami telah menciptakan mata untuknya. Jadi nikmat yang ia banggakan sesungguhnya merupakan hasil ciptaan kami.

Q.S. An-Nisa (4) : Ayat 28 – 29

Tafsir / Penjelasan :
 Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah fenomena alami. Namun, sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki tujuan tersendiri. Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara khusus. Kebutuhan manusia yang tanpa batas diciptakan dengan sengaja, agar ia mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya yang sementara.
            Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau bagaimana ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk membatasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi hidupnya adalah sia-sia dan tanpa harapan.
 Manusia memang memiliki sifat rentan yang membutuhkan banyak perawatan untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak terlindungi dan lemah terhadap kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi di dunia. Sama halnya, ia tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi atau pedesaan di gunung yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat manusia dapat mengalami penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan pun, dapat terjadi suatu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan pada kekuatan fisik atau daya tarik seseorang yang tadinya membuat cemburu. Lebih jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status, kedudukan, ras, dan sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik kehidupan seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa dapat berubah secara drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak terduga.
            Tubuh manusia adalah organisme lemah yang terdiri dari tulang dan daging dengan berat rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit yang lemah melindunginya. Tidak diragukan, kulit yang sensitif ini dapat dengan mudah terluka dan memar. Ia menjadi pecah-pecah dan kering ketika terlalu lama terkena sinar matahari atau angin. Untuk bertahan terhadap berbagai gejala alam, manusia harus berjaga-jaga terhadap dampak lingkungan.
            Meskipun manusia dilengkapi dengan sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-bahan" nya (daging, otot, tulang, jaringan saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak) cenderung meluruh. Bila manusia terdiri dari bahan lain, bukan daging dan lemak, bahan yang tidak memberi jalan bagi penyusup dari luar seperti mikroba dan bakteri, tidak akan ada kesempatan untuk menjadi sakit. Bagaimanapun, daging adalah zat yang paling lemah: ia menjadi busuk bahkan berulat bila dibiarkan pada suhu ruang untuk beberapa waktu.Untuk senantiasa mengingatkan kepada Allah, manusia acap kali merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca dingin, misalnya, ia mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya perlahan-lahan "jatuh". Pada saat tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga temperatur tubuh konstannya (37ºC) yang penting untuk kesehatan yang baik.1 Laju jantungnya melambat, pembuluh-pembuluh darahnya berkontraksi, dan tekanan darah meningkat.


G.    Nilai-nilai Tarbawi

            Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatiannya yang amat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dalam arti seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang secara normative-teologi ditegaskan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dan pada secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Secara normative-teologi, sumber ajaran islam, al-Qur’an dan al-Sunnah dapat diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin keselamatan hidup manusia didunia dan diakhirat, amat memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan.
            Demikian pula secara histories empiris, umat islam telah memainkan peranan yang amat signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang hasil-hasilnya hingga kini masih dapat dirasakan. Mengenai uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Merujuk tentang pembahasan tafsir dalam ayat  tersebut, kita mengetahui tentang :
 1.  kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran
 2.  amanat Allah yang diberikan kepada manusia
 3.  sifat manusia menurut Al-Qur’an
 Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia yang serba kekurangan,  kita harus lebih berhati-hati dalm setiap menjalani aktifitas kita sehari-hari, agar apa yang kita akukan mendapatkan ridho Allah SWT, kita harus senantiasa berbesar hati dan  berhusnudhon kepada Allah sehingga kita tidak mudah putus asa sehingga kita bisa meminimalisir kelemahan yang kita punya.

H.    Kesimpulan
            Manusia yang memiliki dimensi biologis dan psikologis mengalami evolusi perkembangan. Secara biologis manusia dilahirkan dengan penuh keterbatasan. Tidak seperti beberapa contoh hewan yang beberapa saat setelah dilahirkan oleh induknya bisa langsung berdiri dan berjalan. Organ-organ manusia ketika masih bayi begitu lemah dan rentan sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam bentuk latihan-latihan untuk bisa menyempurnakan evolusi biologisnya.
            Oleh karena itu, kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran, Allah SWT dalam Al-Quran menyebutkan manusia sebagai maujud yang mulia dan tinggi, disisi lain juga menyebutkan kelemahan-kelemahannya, antara lain :

1. Lupa Tuhan
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS. Yunus:12
2. Bangga dan Sombong
Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, "Telah hilang bencana itu dariku" Sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga. QS. Hud:10
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku" Namun apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku". al-Fajr:15-16
3. Tidak Bersyukur
Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterimakasih. Hud:9
4. Kikir dan Berkeluh-kesah
Katakanlah, "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya." Dan adalah manusia sangat kikir. al-Isra:100
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. al-Ma'arij:19-20
5. Lemah
Dan manusia diciptakan lemah. an-Nisaa:28
6. Melampaui Batas Ketika Merasa Cukup
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. al-'Alaq:6-7

7. Tergesa-gesa
Dan manusia memohon kejahatan sebagaimana dia memohon kebaikan. Dan adalah manusia bersifat trgesa-gesa. al-Isra:37 Manusia telah diciptakan (bertabiat) tergesa-gesa. al-Ambiya:37
8. Suka Membantah
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. al-Kahfi:54
9. Zalim dan Tidak Bersyukur
Dia Dia tidak memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu mohonkan. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Ibrahim:34
10. Bodoh
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. al-Ahzab:72
11. Tergoda Kesenangan Dunia
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Ali Imran:14
12. Menyuruh kepada Keburukan
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya diri itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali diri yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Yusuf:53

           
I.       Penutup
 Demikianlah uraian tafsir dalam makalah sederhana ini, yang sebagian besarnya merupakan kutipan-kutipan dari sejumlah kitab tafsir, baik yang ditulis oleh ulama klasik (salaf) maupun kontemporer. Namun, apapun bentuknya, meskipun hanya ibarat sepercik air ditengah samudera yang amat luas, semoga saja makalah sederhana yang kami sajikan ini, bermanfaat bgai para pembaca.
 Demikian besar harapan kami agar makalah yang sederhan ini, mendapat apresiasi dari para pembaca. Sehingga kami mendapat masukan positif yang membangun, untuk meningkatkan kualitas makalah kami ke depan. Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kekurangan, dan terima kasih atas segala perhatian. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing kami, atas segala motivasi dan apresiasinya. 
 Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. lah kita menyerahkan segala usaha dan karya kita dan semoga Dia selalu memberikan taufiq serta hidayah-Nya kepada kita terutama dalam usaha memahami dan mengamalkan Al-Qur’an ini.
 Aamiin..






















DAFTAR PUSTAKA


v  Al-Qur'anulkarim
v  Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia
v  Hadits Bukhori dan Muslim
v  http://alkasabi.multiply.com/journal/item/32
v  http://bukansuperstar.com/tag/kelemahan-manusia
v  Mushthafa Al-Maraghi, Ahmad.1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha                                                 Putra Semarang
v  Tim Penerjemah Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia



















[1]  yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
[2]  yang dimaksud oleh Zakaria dengan mawali ialah orang-orang yang akan mengendalikan dan melanjutkan urusannya sepeninggalnya.Yang dikhawatirkan Zakaria ialah kalau mereka tidak dapat melaksanakan urusan itu dengan baik, Karena tidak seorangpun diantara mereka yang dapat dipercayainva, oleh sebab itu dia meminta dianugerahi seorang anak.
[3]  yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila Telah cukup syarat-syaratnya.
[4]  larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
[5]  Prof. DR. H. MD. Dahlan. Asbabun Nuzul. Cet. Ke-10. Hal, 12
[6]  Muhammad bin Ahmad Al-Anshory Al-Qurthuby, Al-Jami’li Ahkam Al-Qur’an. (jilid XII; KAiro ; Dar Al-Kitab Al-Araby, 1967), hal. 94
[7]  Ibid
[8]  Maksudnya ialah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah, melainkan juga informal an non formal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu dan keajlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, mulai lahir hingga akhir hayat, menggunakan sarana apa saja, dan dengan cara apa saja.
[9]  Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan Imam Malik, Rasulullah SAW menegaskan : ”Aku tinggalkan dua perkara untuk kamu sekalian, yang dijamin kamu sekalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah (al-Qur’an) dan sunnah Rasul (al-Hadis).



No comments: