Makalah Tentang Tahlil
Sejarah Lahirnya Tahlilan dalam Upacara Kematian
Tahlilan secara etimologi merupakan bentuk masdar dari kata هَلَّل- يُهَلِّلُ-
تَهْلِيْلاً yang artinya mengucapkan lafal لاَ إلهَ
إلاّ اللهُ. Sedangkan secara terminologi adalah acara ritual (seremonial)
memperingati hari kematian yang biasa dilakukan oleh umumnya masyarakat
Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan ketika salah seorang anggota keluarga
telah meninggal dunia. Secara bersama-sama setelah proses penguburan selesai
dilakukan. Seluruh keluarga, handai taulan serta masyarakat sekitar berkumpul
di rumah keluarga si mayit hendak menyelenggarakan acara pembacaan ayat
al-Qur’an, dzikir dan do’a-do’a yang ditujukan untuk si mayit di alam “sana”.
Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil (لاَ إلهَ
إلاَّ اللهُ) yang diulang-ulang ratusan kali maka acara tersebut
biasa dikenal dengan istilah Tahlil
“Apakah tidak dikhawatirkan dikemudian hari?, bahwa adat istiadat lama itu nanti akan dianggap sebagai ajaran Islam, sehingga kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah”?.
1. K.H. Saifuddin Zuhn, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Al Ma’arif Bandung 1979
Kebenaran Cerita Syaikh Siti Jenar
Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.
Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.
Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.
Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.
Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:
1. Maulana Malik
Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad
sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah,
Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab,
untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari
sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia,
Iraq, Pakistan, India, Yaman.
Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.
Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.
Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.
KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:
1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….
2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.
3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.
4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun.Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“
5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.”
Penghancuran sejarah ini, menurut ahli
Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda,
untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan
Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah
Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik
Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]
Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam
Hukuman Untuk Pencuri Menurut Ajaran Islam
Ketika Khalifah Umar bin Khattab mengangkat 'Amr bin 'Ash menjadi gubernur di Mesir, beliau bertanya kepada 'Amr: "Wahai 'Amr, ada ada pencuri datang kepadamu, apa yang akan kamu lakukan?" 'Amr bin 'Ash dengan tegar dan tegas menjawab: "Akan aku potong tangannya."
Bagaimanakah respon Khalifah Umar akan jawaban tegas ini? Ternyata responnya lebih tegar dan tegas: "Kalau datang kepadaku seorang pendudukmu dalam keadaan kelaparan, tangamu yang akan aku potong." Tak panjang jawaban khalifah Umar, namun mampu menjadikan hati pendengarnya gemetar dan merasa berat mendapatkan amanah menjadi gubernur.
Kisah tersebut menyiratkan banyak hal, di antaranya adalah bahwa ada hubungannya pencurian dengan kondisi kelaparan penduduk. Ketika pencurian merajalela di suatu negeri dalam berbagai bentuknya, jangan harap negeri itu menjadi kaya, jaya dan penuh berkah walaupun sumber daya alamnya terkenal potensial kaya. Pencurian kelas kecil disebut pencopetan atau pengutilan, sementara pencurian kelas kakap disebut dengan korupsi anggaran.
Hal lain yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah bahwa yang paling bertanggungjawab atas kondisi masyarakat suatu negeri adalah pemimpinnya. Yang menyedihkan adalah ketika pemimpin itu sendiriinya yang memimpin aksi pencurian di negerinya. Tak salah kalau hukuman bagi koruptor itu diberatkan. Namun mengapa masih saja marak kasus pencurian yang bernama korupsi ini?
HAKIKAT KEHADIRAN AGAMA
HAKIKAT KEHADIRAN AGAMA
Kehadiran agama sejatinya dimaksudkan
untuk membebaskan manusia dari system social yang menindas, menzalimi
dan dalam waktu yang sama juga
mencerdaskan pikiran dan mencerahkan batin. Inti ajaran agama Islam
adalah Tauhid. Yakni bahwa hanya Allah saja dan satu-satunya Yang Maha
Besar, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Absolut dan Maha Rahman-Rahim. Dengan
begitu maka hanya Allah jugalah satu-satunya yang patut disembah dan
seluruh makhluk (ciptaan Tuhan) wajib menyembah atau mengabdikan seluruh
hidupnya kepada-Nya. Atas dasar ini, maka substansi ibadah (pengabdian)
kepada Tuhan seharusnya merefleksikan fungsi-fungsi pembebasan manusia
atas manusia yang lain dari struktur social yang menindas dan menzalimi
di satu sisi dan menegakkan kebenaran, keadilan dan kemakmuran manusia
di sisi yang lain. Dan hanya kepada-Nyalah semua manusia bergerak dan
digerakkan. Persaudaraan umat manusia adalah prinsip dari Tauhid.
Bentuk-bentuk pengabdian kepada Tuhan secara personal (ibadah
individual) yang didasari keyakinan personal itu sejatinya merupakan
cara menghadirkan Tuhan dalam pribadi-pribadi muslim, yakni bahwa Tuhan
selalu menyertai gerak nafas hidup manusia. Dia mengawasi dan mencatat
perjalalanan hidup mereka. Ia juga menanamkan kesadaran kepada manusia
akan fungsinya sebagai hamba Tuhan yang karena itu harus mengabdi dan
merendahkan diri hanya kepada-Nya dan tidak kepada yang lain.
Kesadaran-kesadaran ini diharapkan pada gilirannya teraktualisasi dalam
kehidupan bersama mereka sehari-hari. Ibadah personal dengan begitu
sesungguhnya tidak dimaksudkan untuk dirinya sendiri melainkan untuk
kepentingan social dan kemanusian yang lebih luas. Islam dengan seluruh
perangkat aturannya dihadirkan untuk manusia dan untuk mewujudkan
kerahmatan dan kemaslahatan (kebaikan/kesalehan) di antara mereka.
Inilah sejatinya makna ibadah dan taqwa dalam Islam.
Ketika ibadah individual tidak membuahkan efek ketaqwaan social dan
kemanusiaan, bahkan sebaliknya, membuahkan sikap-sikap hidup negatif
atau destruktif (menyakiti dan merusak) maka, disamping merupakan
kesia-siaan, bisa dikatakan sebagai kebangkrutan manusia dalam
beragama. Nabi mengatakan :“Orang yang bangkrut dari kalangan umatku
adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan-amalan
ibadah shalat, puasa dan zakat. Tetapi pada saat yang sama ia juga
datang sebagai orang yang pernah mencacimaki orang lain, menuduh orang
lain, makan harta orang lain, mengalirkan darah orang lain, memukul
orang lain". Ini sejalan dengan pernyataan Tuhan dalam al Qur'an :
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti hati orang-orang beriman,
laki-laki atau perempuan, maka mereka memikul kebohongan dan dosa yang
nyata".(Q.S.[33]:58). “Kesempurnaan iman seseorang adalah budi pekerti
yang baik dan berlaku lembut terhadap keluarganya”.
Pesan-pesan
moral kemanusiaan Islam sungguh terungkap pada setiap teks suci. Nabi
menginformasikan kepada kita bahwa mendamaikan konflik antar manusia
memiliki nilai lebih utama ketimbang shalat, puasa atau zakat. Karena
kerusakan yang ditimbulkan oleh konflik tersebut adalah kebinasaan
agama". (Al Jami’ al Shaghir, I/197).
“Satu hari seorang pemimpin
bertindak adil terhadap rakyatnya adalah lebih utama daripada orang
yang beribadah selama 60 tahun”( Al Maqashid al Hasanah, hlm. 334). Dan
Jihad yang paling utama adalah menyampaikan pesan kebenaran (atau
keadilan) kepada pemerintah yang zalim”. (Al Jami’ al Shaghir, I/81).
Sejarah kehidupan kaum muslimin generasi salaf memperlihatkan kepada
kita bahwa mereka tidak pernah mendikotomisasi ibadah individual dan
ibadah sosial. Pada dini hari yang tenang dan teduh kaum muslimin
generasi awal (al Salaf al Shalih) khusyuk dalam sujud, bermunajat dalam
do'a, memohon ampunan Tuhan, membaca dan men-tadabbur (merenungkan)
makna-makna al Qur-an dan tanda-tanda alam semesta, sementara pada siang
harinya mereka memacu kudanya, menanam kurma dan kerja-kerja sosial
kemanusiaan. Mereka “Ruhban bi al Lail, Fursan fi al Nahar”, (bagai
rahib pada malam hari, dan penunggang kuda pada siang hari). Seluruh
kerja dan perjuangan untuk mewujudkan tatanan sosial yang adil dan
menegakkan martabat kemanusiaan adalah ibadah, pengabdian kepada Tuhan
yang tidak kurang pahalanya dari ibadah yang lain.
Mulla Sadra
mengatakan : al-Safar min al-khalq ila al-khalq bi al-Haq (al-Khaliq).
Berkelana dari manusia ke manusia bersama Tuhan.
UNTUNG NABINYA BUKAN ANDA!! - Oleh: K. H. Nidhom Subki Tumpang Malang
UNTUNG NABINYA BUKAN ANDA!!
Untuk ANDA Yang Punya hobi Membid'ahkan dan Menyesatkan
Oleh: K. H. Nidhom Subki Tumpang Malang
-------
Beruntung sekali kita dijadikan ummat Nabi Muhammad SAW. Nabi yang Rouuf, Nabi yang Rohiim. Nabi yang punya misi rahmatan lil 'alamin. Nabi yang punya prinsip " Buat Mudah jangan buat sulit!". "Gembirakan jangan kau takut-takuti". "Dekati! Jangan buat lari!". "Yassiru wa laa Tu'assiruu!", "Bassyiru wa laa tundziru!" ....
Tak bisa dibayangkan jika Nabinya adalah ANDA, golongan yang punya kebiasaan unik tapi sangat tidak menarik, yaitu membid'ah-bid'ahkan, menyesat-nyesatkan bahkan mengkafir-kafirkan saudaranya sendiri. Coba lihatlah bagaimana Rosululloh SAW memberikan contoh dalam menyikapi hal-hal baru yang tidak beliau ajarkan secara khusus.
Ya .... semua ini, hal-hal baru ini terjadi di zaman Rasululloh SAW. Antara lain:
Pertama;
Bilal bin Robah setiap kali hadats beliau langsung bersuci. Bilal juga selalu sholat dua roka'at setiap selesai wudlu dan sehabis adzan. Hal ini beliau lakukan berdasarkan pemikiran beliau sendiri, inisiatifnya sendiri. Tidak ada petunjuk khusus dari Rosululloh SAW.
Lalu bagaimanakah respon Rosululloh SAW ? apakah Rosululloh berkata : "Hai Bilal engkau telah membuat kreasi sendiri dalam ibadah. Engkau telah berbuat bid'ah! Engkau telah sesat! Nerakalah tempatmu!". Apakah Rosululloh SAW berkata seperti itu?.
Sama sekali TIDAK, sekali lagi .... TIDAK!!. Bahkan Rosululloh SAW memuji Bilal, "Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal !!!" ..... (diriwayatkan oleh Atturmudzi di dalam sunan, al-Hakim dalam al-Mustadrok, al-Bayhaqi dalam Syu'abul iman).
Beruntung sekali Bilal, karena ...... Nabinya bukan ANDA!!!!! .....
Kedua;
Dalam sebuah kisah yang penuh dengan patriotisme, Khubaib bin Adi al-Anshori melakukan sholat dua rokaat sebelum dibunuh oleh orang-orang qurays, hingga akhirnya kematian syahid menjemputnya ditiang salib. Sholat yang dilakukan oleh Khubaib bin Adi ini kemudian menjadi tradisi yang dilakukan oleh para sahabat yang dengan tabah menerima kematian oleh kekejaman orang-orang kafir. (silahkan lihat al-mu'jamul kabir atthabrani, juga diriwayatkan al-Bukhori dan Ahmad)
Sholat dua roka'at yang dilakukan oleh Khubaib muncul dari inisiatifnya sendiri, karena beliau beranggapan sholat adalah ibadah yang paling utama dan mulia. Beliau ingin akhir hayatnya ditutup dengan sholat. Rasululloh SAW tidak pernah memberi petunjuk khusus mengenai hal itu, misalnya Rasululloh SAW memerintahkan "Sholatlah dua roka'at sebelum engkau di bunuh oleh orang-orang kafir!". Tidak! .... Nabi SAW tidak mengajarkannya. Lalu apakah Rasululloh SAW kemudian berkata seperti perkataan ANDA! Apakah Nabi SAW menyesatkan Khubaib sebagaimana ANDA menyesatkan saudara ANDA sendiri! Apakah setelah Nabi mengetahui apa yang dilakukan oleh Khubaib kemudian beliau berkata "Khubaib telah sesat, ia telah berbuat bid'ah!" ..... tidak! Sekali lagi Tidak! ....
Beruntung sekali Khubaib Bin Adi, karena ..... Nabinya bukan ANDA!!!
Ketiga;
Salah seorang sahabat anshor yang menjadi imam di masjid Quba', setiap kali selesai membaca surat al-fatihah beliau pasti membaca surat al-ikhlas, baru kemudian beliau membaca surat yang lain. Jadi surat apapun yang ia baca dalam sholat pasti didahului dengan membaca surat al-ikhlas. Hingga berita ini sampai kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat yang menjadi imam itu, "Apa yang mencegahmu memenuhi permintaan teman-temanmu?, apa yang mendorongmu membaca surat al-ikhlas itu setiap raka'at?". Sahabat itu menjawab, "Sungguh aku mencintai surat itu". Lalu Nabi SAW berkata, "Apa yang kau cintai akan membawamu ke surga". (lihat fathul Bari al-Hafidh ibnu Hajar dalam bab al-jam'u baina suratain fir rok'ati)
Maa Syaa Allah .... inilah Nabiku, inilah Nabi anda ... inilah Nabi kita.
Lihatlah!!! ..... Apakah Nabi langsung melotot seperti ANDA sambil teriak, "SESAT KAU!!", "BID'AH KAU!", "Engkau telah membuat hal-hal baru dalam agama, engkau melakukan sesautu yang tidak aku contohkan, yang tidak aku ajarkan!!!" . "NERAKA TEMPATMU!!".
TIDAK! Sekali lagi TIDAKK! ... Maknyesss Rasulullah SAW berkata "APA YANG ENGKAU CINTAI MEMBAWAMU KE SURGA". Clepp ... ademm
AH .... beruntung sekali sahabat itu, karena .... NABINYA BUKAN ANDA !!!
Keempat;
Qotadah bin Nu'man, sebagaimana diceritakan al-Hafidh ibn Hajar, setiap malam beliau menghabiskan malamnya dengan mengulang-ulang surat al-ikhlas di dalam sholat hingga masuk waktu subuh. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Nabi. Dan bagaimanakah tangapan Nabi? Apakah Nabi akan merespon seperti ANDA? . Apakah Nabi mengatakan "jika itu baik pasti aku lebih dulu mengerjakannya". Apakah Nabi berkata, "Engkau melakukan ibadah tanpa contoh dariku! Ibadahmu sia-sia! Bid'ah Kau! Sesat kau! .... TIDAK !!! sekali lagi TIDAK !!!. Malah sebaliknya Rasulullah SAW dengan lembut dan motifasi yang tinggi beliau berkata " Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamannya, surat al-Ikhlash itu sebanding dengan sepertiga al-Qur'an".
Ah .... beruntung sekali sahabat Qotadah bin Nu'man itu, karena .... NABINYA BUKAN ANDA!
Kelima;
Yang ini bahkan hingga sekarang kita lakukan dan dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali ANDA yang hobi membid'ahkan.
Sebelum peristiwa ini terjadi, ketika para sahabat ketinggalan jama'ah, mereka akan bertanya sudah raka'at keberapakah Nabi ?, kemudian mereka akan takbir dan melakukan gerakan-gerakan yang tertinggal hingga ketika sudah sama gerakan dan raka'atnya baru mereka mengikuti gerakan imam. Sehingga jama'ah terlihat kurang teratur. Ada yang masih berdiri, ada yang masih ruku', ada yang sujud, dan lain sebagainya. Hingga suatu hari datanglah Mu'adz bin Jabal yang terlambat jama'ah. (diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Abu Dawud)
Mu'adz bin jabal langsung mengikuti gerakan Nabi, dan setelah salam beliau menambah raka'at yang tertinggal. Hal ini ia lakukan semata-mata karena kecintaannya pada Rasulullah SAW. Beliau tidak mau ketinggalan lebih banyak lagi, beliau ingin gerakannya sama dengan gerakan imam dalam hal ini Rasulullah SAW.
Lalu bagaimanakah Rasulullah SAW menyikapi tindakan Mu'adz bin Jabal tersebut, yang sama sekali belum pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Apakah Nabi SAW mengatakan seperti perkataan ANDA, " Engkau melakukan ibadah menurut kreasimu sendiri! Ibadahmu sia-sia! Bid'ah Kau! Sesat kau! .... TIDAK !!! sekali lagi TIDAK !!! bahkan Rasulullah SAW kemudian berkata, " sesungguhnya Mu'adz telah membuat satu jalan (cara) baru untuk kalian, lakukanlah seperti yang dilakukan oleh Mu'adz!" . dan hingga sekarang kita melakukan apa yang dilakukan oleh Mu'adz bin Jabal. ALHAMDULILLAH
Beruntung sekali Mu'adz Bin Jabal karena disetiap gerakan yang dilakukan oleh makmum masbuq mulai saat itu hingga hari qiyamat, Mu'adz bin Jabal mendapat bagian pahalanya, karena ia lah yang memulai cara yang baik itu. Dan beruntung sekali, karena ........... Nabinya bukan ANDA!!!
Sebenarnya masih ada ke enam, ke tujuh, ke delapan ... dan seterusnya. Anda bisa mencarinya sendiri, bukankah anda adalah kelompok yang paling ngerti hadits Nabi Kami
Saudaraku ... anda yang ngaku paling ngerti sunnah ! bukankah sikap Nabi SAW di atas juga sunnah? Bukankah perkataan Nabi SAW pada Bilal bin Rabah, Ucapan Nabi SAW pada sahabat Anshar, perkataan Nabi SAW pada Qotadah, perkataan Nabi SAW pada Mu'adz, bukankah ucapan-ucapan seperti itu juga sunnah. Bukankah banyak sunnah-sunnah yang membuat sejuk, membuat tentram, membuat damai, memberi motifasi? .... tapi entahlah mengapa anda hanya berkutat pada sunnah sekitar celana dan janggut saja. Anda terlalu serius pada hadits kullu bid'atin dlolalatun hingga lupa ada hadits man sanna sunnatan hasanatan . eh ... maaf saya sudah suul adab, menjelaskan sunnah pada antum. Bukankah antum yang lebih faham sunnah.
Tapi ... ya sudahlah ! teruskan saja membid'ah-bid'ahkan, menyesatkan-nyesatkan, mengkafir-kafirkan. Kami akan tetap bahagia dan terima kasih untuk anda, karena anda kami bisa lebih bersyukur
Untuk ANDA Yang Punya hobi Membid'ahkan dan Menyesatkan
Oleh: K. H. Nidhom Subki Tumpang Malang
-------
Beruntung sekali kita dijadikan ummat Nabi Muhammad SAW. Nabi yang Rouuf, Nabi yang Rohiim. Nabi yang punya misi rahmatan lil 'alamin. Nabi yang punya prinsip " Buat Mudah jangan buat sulit!". "Gembirakan jangan kau takut-takuti". "Dekati! Jangan buat lari!". "Yassiru wa laa Tu'assiruu!", "Bassyiru wa laa tundziru!" ....
Tak bisa dibayangkan jika Nabinya adalah ANDA, golongan yang punya kebiasaan unik tapi sangat tidak menarik, yaitu membid'ah-bid'ahkan, menyesat-nyesatkan bahkan mengkafir-kafirkan saudaranya sendiri. Coba lihatlah bagaimana Rosululloh SAW memberikan contoh dalam menyikapi hal-hal baru yang tidak beliau ajarkan secara khusus.
Ya .... semua ini, hal-hal baru ini terjadi di zaman Rasululloh SAW. Antara lain:
Pertama;
Bilal bin Robah setiap kali hadats beliau langsung bersuci. Bilal juga selalu sholat dua roka'at setiap selesai wudlu dan sehabis adzan. Hal ini beliau lakukan berdasarkan pemikiran beliau sendiri, inisiatifnya sendiri. Tidak ada petunjuk khusus dari Rosululloh SAW.
Lalu bagaimanakah respon Rosululloh SAW ? apakah Rosululloh berkata : "Hai Bilal engkau telah membuat kreasi sendiri dalam ibadah. Engkau telah berbuat bid'ah! Engkau telah sesat! Nerakalah tempatmu!". Apakah Rosululloh SAW berkata seperti itu?.
Sama sekali TIDAK, sekali lagi .... TIDAK!!. Bahkan Rosululloh SAW memuji Bilal, "Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal !!!" ..... (diriwayatkan oleh Atturmudzi di dalam sunan, al-Hakim dalam al-Mustadrok, al-Bayhaqi dalam Syu'abul iman).
Beruntung sekali Bilal, karena ...... Nabinya bukan ANDA!!!!! .....
Kedua;
Dalam sebuah kisah yang penuh dengan patriotisme, Khubaib bin Adi al-Anshori melakukan sholat dua rokaat sebelum dibunuh oleh orang-orang qurays, hingga akhirnya kematian syahid menjemputnya ditiang salib. Sholat yang dilakukan oleh Khubaib bin Adi ini kemudian menjadi tradisi yang dilakukan oleh para sahabat yang dengan tabah menerima kematian oleh kekejaman orang-orang kafir. (silahkan lihat al-mu'jamul kabir atthabrani, juga diriwayatkan al-Bukhori dan Ahmad)
Sholat dua roka'at yang dilakukan oleh Khubaib muncul dari inisiatifnya sendiri, karena beliau beranggapan sholat adalah ibadah yang paling utama dan mulia. Beliau ingin akhir hayatnya ditutup dengan sholat. Rasululloh SAW tidak pernah memberi petunjuk khusus mengenai hal itu, misalnya Rasululloh SAW memerintahkan "Sholatlah dua roka'at sebelum engkau di bunuh oleh orang-orang kafir!". Tidak! .... Nabi SAW tidak mengajarkannya. Lalu apakah Rasululloh SAW kemudian berkata seperti perkataan ANDA! Apakah Nabi SAW menyesatkan Khubaib sebagaimana ANDA menyesatkan saudara ANDA sendiri! Apakah setelah Nabi mengetahui apa yang dilakukan oleh Khubaib kemudian beliau berkata "Khubaib telah sesat, ia telah berbuat bid'ah!" ..... tidak! Sekali lagi Tidak! ....
Beruntung sekali Khubaib Bin Adi, karena ..... Nabinya bukan ANDA!!!
Ketiga;
Salah seorang sahabat anshor yang menjadi imam di masjid Quba', setiap kali selesai membaca surat al-fatihah beliau pasti membaca surat al-ikhlas, baru kemudian beliau membaca surat yang lain. Jadi surat apapun yang ia baca dalam sholat pasti didahului dengan membaca surat al-ikhlas. Hingga berita ini sampai kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat yang menjadi imam itu, "Apa yang mencegahmu memenuhi permintaan teman-temanmu?, apa yang mendorongmu membaca surat al-ikhlas itu setiap raka'at?". Sahabat itu menjawab, "Sungguh aku mencintai surat itu". Lalu Nabi SAW berkata, "Apa yang kau cintai akan membawamu ke surga". (lihat fathul Bari al-Hafidh ibnu Hajar dalam bab al-jam'u baina suratain fir rok'ati)
Maa Syaa Allah .... inilah Nabiku, inilah Nabi anda ... inilah Nabi kita.
Lihatlah!!! ..... Apakah Nabi langsung melotot seperti ANDA sambil teriak, "SESAT KAU!!", "BID'AH KAU!", "Engkau telah membuat hal-hal baru dalam agama, engkau melakukan sesautu yang tidak aku contohkan, yang tidak aku ajarkan!!!" . "NERAKA TEMPATMU!!".
TIDAK! Sekali lagi TIDAKK! ... Maknyesss Rasulullah SAW berkata "APA YANG ENGKAU CINTAI MEMBAWAMU KE SURGA". Clepp ... ademm
AH .... beruntung sekali sahabat itu, karena .... NABINYA BUKAN ANDA !!!
Keempat;
Qotadah bin Nu'man, sebagaimana diceritakan al-Hafidh ibn Hajar, setiap malam beliau menghabiskan malamnya dengan mengulang-ulang surat al-ikhlas di dalam sholat hingga masuk waktu subuh. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Nabi. Dan bagaimanakah tangapan Nabi? Apakah Nabi akan merespon seperti ANDA? . Apakah Nabi mengatakan "jika itu baik pasti aku lebih dulu mengerjakannya". Apakah Nabi berkata, "Engkau melakukan ibadah tanpa contoh dariku! Ibadahmu sia-sia! Bid'ah Kau! Sesat kau! .... TIDAK !!! sekali lagi TIDAK !!!. Malah sebaliknya Rasulullah SAW dengan lembut dan motifasi yang tinggi beliau berkata " Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamannya, surat al-Ikhlash itu sebanding dengan sepertiga al-Qur'an".
Ah .... beruntung sekali sahabat Qotadah bin Nu'man itu, karena .... NABINYA BUKAN ANDA!
Kelima;
Yang ini bahkan hingga sekarang kita lakukan dan dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali ANDA yang hobi membid'ahkan.
Sebelum peristiwa ini terjadi, ketika para sahabat ketinggalan jama'ah, mereka akan bertanya sudah raka'at keberapakah Nabi ?, kemudian mereka akan takbir dan melakukan gerakan-gerakan yang tertinggal hingga ketika sudah sama gerakan dan raka'atnya baru mereka mengikuti gerakan imam. Sehingga jama'ah terlihat kurang teratur. Ada yang masih berdiri, ada yang masih ruku', ada yang sujud, dan lain sebagainya. Hingga suatu hari datanglah Mu'adz bin Jabal yang terlambat jama'ah. (diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Abu Dawud)
Mu'adz bin jabal langsung mengikuti gerakan Nabi, dan setelah salam beliau menambah raka'at yang tertinggal. Hal ini ia lakukan semata-mata karena kecintaannya pada Rasulullah SAW. Beliau tidak mau ketinggalan lebih banyak lagi, beliau ingin gerakannya sama dengan gerakan imam dalam hal ini Rasulullah SAW.
Lalu bagaimanakah Rasulullah SAW menyikapi tindakan Mu'adz bin Jabal tersebut, yang sama sekali belum pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Apakah Nabi SAW mengatakan seperti perkataan ANDA, " Engkau melakukan ibadah menurut kreasimu sendiri! Ibadahmu sia-sia! Bid'ah Kau! Sesat kau! .... TIDAK !!! sekali lagi TIDAK !!! bahkan Rasulullah SAW kemudian berkata, " sesungguhnya Mu'adz telah membuat satu jalan (cara) baru untuk kalian, lakukanlah seperti yang dilakukan oleh Mu'adz!" . dan hingga sekarang kita melakukan apa yang dilakukan oleh Mu'adz bin Jabal. ALHAMDULILLAH
Beruntung sekali Mu'adz Bin Jabal karena disetiap gerakan yang dilakukan oleh makmum masbuq mulai saat itu hingga hari qiyamat, Mu'adz bin Jabal mendapat bagian pahalanya, karena ia lah yang memulai cara yang baik itu. Dan beruntung sekali, karena ........... Nabinya bukan ANDA!!!
Sebenarnya masih ada ke enam, ke tujuh, ke delapan ... dan seterusnya. Anda bisa mencarinya sendiri, bukankah anda adalah kelompok yang paling ngerti hadits Nabi Kami
Saudaraku ... anda yang ngaku paling ngerti sunnah ! bukankah sikap Nabi SAW di atas juga sunnah? Bukankah perkataan Nabi SAW pada Bilal bin Rabah, Ucapan Nabi SAW pada sahabat Anshar, perkataan Nabi SAW pada Qotadah, perkataan Nabi SAW pada Mu'adz, bukankah ucapan-ucapan seperti itu juga sunnah. Bukankah banyak sunnah-sunnah yang membuat sejuk, membuat tentram, membuat damai, memberi motifasi? .... tapi entahlah mengapa anda hanya berkutat pada sunnah sekitar celana dan janggut saja. Anda terlalu serius pada hadits kullu bid'atin dlolalatun hingga lupa ada hadits man sanna sunnatan hasanatan . eh ... maaf saya sudah suul adab, menjelaskan sunnah pada antum. Bukankah antum yang lebih faham sunnah.
Tapi ... ya sudahlah ! teruskan saja membid'ah-bid'ahkan, menyesatkan-nyesatkan, mengkafir-kafirkan. Kami akan tetap bahagia dan terima kasih untuk anda, karena anda kami bisa lebih bersyukur
Kebudayaan Jawa Tengah SLUKU-SLUKU BATHOK
Perkembangan
peradaban yang dikenal sebagai era globalisasi di dunia ini semakin menunjukkan
eksistensinya sebagai peradaban yang selalu berkembang. Dampak dari
perkembangan era yang serba digital ini sangat signifikan dalam kehidupan
manusia. Ia datang kepada manusia untuk memudahkan manusia dalam segala
aktifitasnya. Bahkan imbas dari peradaban tersebut masuk ke dalam kebudayaan,
termasuk ke dalam budaya-budaya bangsa Indonesia.
Masuknya
era globalisasi ke dalam kebudayaan manusia menganggap bahwa sebagian
kebudayaan tersebut ketinggalan zaman. Walaupun masih ada sebagian masyarakat
yang mentradisikan kebudayaan tersebut. Akan tetapi sebagian masyarakat sebagai
pelestari kebudayaan lambat laun mulai meninggalkan kebudayaan yang diciptakan
oleh nenek moyang. Bahkan muncul anggapan kebudayaan yang baru dipercaya
sebagai kebudayaan yang modern.
Sejatinya
apabila ditelusuri kebudayaan merupakan refleksi dari nilai-nilai, pandangan,
kebutuhan, keyakinan dan gagasan yang secara integratif diyakini oleh kemunitas
pendukungnya. Kebudayaan ini juga dapat dinyatakan sebagai jati diri sebuah
masyarakat. Karena kebudayaan itu
sendiri adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Diartikan juga sebagai keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami
lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Oleh karena itu, betapa pentingnya
kedudukannya dalam kehidupan masyarakat, maka perlu adanya pernyataan dan
sosialisasi dan proses pewarisan pada generasinya berikutnya.
Seluruh
total dari kelakuan manusia yang berpola, tentu bisa kita perinci menurut
fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dalam
masyarakatnya. Suatu sistem aktivitas khas dari kelakukan berpola, beserta
sistem norma dan tata kelakukannya, serta peralatannya. Ditambah dengan manusia
sebagai personal yang melakukan kebudayaan tersebut. totalitas tersebut yang
merupakan pranata kebudayaan. Sehingga seluruh komponten tersebut menjadi
sebuah satu kesatuan yang membentuk kebudayaan.
Warak
Ngendok merupakan salah satu unsur utama dari tradisi Dugderan yang ada di kota
Semarang. Tradisi Dugderan ini dilakukan setiap menjelang wulan poso (bulan
Ramadlan). Di mana tradisi Dugderan tidak lain merupakan warisan sejarah dan
budaya masyarakat Semarang. Keberadaan Warak Ngendok sebagai simbol dalam
ritual Dugderan ini mampu bertahan hingga sekarang ini di tengah perubahan
sosial-kultur masyarakat. Bahkan Warak Ngendok menjadi maskot masyarakat
Semarang. Hal itu karena dukungan secara signifikan dari masyarakat
pendukungnya, termasuk pemerintah kota.
Di jawa banyak sekali adat istiadat yang selalu mengiringi kehidupan sehari-hari. dan di pulau Jawa ini sangat banyak sekali kebudayan yang pada dasarnya berprinsip pada kultur daerah atau letak geografis itu sendiri. Jawa terbagi menjadi beberapa bagian Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur , Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta.
di Jawa Tengah sendiri banyak sekali kebudayaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang bisa kita lihat.
antara lain lagu - lagu daerah Jawa tengah Sluku-sluku Bathok.
SLUKU-SLUKU BATHOK
"Sluku-sluku bathok,
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo,
Oleh-olehe payung mutho.
Mak jenthit lolo lo bah,
Yen mati ora obah
Yen obah medeni bocah,
Yen urip goleko dhuwit..."
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo,
Oleh-olehe payung mutho.
Mak jenthit lolo lo bah,
Yen mati ora obah
Yen obah medeni bocah,
Yen urip goleko dhuwit..."
Sluku-sluku bathok:
Hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi seimbang. Bathok (kepala) kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya.
Bathoke ela-elo:
Dengan cara berzikir (ela-elo = Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah akan mengendurkan
syaraf neuron di otak, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.
Si Rama menyang Solo:
Siram (mandilah, bersuci)
menyang (menuju) Solo (Solat).
Lalu bersuci dan dirikanlah salat.
Oleh-olehe payung mutho:
Maka kita akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita.
Mak jenthit lolo lo bah:
Kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan
walau sesaat.
Wong mati ora obah:
Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang.
Yen obah medeni bocah:
Banyak yg ingin minta dihidupkan, tapi Allah tidak mengizinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharatnya akan lebih besar.
Yen urip goleko dhuwit: Kesempatan terbaik untuk beramal adalah saat ini. Saat masih hidup.
Hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi seimbang. Bathok (kepala) kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya.
Bathoke ela-elo:
Dengan cara berzikir (ela-elo = Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah akan mengendurkan
syaraf neuron di otak, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.
Si Rama menyang Solo:
Siram (mandilah, bersuci)
menyang (menuju) Solo (Solat).
Lalu bersuci dan dirikanlah salat.
Oleh-olehe payung mutho:
Maka kita akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita.
Mak jenthit lolo lo bah:
Kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan
walau sesaat.
Wong mati ora obah:
Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang.
Yen obah medeni bocah:
Banyak yg ingin minta dihidupkan, tapi Allah tidak mengizinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharatnya akan lebih besar.
Yen urip goleko dhuwit: Kesempatan terbaik untuk beramal adalah saat ini. Saat masih hidup.
Subscribe to:
Posts (Atom)