Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia



BAB I

            Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu. Berikut merupakan beberapa pengertian sejarah menurut para ahli.
1)      Moh. Ali
   Sejarah merupakan keseluruhan perubahan, dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi. Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki perubahan yang benar-benar terjadi dimasa lampau.

2)      Moh. Yamin
   Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cerita sebagai hasil penafsiran tentang kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau, yaitu susunan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau tanda-tanda yang lain.

3)      Nugroho Notosusanto
   Sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia sebagai makhluk bermasyarakat yang terjadi pada masa lampau.

4)      Herodotus
   Sejarah ialah suatu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh masyarakat dan peradaban.

5)      Aristoteles
   Sejarah merupakan suatu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.Sebelum Mengenal Tulisan
            Masa mengenal tulisan disebut juga dengan zaman pra-aksara atau nirleka. Zaman pra aksara dimulai sejak manusia ada dan berakhir setelah manusianya mengenal tulisan. Arti penting mempelajari sejarah kehidupan pra-aksara adalah kesadaran aka asal-usul manusia. Penduduk di kepulauan Indonesia baru mengenal tulisan sekitar abad ke-5 M dan fakta-fakta masa aksara di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan tua, seperti kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
B.Terbentuknya Kepulauan Indonesia
            Terbentuknya kepulauan Indonesia terbentuk sekitar 65 juta tahun yang lalu, yaitu pada masa Mesozoikum. Pada saat itu kegiatan tektonis sangat aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik sehinggan membuat daratan terpecah-pecah dan membentuk pulau-pulau yang ada di Indonesia ini.
Terbentuknya kepulauan Indonesia disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu:
1.      Tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi, contoh: gunung meletus.
2.      Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi, contoh: angin.
3.      Perubahan Iklim.

            Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Kepulauan Indonesia terbentuk juga disebabkan oleh iklim yang berubah-ubah pada waktu itu. Iklimlah yang membuat es mencair maupun membeku di kutub Pada saat es membeku, air di belahan dunia pun menyurut dan membuat daratan terbentuk.

C.Mengenal Manusia Purba
            Manusia purba adalah manusia penghuni bumi yang hidup pada zaman prasejarah (Zaman ketika manusia belum mengenal tulisan).
a)      Berikut merupakan tempat penemuan penting fosil manusia, yaitu:
1.      Sangiran
               Sangiran berada di Perbatasan Kab. Sragen dan Kab. Karanganyar dengan luas 8 km pada arah Utara-Selatan dan 7 km pada arah Timur-Barat. Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Namun yang membuat situs Sangiran menjadi terkenal adalah berkat penemuan dari Gustav Heindrich Ralph van Koeningswald pada tahun 1934 dengan penemuannya, yaitu: Artefak litik dan fosil Homo Erectus.
2.      Trinil, Ngawi, Jawa Timur
               Ditemukan oleh Eugene Dubois dengan temuan fosil Pithecanthropus Erectus. Selain di Trinil, peninggalan manusia tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur, Ngandong, Blora, Jawa Tengah, dan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.
b)      Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, jenis-jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman pra-aksara, yaitu:
1)      Meganthropus
               Ditemukan oleh van Koeningswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 dengan penemuan Meganthropus Palaeojavanicus.
2)      Phitecanthropus
               Ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, Ngawi, Jawa Timur dengan penemuan Phitecanthropus Erectus. Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto sehingga disebut Phitecanthropus Mojokertensis.
3)      Homo
               Ditemukan oleh van Reitschoten di Wajak dengan suatu temuan, yaitu: Homo Sapiens yang berarti “Manusia Sempurna” dan juga “Manusia Bijak”. Manusia modern telah hadir di Kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara sejak 45.000 tahun yang lalu. Homo Sapiens dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Manusia Wajak (Homo Wajakensis)
                  Ditemukan oleh B.D. van Reitschoten pada tahun 1889 di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Wajak 2 ditemukan oleh tahun 1890 di tempat yang sama. Manusia Wajak memiliki ciri-ciri baik Mongoloid maupun Austromelanesoid.
b.      Manusia Liang Bua (Homo Floresiensis)
                  Ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Marwood pada bulan September 2003. Manusia Liang Bua memiliki ciri tengkorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil, dan memiliki volume otak 380 cc. Manusia Liang Bua secara kronologis mmenunjukkan hunian dari fase zaman Paleolitik, Mesolitik, Neolitik, dan Paleolitik.
c)      Perdebatan antara Phitecanthropus ke Homo Erectus
                  Dubois menyatakan bahwa, menurut teori Darwin, Phitecanthropus Erectus adalah   peralihan kera ke manusia. Kera merupakan nenek moyang manusia. Pernyataan Dubois itulah yang menjadi perdebatan, apakah benar atap tengkorak dengan volume kecil, gigi berukuran besar, dan tulang yang berciri modern itu berasal dari satu individu.
               Tahun 1920-an merupakan periode yang luar biasa bagi teori evolusi manusia. Teori it uterus menjadi perdebatan, para ahli paleontology berbicara tentang ontogenesa dan heterokronis. Sementara teman Dubois yaitu Bolk yang melakukan formulasi teori foetalisasi yang sangat terkenal telah menemukan modalitas evolusi dengan menafsirkan bahwa peralihan dari kera ke manusia terjadi melalui perpanjangan masa fetus.
               Yang mengakhiri perdebatan yaitu pernyataan para ahli yang menyatakan bahwa standar zoologis tidak dimungkinkan memisahkan Phitecanthropus Erectus dan Sinanthropus Pekinensi, dengan genus yang berbeda dengan manusia modern. Phitecanthropus adalah salah satu tahapan dalam proses evolusi kea rah Homo Sapiens dengan tengkorak yang kecil. Karena itulah perbedaan itu hanya perbedaan spesies bukan perbedaan genus. Dalam pandangan ini maka Phitecanthropus Erectus harus diletakkan dalam genus Homo, dan untuk mempertahankan spesies aslinya maka dinamakan Homo Erectus.

D.Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Indonesia
            Menurut Sarasin bersaudara, penduduk asli kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap dan bertubuh kecil. Mereka dating dalam dua tahap yang disebut Proto Melayu dan Deutro Melayu sekitar lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
I.            Proto Melayu
Ras Melayu ini memiliki cirri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecoklat- coklatan, dan bermata sipit. Proto Melayu diperkirakan datang dari Cina bagian Selatan.
II.            Deutro Melayu
Deutro Melayu merupakan ras yang dating dari Indocina bagian Utara. Mereka membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia yang disebut kebudayaan Dongson.
III.            Melanesoid
Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua yang pada mulanya berawal saat zaman es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM yang pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Peradaban Bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum.
 IV.            Negrito dan Weddid
Sebutan Negrito diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro. Sedangkan Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala Mesochepal dan letak mata yang dalam sehingga Nampak seperti berang; kulit mereka coklat tua dan tinggi rata-rata lelakinya 155 cm.
Berikut merupakan beberapa teori tentang asal-usul nenek moyang Indonesia.
1.      Teori Yunnan
Teori ini menyatakan bahwa asal-usul nenek moyang Indonesia berasal dari Yunnan, China. Teori ini didukung oleh Moh. Ali, yang berpendapat bahwa Bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi ke Selatan.
2.      Teori Nusantara
Teori Nusantara menyatakan bahwa asal-usul Bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari luar. Teori ini didukung oleh Moh. Yamin, Gorys Keraf, dan J. Crawford.
3.      Teori Out of Taiwan
Teori barpandangan bahwa Bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari daratan Taiwan bukan dari Cina. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak.
4.      Teori Out of Afrika
Teori ini menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari Afrika. Dasar dari teori ini adalah berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki.

E.Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-aksara
1)      Pola Hunian
Pola hunian manusia purba memiliki dua karakter khas hunian purba, yaitu:
1.      Kedekatan dengan sumber air.
2.      Kehidupan di alam terbuka.


2)      Dari berburu dan meramu sampai bercocok tanam
Manusia zaman pra-aksara mula-mula hidup dengan cara berburu dan meramu (masa food gathering). Hidup mereka bergantung pada alam dan menerapkan pola hidup nomaden. Peralihan zaman Mesolitikum ke Neolitikum menandakan adanya evolusi kebudayaan dari food gathering menuju food producing dengan Homo Sapien sebagai pendukungnya. Peralatan pokoknya adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong.
3)      Sistem Kepercayaan
            Masyarakat zaman pra-aksara yang sudah mengenal system kepercayaan adalah pada periode Neolitikum. Kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara penguburan orang meninggal, serta upacara pesta untuk mendirikan tempat suci. Upacara penguburan orang meninggal telah melahirkan tradisi megalitik (Zaman Megalitikum=Zaman Batu Besar). Mereka mendirikan bangunan batu-batu besar seperti Menhir, dolmen, punden berundak, dan sarkofagus. Sistem kepercayaan dan tradisi batu besar telah mendorong berkembangnya kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Masyarakat pra-aksara akhir juga mulai mengenal sedekah laut (semacam selamatan apabila ingin  berlayar jauh atau saat memulai pembuatan perahu) dan sudah barang tentu upacara ini banyak dikembangkan dikalangan para Nelayan.
4)      Corak Kehidupan Masyarakat masa pra-aksara
Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto menggambarkan kehidupan manusia awal Indonesia kedalam empat tahapan, yaitu:
a)  Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal.
b)  Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan.
c)  Masa bercocok tanam.
d)  Masa perundagian.


F.Perkembangan Teknologi
            Pada waktu itu manusia purba sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi dimana teknologi yang dikembangkan adalah teknologi bebatuan. Kebudayaan zaman batu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum.
1.      Antara Batu dan Tulang
Berkembang pada zaman Paleolitikum atau zaman batu tua. Kebudayaan zaman Paleolitikum dapat dibagi menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
a)      Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan ini berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Alat bantu yang sering digunakan adalah kapak genggam atau kapak perimbas dan chopper (alat penetak) serta digunakan juga alat-alat serpih. Kapak perimbas tersebar di wilayah Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Flores, dan Timor.
b)      Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong berkembang di daerah Ngandong dan juga Sidorejo, dekat Ngawi. Banyak ditemukan alat dari batu dan juga dari tulang. Selain itu, ditemukan juga alat-alat seperti tombak yang bergerigi. Persebaran artefak dan paleolitik cukup luas sejak dari daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi. Bali, NTB, NTT, dan Halmahera.
2.      Antara Pantai dan Gua
Zaman batu terus berkembang memasuki zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman mesolitikum. Kebudayaan Mesolitikum terbagi menjadi dua kelompok besar yang ditandai lingkungan tempat tinggal, yakni pantai dan gua.
a.       Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah istilah dari bahasa Denmark yang dapat diartikan sampah dapur. Dalam kaitannya dengan budaya manusia, Kjokkenmoddinger merupakan timbunan-timbunan kulit siput kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra.
b.      Kebudayaan Abris sous Roche
Merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua yang mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung  kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kebudayaan ini banyak ditemukan di besuki, Bojonegoro, Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.
3.      Mengenal Api
Penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun yang lalu, yaitu pada periode manusia Homo Erectus. Api digunakan untuk memasak, senjata yang dapat menghalau hewan buas dan sebagai alat pembakar serta sumber penerangan. Sisa api tertua ditemukan di Chesowanja, Tanzania, sekitar 1,4 juta tahun yang lalu, yaitu berupa tanah liat kemerahan bersama dengan sisa tulang binatang.
4.      Sebuah Revolusi
Perkembangan zaman batu yang dapat dikatakan paling penting dalam kehidupan manusia adalah zaman batu baru atau Neolitikum (Zaman Batu Muda). Pada masa ini pola hidup food gathering digantikan dengan pola food producing dan telah didukung oleh Homo Sapiens. Hasil kebudayaan di zaman Neolitikum dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
I.            Kebudayaan Kapak Persegi
Kapak ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang bermacam-macam. Yang ukuran besar disebut Beliung atau pacul (cangkul), sedangkan yang kecil disebut tarah stsu tstsh. Persebaran alat ini, yaitu di Sumatra, Jawa, dan Bali ( Indonesia Bagian Barat).
II.            Kebudayaan Kapak Lonjong
Bentuk keseluruhan alat ini adalah lonjong seperti bulat telur. Kapak yang ukuran besar disebut Walzenbeil dan yang kecil dinamakan kleinbeil. Persebaran kapak lonjong ini yaitu di daerah Papua, Seram, dan Minahasa (Indonesia Bagian Timur).
III.            Perkembangan Zaman Logam
Mengakhiri zaman batu masa Neolitikum maka dimulailah zaman logam sebagai bentuk masa perundagian. Di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Contoh benda perunggu, yaitu: kapak corong, nekara, mokom, berbagai barang perhiasan.
5.      Konsep Ruang Pada Hunian
Menurut Kostof, arsitektur telah mulai ada pada saat manusia mampu mengolah lingkungan hidupnya. Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat huniannya pada saat itu. Salah satu arsitektur bentuk hunian pada masa pra-aksara adalah bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin dimana penadah angin merupakan suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara implisit memberikan batas ruang.
6.      Pembuatan alat-alat batu
Dilihat dari cara pembuatannya, alat-alat batu yang digunakan pada masa berburu dan meramu tingkat awal digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.      Tradisi Batu Inti
Pembuatan alat dilakukan dengan cara pemangkasan segumpal batu untuk memperoleh satu bentuk alat, misalnya kapak perimbas, kapak gengam, atau kapak penetak.
2.      Tradisi Serpih
Alat-alat batu yang dibuat dari serpihan atau pecahan-pecahan batu.




G.Kesimpulan
       Cerita pra-aksara atau sejarahnya dimulai sejak sekitar 500.000 atau barangkali sekitar 250.000 tahun lalu. Pengetahuan tentang kehidupan manusia pra aksara menyediakan jawaban tentang asal-usul manusia dan kemanusiaan, serta keberadaan manusia di dunia dalam mencapai impiannya dan rintangan-rintangan yang dihadapinya.
       Pada zaman dahulu nenek moyang Indonesia telah mengalami evolusi atau transformasi sedemikian rupa, yaitu dari nomaden ke kehidupan menetap, dari mengumpulkan makanan dan berburu menjadi penghasil bahan makanan, dari ketergantungan total pada alam dan teknologi dalam bentuk manual kepada upaya menciptakan  alat yang kian canggih, dan dari hidup berkelompok berdasarkan sistem kepemimpinan primus interpares kesusunan masyarakat yang lebih teratur.
       Seorang ahli ilmu hayat Tim Flannery menyebut manusia Homo Sapiens sebagai “pemangsa masa depan”. Julukan ini diberikan karena kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi manusia.
            Pengalaman kolektif manusia pra-aksara adalah akar tunggang dari budaya Nusantara, yang ternyata dapat memperkuat budaya bangsa Indonesia modern dalam mengarungi globalisasi abad ke-21 ini. Pengalaman kolektif itu berupa gotong royong kekeluargaan dan kebersamaan.
1.    Cara berfikir Kronologis dalam mempelajari sejarah
Berfikir kronologis artinya berfikir secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan memberikan gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek  tertentu sehingga dengan mudah dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antar pristiwa yang terjadi. Tanpa berfikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, maka pemecahan masalah atau pemberian solusi menjadi tidak tepat .
2. Cara Berpikir Sinkronik Dalam Mempelajari Sejarah
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Beberapa contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronik lainnya misalnya Tarekat Naqsyabandiyah dan Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.
Ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial ini saling berhubungan. Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronik dan ilmu sosial lain yang sinkronik. Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah ilmu diakronik bercampur dengan sinkronik. Contoh : Peranan militer dalam politik (1945-1999) yang ditulis seorang ahli ilmu politik; Elit Agama dan Politik (1945- 2003) yang ditulis ahli sosiologi.
3. Cara Berpikir Diakronik Dalam Mempelajari Sejarah
Diakronik berasal dari kata diachronich; (dia, terdiri dari dua kata, yaitu dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu. Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis sesuatu. Kronologis adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.
Sejarah itu ilmu diakronis, yang mementingkan proses, sejarah akan membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Dengan pendekatan diakronis, sejarah berupaya menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bahwa perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan mengapa keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu berkembang/berkelanjutan.
Perkembangan Sarekat Islam di Solo (1911-1920); Perang Diponegaro (1925-1930); dan Revolusi Fisik di Indonesia (1945-1949) merupakan beberapa contoh penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan diakronik.

C. Konsep Ruang dan Waktu
Sejarah terbentuk dari tiga unsur, yang ketiganya tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lain. Ketiga unsur tersebut, yaitu manusia, ruang dan waktu.
1. Manusia. Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah. Manusia adalah pelaku/aktor utama yang sangat mementukan suatu peristiwa sejarah. Sehingga mempelajari sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari sejarah manusia. Sebagai aktor sejarah, manusia memiliki kemampuan berpikir yang merupakan cikal bakal munculnya ide kreatif. Ide kreatif inilah yang merupakan embrio terbentuknya kebudayaan.
2. Ruang. Dalam sejarah, ruang merupakan unsur penting yang harus ada. Ruang atau tempat terjadinya peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis. Setiap komunitas yang tinggal di suatu tempat, akan memiliki pola pikir dan sistem budaya yang diperoleh dari leluhurnya. Sehingga kisah sejarah manusia merupakan proses interaksi dengan kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi pada ruang atau tempat tertentu.
3. Waktu. Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak dapat dilepaskan dari waktu. Mereka berkaitan erat dengan kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu yang terus bergerak sejalan dengan perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah berada dalam kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang waktu sebelumnya.
Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah
Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian. Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup (beraktivitas).

C. Berfikir Periodisasi, Kronik, dan Istoriografi dalam Sejarah
1)      Berfikir Periodisasi
Periodisasi sejarah adalah pembabakan berdasarkan tingkat perkembangan masa dalam sejarah. Periodesasi dilakukan karena kurun waktu dalam sejarah sangat panjang, sehingga untuk memudahkan kajian sejarah maka disusunlah peristiwa-peristiwa sejarah sejarah yang berlangsung secara kronologis dalam periode-periode berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Periodesasi sejarah bermanfaat untuk mempermudah pemahaman sejarah.
Contoh konsep periodesasi:
Sejarah Indonesia terbagi menjadi 3 periode  yaitu : zaman prasejarah, zaman proto sejarah, zaman sejarah.
1).   Zaman prasejarah yaitu zaman etika orang belum mengenal tulisan, zaman ini berakhir pada IV Masehi.
2).  Zaman proto sejarah merupakan zaman ambang sejarah atau zaman mula sejarah pada zaman ini sudah ada tulisan tapi sumbernya dari luar negeri dan beritanya masih samara
3).   Zaman sejarah yaitu zaman ketika orang sudah menganal tulisan. Zaman ini terbagi manjadi tiga bagaian yaitu :
a) Zaman Indonesia Kuno, abab ke-1 sampai ke-14 M, masa ini dipengaruhi Hindu-Budha
b) Zaman Indonesia Baru, dari abab ke-15 sampai ke-18 M dipengaruhi budaya islam
c) Zaman Indonesia Modern, dari masa colonial Hindia Belanda (th1800 M) s.d sekarang.
2)      Berfikir Kronik
Kronik adalah catatan kejadian atau peristiwa yang diurutkan sesuai waktu kejadian. Di China, kronik dapat ditemukan dalam sejarah dinasti Cina, Kronik berisi kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musyafir pendeta atau pujangga.
Contoh Kronik :
Catatan kisah perjalanan Fa-Hien, seorang Cina yang terdampar dipulau Jawa sepulang dari India.
Catatan kisah perjalanan Hui-ning di Kerajaan Holing.
Kronik belum bisa disebut cerita sejarah tapi masih perlu penelitian labih lanjut dengan metode sejarah sehingga bisa menjadi cerita sejarah.
3)      Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah adalah merupakan puncak dari pengkajian dan penelitian secara akademis dan kritis dari suatu peristiwa sejarah. Historiografi diupayakan untuk se-obyek dan sedekat mungkin dengan kejadian yang sebenarnya.

No comments: