Cerpen tentang sahabat

Sosok yang terkenang

Yang kehilangan cinta, yang kehilangan hati, yang kehilangan akal.

Begitu pula aku yang akan kehilangan dia dan cintanya. Dua tahun sudah berlalu, namun bayangan orang yang pernah spesial di hidupku masih berada di depanku. Cinta membuatku rapuh, lemah, dan terjebak dalam kebingungan sendiri.
“La, aku sayang kamu.”
Satu pesan singkat 2 tahun lalu yang mampu membuat hatiku bergetar dan merasa melayang. Fandi mahesa. Dia adalah kekasihku. Kurang lebih aku jadian sama dia sekitar 3 bulanan. Aku mengenalnya melalui sahabatku. Dari situlah dia sering chatting denganku.
Ya walau hanya sekedar menghilankan lelah. Bercanda, tertawa bersama, debat dari hal kecil hingga hal besar pun pernah kita alami. Seiring dengan berjalannya waktu kita merasa nyaman satu sama lain. Pada suatu malam, aku dapat bbm dari dia.
”Kangen,”
Satu kata tapi mampu membuat tanganku kaku. Hampir nggak bisa menekan satu huruf di keyboard hpku. Dengan sekuat tenaga aku mencoba membalasnya dengan gurauan. Aku nggak mau terlalu serius karena aku takut sayang banget sama dia dan dia Cuma mempermainkanku.
“Hehe. Aku juga kangen. Kangen ngibulin kamu”
Tidak lama kemudian aku dapat balasan dari Fandi. “Aku serius lala”
Deg! Jantungku rasanya mau copot saat itu juga.
”Yakin ?” balasku
“Iya. Main yuk?”
“Enggak ah”
”Kenapa?”
“Takut”
“Takut kenapa?”
“Takut dibunuh, kaya di tv-tv”
”Astagfirullah, aku nggak sejahat itu kali la. Aku cuma pingin ketemu langsung sama kamu. Nggak lebih.”
“Enggak ah, takut.”
“Lala kita kenal udah dua bulan lebih, hampir setiap malam kita chatting bareng, apa kamu masih ragu sama aku?”
“Emm.. yaudah deh iya.”
“Yaudah sana tidur udah malam nanti sakit, jangan terlalu sering begadang nggak baik buat kesehatan. Sampai ketemu besok”
Percakapan singkat itu sungguh sangat membuatku gelisah.
......
Merdunya suara adzan subuh, membangunkanku dari tidur yang kurasakan rasanya baru lima menit yang lalu aku memejamkan mata. Segera mengambil air wudhu dan kemudian solat. Kebetulan hari itu aku libur sekolah jadi aku bisa lebih santai. Singkat cerita siang harinya aku membuka hp dan ada satu pesan.
“Aku udah di depan rumahmu”
Seketika aku lupa bahwa sekarang aku ada janji sama fandi. Aku lalu bergegas keluar rumah dan menemuinya.
“Eh.. maaf aku lupa fan”
“Dasar, yaudah sana ganti baju”
Aku lalu bergegas masuk untuk ganti baju, dan kemudian kita pergi. Di sepanjang perjalanan kita hanya berdiam diri, maklumlah baru pertama jalan bareng. Dan akhirnya dia yang membuka pembicaraan.
“Mau kemana la?”
“Lo? Kok tanya sama aku, kan kamu yang ngajakin maen”
“Siapa tau kamu pengen kemana gitu”
“Enggak ah, terserah kamu aja”
“Yaudah kalau terserah. Makan dulu yuk, laper nih?” katanya
“Iya deh”
Akhirnya kita berhenti di rumah makan sederhana. Disana kita makan bersama sambil bercanda.
Sejak saat itu kita pun sering jalan bareng. Dan hingga tiba saatnya dia mengutarakan perasaannya sama aku. Dibawah kedai sederhana itulah dia mengutarakan perasaannya sama aku. Aku pun menerimanya karena aku pikir aku juga punya perasaan yang sama dengannya. Tepat tanggal 19 juni kita jadian. Dan hari-hari selalu kita lewati bersama. Dari suka, duka, hingga tawa bahkan tangis kita lewati bersama. Tiga bulan begitu singkat buat kita berdua. Seiring dengan berjalannya waktu saya merasakan ada hal yang ganjal dari diri Fandi. Semenjak itu kita jarang komunikasi, mungkin karena dia sibuk dengan kegiatannya. Lama-lama aku bosan dengan tingkah laku dia. Malam-malam aku memberanikan mengirim pesan singkat.
“Lagi sibuk nggak ?”
“Enggak, emang kenapa?”
“Bisa ketemu sekarang?”
“Kenapa mendadak ngajak ketemu”
“Pengen ngomong sama kamu”
“Yaudah, aku jemput kamu”
Tidak lama kemudian kita pergi ke tempat biasa. Dan akupun membuka pembicaraan.
“Fan, kita udah 3 bulan sama-sama. Aku ngerasa ada yang beda dari kamu?”
“Beda kenapa ?”
“Kamu bukan lagi fandi yang aku kenal dulu, kamu udah berubah, kamu udah enggak bisa bagi waktu lagi, kita sekarang udah jarang komunikasi”
“Emang kita udah jarang komunikasi la, tapi aku masih seperti dulu kok. Masih jadi fandi yang kamu kenal pertama kali”
“ Kamu udah bosen sama aku ?”
“Ya ampun, enggak la, kamu kenapa sih kok tiba-tiba nanya begitu?”
“Aku capek fan harus ngertiin kamu terus.”
“Terus kamu maunya gimana? Putus?”
“Oh jadi kamu pengen kita putus?”
“Kamu juga sih nanya-nanya bosen nggak sama aku.”
“Yaudah kita udahan aja.”
“Serius udahan La? Enggak bisa diperbaiki lagi?”
“Diperbaiki apanya fan, percuma kan udah di perbaiki sekarang besok diulang lagi.”
 “Iyaudah kalau itu mau kamu, aku minta maaf kalau aku udah jarang ada waktu buat kamu, belum bisa sempurna buat kamu tapi satu hal yang harus kamu tau aku masih sayang banget sama kamu.”
“Iya fan, makasih buat semuanya.”
Dengan berat hati aku harus merelakan orang yang aku sayang selama ini untuk pergi dari hidupku. Akhirnya kita pulang. Semenjak kejadian malam itu, aku sering ngurung di kamar. Dan belum bisa menerima semua yang sudah terjadi ini. Sejak itu kita menjalani kegiatan masing-masing tanpa ada beban dari siapapun.
Tak ada yang tersisa lagi untukku selain kenangan indah bersamamu, kehidupan terasa kosong tanpa keindahan cinta darimu. Bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain saat sayap-sayapku tlah patah karenamu. Aku tidak pernah bisa menemukan cinta yang lain selain cintamu, karena mereka tak tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwaku. Kini aku telah kehilanganmu.
 

No comments: